Studium Generale ITB: Inovasi Mitsubishi Heavy Industries dalam Teknologi Pembangkit Listrik Bebas Emisi

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi generasi muda terhadap isu-isu keberlanjutan, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan kuliah umum Studium Generale bertajuk “Zero Emission Power Generation Technology”. Acara ini digelar pada Rabu (30/4/2025) bertempat di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha.

Kuliah umum kali ini menghadirkan Junichiro Masada, Senior Chief Engineer sekaligus General Manager Energy System dari Mitsubishi Heavy Industries, Ltd, sebagai pembicara. Dalam paparannya, beliau memberikan wawasan mendalam mengenai teknologi pembangkit listrik tanpa emisi serta berbagai inovasi untuk mendukung transisi energi berkelanjutan.

Menurut Masada, salah satu teknologi bebas emisi yang penting untuk dikembangkan adalah pembangkit listrik berbasis hidrogen dan amonia. Proses ini melibatkan pemanfaatan teknologi canggih seperti Solid Oxide Electrolysis Cell (SOEC) yang mampu menghasilkan hidrogen dari air menggunakan listrik dengan efisiensi tinggi.


“Untuk proses konversinya, kita dapat memanfaatkan teknologi sistem fuel cell, seperti Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), yang mampu mengubah hidrogen secara langsung menjadi listrik. Alternatif lainnya adalah melalui pembakaran langsung hidrogen atau amonia di dalam pembangkit listrik. Kedua pendekatan ini memungkinkan hidrogen dan amonia digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil konvensional, sehingga dapat menghasilkan listrik tanpa emisi karbon dioksida,” ujarnya.

Selain itu, Masada juga menuturkan bahwa teknologi ini dapat memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada. Misalnya, fasilitas pembangkit listrik berbasis batubara dapat diadaptasi untuk menggunakan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar, sehingga mempercepat implementasi teknologi ini tanpa harus membangun sistem baru dari awal.



Meskipun demikian, pengembangan teknologi ini di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah biaya investasi awal yang relatif tinggi serta kebutuhan akan pengembangan infrastruktur dan teknologi pendukung, termasuk ketersediaan energi terbarukan dalam jumlah besar.

“Oleh karena itu, diperlukan dukungan regulasi dan kebijakan yang mendorong inovasi, serta peningkatan kapasitas riset dan teknologi dalam negeri. Kolaborasi antara sektor pemerintah, industri, dan akademisi menjadi sangat penting dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Masada menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan teknologi ini secara luas, mengingat kekayaan sumber daya alamnya, termasuk cadangan gas alam dan potensi energi terbarukan. Dengan strategi yang tepat, teknologi tanpa emisi ini tidak hanya dapat berkontribusi terhadap pencapaian target nol emisi karbon, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dan mendukung pelestarian lingkungan.

Reporter: Erika Winfellina Sibarani (Matematika 2021)

#studiumgenerale #mitsubishi #energi