ITB Hadirkan Fermenstation 2025, Inovasi Fermentasi Lokal yang Disajikan Jadi Hidangan Fine Dining
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Fermenstation 2025 menjadi ruang eksplorasi multidisipliner yang menggabungkan sains, seni memasak, dan inovasi pangan dalam satu pengalaman terpadu. Melalui pameran karya, live cooking, workshop, hingga simposium, acara ini memperlihatkan mikroorganisme yang dapat menjadi katalis dalam menciptakan solusi pangan masa depan, dari laboratorium menuju meja makan.
Mikrobiologi dan Masa Depan Pangan
Fermenstation 2025 merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh KK Bioteknologi Mikroba bersama mahasiswa program studi Mikrobiologi ITB. Ketua KK Bioteknologi Mikroba, Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi bagian penting dari proses pembelajaran berjenjang di kampus. Di tingkat awal, mahasiswa mempelajari dasar-dasar mikrobiologi, pada tingkat lanjut mereka mulai menerapkannya, salah satunya dalam konteks pangan fermentasi. “Fermentasi itu menarik karena mengubah rasa, nilai gizi, bahkan nilai ekonominya,” ujarnya.
Selain berkreativitas, mahasiswa juga diarahkan mengedepankan aspek ilmiah dan keamanan pangan. Prodi Mikrobiologi ITB menekankan pentingnya standardisasi dalam setiap hasil olahan fermentasi, agar produk yang dihasilkan inovatif, bergizi, juga dapat dipertanggungjawabkan secara kualitas, higienitas, dan potensi hilirisasinya.
Dekan SITH ITB, Dr. Indra Wibowo, S.Si., M.Sc., menyampaikan bahwa Fermenstation dapat memperluas pemahaman masyarakat terhadap potensi besar fermentasi di Indonesia. Menurutnya, kegiatan ini mencerminkan komitmen ITB dalam mendukung pengembangan pangan lokal berbasis sains, serta upaya menjembatani ilmu pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari Fermentasi ke Inovasi Rasa dan Gizi
Melalui Fermenstation, mahasiswa Prodi Mikrobiologi ITB menunjukkan sains yang dapat diolah menjadi cita rasa. Produk-produk hasil fermentasi yang dipamerkan menunjukkan contoh nyata penerapan teknologi pangan berbasis mikrobiologi. Mulai dari asinan wortel dan lobak, cream cheese jagung, hingga mandai dari fermentasi cempedak, seluruh karya mahasiswa merepresentasikan pemanfaatan mikroorganisme dalam mengolah bahan lokal menjadi pangan yang baru, menarik, dan bergizi. Kreasi lainnya seperti tepache minuman fermentasi berbahan nanas, ketan hitam fermentasi, serta kombucha sereh juga memperlihatkan keberagaman pendekatan mahasiswa dalam mengeksplorasi bahan alami.
Ada juga yoghurt puree ubi ungu, hasil kombinasi antara probiotik dan pangan lokal yang menghasilkan rasa segar sekaligus menyehatkan. Inovasi ini menunjukkan bahwa teknologi pangan tidak harus berjarak dengan keseharian, namun bisa lahir dari dapur mahasiswa dengan bekal ilmu dan keberanian bereksperimen.
Menyulap Hasil Fermentasi Jadi Sajian Fine Dining
Salah satu rangkaian acara Fermenstation 2025 adalah sesi fine dining yang digelar pada Kamis (12/6/2025) di Wisma Ganesha ITB. Dalam acara ini, berbagai hasil olahan fermentasi karya mahasiswa diolah dan disajikan dalam format sajian fine dining dengan pendampingan langsung dari chef profesional. Menu yang disajikan mencerminkan keberagaman bahan lokal yang dapat disajikan dengan pada fine dining.
Hidangan dibuka dengan corn and potato cream soup yang disajikan bersama garlic bread dan corn-cheese spread sebagai appetizer, diikuti oleh main course berupa nasi daun jeruk, ikan pindang, sambal gami, dan asinan fermentasi. Untuk pendamping minuman, tamu disuguhi pilihan antara tepache atau kombucha sereh. Sebagai penutup, disajikan layer dessert berbahan dasar tape dan whipped yoghurt ubi ungu yang ringan namun kompleks dalam rasa.
Live Cooking Chef Machel
Salah satu momen yang paling dinanti dalam Fermenstation 2025 adalah sesi live cooking yang menghadirkan Chef Machel, finalis MasterChef Indonesia Season 9. Chef Machel meracik hidangan istimewa dengan menggunakan dua bahan fermentasi hasil inovasi mahasiswa ITB, yakni cream cheese jagung dan tepache berbahan dasar nanas. Kedua bahan ini sebelumnya telah melalui proses fermentasi yang dirancang secara ilmiah untuk meningkatkan cita rasa, tekstur, dan kandungan gizinya.
Fermentasi sebagai Solusi Inovatif Pangan Lokal
Fermenstation menjadi ruang eksperimentasi dan apresiasi rasa, juga bagian dari upaya mendorong hilirisasi hasil riset mahasiswa. Melalui pendekatan mikrobiologi, berbagai bahan pangan lokal seperti jagung, ketan hitam, maupun ubi ungu direkayasa secara ilmiah untuk menghasilkan produk fermentasi dengan nilai tambah, mulai dari peningkatan gizi, karakter rasa, hingga potensi ekonominya.
Sebagai bentuk dukungan lintas disiplin, kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi dengan fakultas dan sekolah lain di ITB. Mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) terlibat dalam proses visual produk, sementara mahasiswa dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) membantu menyusun strategi bisnis dan rencana hilirisasi produk, termasuk penyusunan business plan yang memungkinkan produk fermentasi ini dijual secara komersial.
Melalui Fermenstation, ITB tidak hanya mempertemukan ilmu dan rasa, tetapi juga mengintegrasikan potensi riset lintas bidang untuk menghasilkan inovasi pangan yang berkelanjutan dan aplikatif di tengah masyarakat.