Melalui Kampus Berdampak, ITB Hadirkan Akses Air Bersih dengan Pendanaan Zakat, Infak, dan Sedekah
Oleh M. Naufal Hafizh, S.S.
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Program Penyediaan Air Bersih di Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, diresmikan, Jumat (12/12/2025). Program ini diinisiasi oleh Rumah Amal Salman, YBM BRILiaN bekerja sama dengan ITB atas kebutuhan mendesak warga yang tidak memiliki akses air bersih. Dalam kesempatan tersebut hadir Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. yang menandatangani prasasti peresmian dan didampingi Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi (WRKMAA), Dr. A. Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn.
Selama 70 tahun, masyarakat Guwa Lor mengandalkan air irigasi yang kualitasnya tidak layak konsumsi. Warga pernah berupaya melakukan pengeboran hingga kedalaman 60 meter, tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Bahkan air menunjukkan kadar besi yang jauh di atas ambang batas serta tingkat kekeruhan yang tinggi.
Di fase awal, Dosen Teknik Lingkungan ITB, Dr. James Nobelia menggunakan Teknologi Filter Aktif yang dimodifikasi. Alat diterapkan pada titik sumber mata air yang baru ditemukan warga dengan alat pendeteksi mata air. Air yang disedot dari dasar tanah, akan melewati proses filterisasi aktif. Dalam proses ini, air yang semula memiliki kandungan besi tinggi, asin, bau, dan kotor, menjadi bersih dan layak dikonsumsi.

Setelah melewati filtrasi aktif, air akan ditampung ke dalam dua tangki berkapasitas 80 meter kubik, yang masing-masing tangki berkapasitas 40 meter kubik. Air bersih lalu dikirimkan ke menara, yang kemudian didistribusikan ke rumah warga dengan menggunakan sistem looping. Kadar dan kandungan air bersih usai filterisasi ini juga tidak akan berubah ketika tiba rumah warga karena dialiri menggunakan pipa sehingga kualitas sangat terjaga.
"Kami mendesain sistem dari pemompaan, filterisasi, terus disimpan di tangki, kemudian dikirim ke menara untuk didistribusikan ke rumah warga. Saat ini baru satu sumur, harapannya bisa berkembang," ujar Dr. James.
Program Mulai Memasuki Fase Akhir

Direktur Rumah Amal Salman, Syachrial menyampaikan, sejak digulirkan pada November 2024, program yang bertajuk Tirta Masjid di Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon ini mulai memasuki tahap akhir. Program ini juga didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, BSI Maslahat, Global Ehsan Relief, Yayasan Pembina Masjid Salman ITB, Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI), sebagai bagian dari jaringan Masjid Kampus Berdampak dan Kampung Zakat.
"Banyak pihak yang terlibat pada program ini, mudah-mudahan bisa menjadi manfaat dan keberkahan untuk kita semua," kata Syachrial.
Program ini mampu menampung 20 meter kubik air baku dan 20 meter kubik air bersih. Dua sumur bor dengan debit 3 liter per detik menjadi sumber air baku yang selanjutnya diolah menggunakan koagulan, pasir aktif, dan karbon, sebelum dapat dikonsumsi.
Hingga saat ini, 54 rumah sudah tersambung dengan jaringan air bersih. Dalam waktu dekat, cakupan layanan ditargetkan meluas hingga 300 rumah. Pengelolaan fasilitas akan diserahkan kepada Koperasi Masjid Al Muhtadin, lengkap dengan mekanisme iuran bulanan dan biaya pemasangan awal sebagai upaya menjaga keberlanjutan sistem.
Harapannya, program bisa menjadi solusi untuk meningkatkan akses layanan infrastruktur yang merata bagi masyarakat, utamanya akses terhadap air bersih. Dengan hadirnya program diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan mengurangi beban pengeluaran masyarakat.



.jpeg)




