Menyelami Jebakan Stratigrafi: Kuliah Tamu SEG ITB Kupas Tuntas Peluang & Tantangan Eksplorasi Migas
Oleh Rafie Altaf Pramantya - Mahasiswa Teknik Geofisika, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id. Society of Exploration Geophysicists Student Chapter Institut Teknologi Bandung (SEG SC ITB) bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika “TERRA” ITB (HIMA TG “TERRA” ITB) menyelenggarakan "SEG Guest Lecture 2.0 x TEC Talk", Minggu (1/6/205). Acara yang terbuka untuk seluruh mahasiswa ini mengusung tema "Dive Deeper into Stratigraphic Trap" menghadirkan Geoscientist dari perusahaan minyak dan gas terkemuka di Malaysia, Ritchie Simamora.
Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai jebakan stratigrafi, suatu konsep krusial dalam dunia eksplorasi hidrokarbon.
Ritchie Simamora memperkenalkan mengenai jebakan hidrokarbon, yaitu penghalang kedap air yang mencegah migrasi hidrokarbon (minyak dan gas) lebih lanjut dan memungkinkan mereka terakumulasi. Jebakan ini biasanya membutuhkan batuan reservoir yang berpori dan batuan penyekat (caprock) di atasnya.
Beliau kemudian menjelaskan dua jenis jebakan hidrokarbon: struktural dan stratigrafi. Jebakan struktural terbentuk karena deformasi lapisan batuan seperti lipatan dan sesar, contohnya antiklin dan jebakan sesar. Sementara itu, jebakan stratigrafi terbentuk karena perubahan sifat batuan seperti litologi, porositas, dan permeabilitas akibat proses pengendapan atau diagenetik, tanpa memerlukan deformasi besar. Contoh jebakan stratigrafi termasuk pinch-out, ketidakselarasan, dan channel sands.
Ritchie mengatakan, meski sulit ditemukan, jebakan stratigrafi memiliki potensi besar untuk menyimpan cadangan raksasa, seperti Liza Field. Jebakan stratigrafi sering ditemukan di cekungan dewasa tempat jebakan struktural telah ditemukan sebelumnya. Hal ini menjadikannya potensi yang belum ditemukan secara signifikan. Namun, tantangannya terletak pada sifatnya yang halus, sulit diprediksi, dan risiko geologi yang lebih tinggi.
Pembahasan dilanjutkan dengan tipe-tipe jebakan stratigrafi berdasarkan proses pembentukannya. Beliau menjelaskan jebakan deposisional yang terbentuk saat sedimen diendapkan atau sesaat setelahnya. Contohnya adalah pinch-out, saat batuan reservoir berpori menipis dan berakhir secara lateral menjadi batuan kedap air. Jenis lain adalah ketidakselarasan, yakni lapisan berpori yang lebih tua terpotong oleh erosi dan kemudian tersegel oleh lapisan yang lebih muda dan kedap air. Selain itu, ada pasir saluran (channel sands), pasir penghalang/shoal (barrier/shoal sands), dan terumbu (reef).
Beliau juga memaparkan jebakan diagenetik yang terbentuk atau dimodifikasi secara signifikan setelah pengendapan akibat perubahan kimia atau fisik pasca-pengendapan. Contohnya adalah penghancuran porositas melalui sementasi, yakni mineral mengendap di ruang pori, mengurangi permeabilitas, dan membentuk penyekat. Lapisan aspal (tar mats) juga dapat bertindak sebagai penyekat sekunder.
Meskipun jebakan stratigrafi sulit ditemukan karena ekspresi seismik yang halus dan masalah resolusi, data seismik dapat memberikan petunjuk penting. Anomali amplitudo, stratigrafi seismik, dan atribut canggih (koherensi, dekomposisi spektral, inversi) sangat penting dalam identifikasi.
Ritchie Simamora menekankan bahwa menemukan jebakan stratigrafi membutuhkan alur kerja terintegrasi dan "geological toolkit" yang komprehensif. Ini meliputi analisis cekungan regional dan stratigrafi sekuen, integrasi data dari seismik 3D resolusi tinggi, log sumur, data inti batuan (core data), biostratigrafi, dan geokimia.
Beliau mengingatkan peserta bahwa peran seorang geolog dalam eksplorasi jebakan stratigrafi adalah menjadi "detektif geologi". Jebakan ini memang menantang, tetapi sangat menguntungkan dan mewakili penemuan masa depan yang signifikan. Pemahaman geologi yang mendalam, integrasi data, dan kesiapan menghadapi ketidakpastian adalah kunci utama. Dengan kemajuan AI/Machine Learning dan seismik beresolusi lebih tinggi, kemampuan untuk menemukan jebakan tersembunyi ini akan terus meningkat.
Reporter: Rafie Altaf Pramantya (Teknik Geofisika, 2022)