ITB Perkuat Posisi sebagai Perguruan Tinggi Berdampak Global Melalui Kemitraan Internasional

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menegaskan posisinya sebagai Universitas Generasi ke-4 yang unggul secara akademik dan berdampak global, melalui keterlibatan aktif dalam agenda internasional yang strategis. Salah satu wujud nyata dari komitmen ini adalah partisipasi ITB dalam Southeast Asia Summit on Prosperity and Sustainability yang digelar oleh Doerr School of Sustainability, Stanford University, beberapa waktu lalu.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., hadir sebagai pembicara dalam sharing session yang membahas strategi kolaborasi akademik lintas negara untuk menjawab tantangan sustainability di kawasan Asia Tenggara. Dalam pemaparannya, Prof. Lavi menyoroti pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dunia untuk menciptakan inovasi teknologi dan mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

“Southeast Asia merupakan wilayah dengan potensi ekonomi yang sangat besar, yaitu peringkat ke-6 dunia sebagai kawasan. Namun, masih dihadapkan pada dilema antara kebutuhan untuk tumbuh secara ekonomi dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Pendidikan tinggi harus hadir sebagai motor solusi, khususnya melalui riset dan pengembangan SDM,” jelas Prof. Lavi.

Salah satu fokus ITB dalam forum tersebut adalah penguatan kolaborasi riset dalam bidang energi terbarukan, terutama geothermal. Indonesia dan Asia Tenggara memiliki sekitar 50% cadangan panas bumi dunia, namun baru 1% yang dimanfaatkan. Melalui kemitraan dengan institusi riset seperti Stanford, ITB mendorong percepatan pemanfaatan geothermal sebagai energi bersih melalui pengembangan teknologi bersama.


Tidak hanya di Stanford, kunjungan kerja Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., yang didampingi Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi ITB ke Amerika Serikat juga mencakup pertemuan strategis dengan beberapa perguruan tinggi top dunia, di antaranya UCLA, Caltech, dan UC Berkeley. Di UC Berkeley, ITB menjajaki kerja sama dalam pengembangan circular bio-economy, memanfaatkan kekayaan biodiversitas Indonesia sebagai laboratorium alam yang mendukung pengembangan teknologi hijau.

“ITB membawa kekuatan lokal, antara lain sumber daya alam, biodiversitas, dan peneliti-peneliti unggul. Kami membuka peluang kerja sama dengan institusi global yang memiliki fasilitas canggih dan akses pendanaan untuk menghasilkan inovasi yang berdampak nyata, tidak hanya bagi Indonesia, tapi juga kawasan dan dunia,” tambah Prof. Lavi.

Langkah-langkah strategis ini merupakan bagian dari transformasi ITB sebagai Universitas Generasi ke-4, yakni institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga kontribusi nyata terhadap solusi tantangan global melalui inovasi, kolaborasi, dan penguatan ekosistem riset internasional.

Dengan memperluas jejaring global, memperkuat kerja sama antarpeneliti, serta memanfaatkan kekayaan alam dan SDM lokal sebagai keunggulan kompetitif, ITB siap meneguhkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi Indonesia yang berkelas dunia dan berdampak hingga kancah global.

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impac #diktisaintek berdampak