Orasi Ilmiah Prof. Diky Mudhakir: Desain Rasional Sistem Penghantaran Nanopartikel Bertarget Intrasel
Oleh Aura Salsabila Alviona - Mahasiswa Teknologi Pasca Panen, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Orasi Ilmiah di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (19/7/2025). Prof. apt. Diky Mudhakir, S.Si., M.Si., Ph.D. dari Sekolah Farmarsi (SF) ITB, menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Desain Rasional Sistem Penghantaran Nanopartikel Bertarget Intrasel”.
Prof. Diky menyoroti kesenjangan krusial antara potensi sebuah obat dan efektivitasnya di dalam tubuh. Keberhasilan terapi tidak cukup ditentukan oleh kekuatan zat aktif, melainkan oleh kemampuannya untuk bekerja secara tepat target, tepat dosis, dan tepat waktu.
Beliau menjelaskan bahwa sistem penghantaran konvensional seperti tablet, sirup, atau salep, kerap gagal memenuhi ketiga kriteria tersebut sehingga efektivitasnya terbatas. Oleh karena itu, nanoteknologi, yang menjadi fokus utama orasinya, dieksplorasi sebagai sistem pembawa (carrier) generasi baru yang dirancang untuk mencapai efisiensi terapi yang optimal.
Sistem Penghantaran Obat Berbasis Nanopartikel
Prof. Diky memaparkan bahwa sistem penghantaran berbasis nanopartikel merupakan teknologi yang menggabungkan sains dan rekayasa pada skala nanometer untuk menciptakan sistem penghantaran atau pembawa obat. Sistem ini dirancang untuk memiliki dua fungsi utama, yaitu menghantarkan molekul obat ke lokasi target yang spesifik, serta melindunginya dari degradasi akibat kondisi fisiologis yang tidak stabil di dalam tubuh, seperti paparan enzim atau pH ekstrem.
Beberapa keunggulan utama dari sistem penghantaran obat berbasis nanopartikel antara lain:
1. Pelepasan terkontrol: Obat dilepaskan secara bertahap sesuai waktu dan lokasi yang ditargetkan;
2. Penghantaran spesifik: Mengurangi kerusakan pada jaringan sehat dengan menargetkan langsung sel penyakit;
3. Proteksi terhadap obat: Melindungi molekul obat agar tetap utuh hingga sampai ke target;
4. Penghantaran ke area yang sulit diakses: Mampu menembus barier biologis yang sulit ditembus obat konvensional, seperti sawar darah-otak.
Tantangan di Balik Potensi Nanoteknolog
Meskipun potensial, perjalanan suatu nanopartikel menuju target kerjanya merupakan proses yang kompleks. Tantangan pertama adalah bertahan dari eliminasi dini dalam sirkulasi darah, yang mana sistem imun tubuh, khususnya Mononuclear Phagocyte System (MPS), sangat efisien dalam menangkap dan membersihkan partikel asing sebelum mereka sempat mencapai tujuan. Selanjutnya, jika partikel berhasil lolos dan sampai ke lokasi targetnya, nanopartikel harus bisa melakukan internalisasi dan melepaskan zat aktif yang ada di dalam sel target. Bahkan setelah berhasil masuk, masih terdapat tantangan yang dihadapi, yaitu untuk lolos dari kompartemen endosom agar tidak dihancurkan. Terakhir, pada kasus seperti kanker, sel target dapat mengaktifkan mekanisme Multidrug Resistance (MDR) yang secara aktif mengembaikan zat obat yang berhasil masuk sehingga membuat terapi menjadi tidak efektif.
Riset Terkait yang Telah Dikembangkan
Sebagai jawaban atas berbagai tantangan tersebut, Prof. Diky membagikan serangkaian riset inovasi yang telah dikembangannya bersama tim yang berfokus pada perancangan nanopartikel berdasarkan pemahaman mendalam tentang mekanisme biologis, selular, dan molekular. Salah satu risetnya yang dipaparkan yaitu mengenai penggunaan sodium oleate, yaitu molekul turunan asam lemak untuk melapisi nanopartikel liposom. Modifikasi sederhana tersebut terbukti mampu membantu nanopartikel lolos dari perangkap endosom (endosomal escape) sehingga berhasil menghantarkan obat antikanker simvastatin secara efisisien ke sel sel kanker payudara.
“Secara fundamental, kami berhasil mengelusidasi mekanisme fusi yang dimediasi oleh sodium oleate pada membran endosom. Hasil uji laboratorium kami menunjukkan bahwa natrium oleate memiliki kemampuan fusi yang tinggi dengan endosom,” katanya.
Selain fokus pada efikasi, risetnya juga sangat menekankan aspek keamanan melalui pendekatan "Safe-by-Design". Prof. Diky dan timnya telah melakukan evaluasi nanotoksisitas yang komprehensif untuk memastikan bahwa sistem penghantaran obat yang mereka kembangkan tidak hanya ampuh, tetapi juga aman bagi pasien. Orasi ini ditutup dengan optimisme bahwa inovasi nanoteknologi dari Indonesia siap memberikan kontribusi nyata bagi dunia kesehatan global.
Profil Prof. Diky Mudhakir
Di balik dedikasinya pada ilmu farmasi, Prof. Diky adalah seorang akademisi yang lahir di Bandung dan meraih gelar Sarjana, Profesi, dan Magister dari ITB, lalu melanjutkan studi Doktoral di Hokkaido University, Jepang. Kariernya di ITB diisi dengan berbagai jabatan strategis, seperti Ketua Program Studi Sarjana Farmasi (2012-2017) dan Ketua UPT Layanan Kesehatan ITB (2020-2025). Diangkat sebagai Guru Besar bidang Drug Delivery pada 1 Desember 2024, beliau kini mengemban amanah sebagai Dekan Sekolah Farmasi ITB. Di luar kesibukan akademis dan kontribusinya di berbagai lembaga profesi nasional, Prof. Diky gemar mengisi waktu luangnya dengan traveling dan menikmati wisata hijau.