Prof. Ben L. Feringa: Science is an Adventure into the Unknown
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id — Peraih Nobel Prize dalam bidang Kimia, Prof. Ben L. Feringa berbagi cerita dan pengalaman menjadi seorang dalam kuliah umum saat acara Dies Natalis ke-61 Institut Teknologi Bandung di Sabuga, Senin 2 Maret 2020 lalu. Ben L. Feringa berhasil menciptakan man-made molecular motor yang pertama di dunia pada tahun 1999 dengan durasi penelitian selama . Hal itulah yang mengantarkannya meraih penghargaan Nobel Prize yang ternyata sebelumnya telah diprediksi oleh serial The Simpson pada tahun 2011.
Molecular
motor adalah mesin penggerak yang berasal dari molekul yang mampu melakukan
rotasi terarah kontinu di bawah input energi. Molecular motor pertama di dunia
berukuran 1 nm dan mendapatkan energi yang berasal dari cahaya. Menurut Prof.
Ben, itu pertama kalinya manusia mampu menciptakan suatu molekul yang mampu
bergerak sendiri dengan gerakan yang terarah dan kontinu. “Gerakan tersebut
awalnya terinspirasi dari bagaimana bulan berotasi terhadap bumi,” ujar Prof.
Ben.
Profesor
di Universitas Groningen, Belanda ini juga menyebutkan aspek terpenting dalam
molecular motor selanjutnya adalah bagaimana molekul tersebut berada dalam
keseimbangan. Saat ini molecular motor belum memiliki aplikasikan tertentu,
namun nantinya diharapkan bisa dijadikan sebagai alat untuk bacterial
resistance, cancer treatment atau pengobatan lainnya. “Mungkin 50 tahun
dari sekarang akan ada nano robot yang diciptakan untuk tubuh manusia yang
mampu menyuntikkan senyawa yang mampu menyembuhkan penyakit,” prediksinya.
Dengan
adanya suatu senyawa photocontrolled antibiotic, atau antibiotik yang
pergerakannya dipengaruhi cahaya ini diharapkan antibiotik tersebut bisa
bekerja di dalam tubuh. Namun, saat ini masih terkendala dalam menemukan
bagaimana caranya molekul di dalam tubuh mendapatkan pencahayaan. “Terpaparnya
cahaya visible (tampak) ke dalam tubuh bisa berbahaya apabila dilakukan secara
terus menerus oleh karena itu kita membutuh sinar infra merah yang memiliki
energi lebih rendah dari sinar cahaya tampak dan tidak berbahaya bagi tubuh,” lanjutnya.
Profesor
yang mengaku berasal dari keluarga petani juga pernah melakukan percobaan bersama
mahasiswa bimbingannya terkait molecular motor. “Kami mengambil nano material
yang terdapat di ponsel, kemudian memasukannya ke dalam molecular motor dan
dilapisi kaca. Hasilnya, material tersebut dapat bergerak secara automatis dan
arah tertentu,” ujarnya.
Penelitian
ini bisa menjadi awal untuk membuat responsive materials (material yang
mampu bergerak dengan adanya induksi seperti perubahan cahaya, pH atau
temperatur), smart drugs, molecular machines dan soft robotics.
Dijelaskannya, contoh aplikasi responsive materials ini akan mampu
melakukan self-cleaning. “We (scientists) are molecular acrhitect
and molecular engineer,” jelas Prof. Ben L. Feringa.
Pada
akhir kuliah umumnya yang berjudul The Joy of Discovery tersebut, Prof. Ben
kembali menegaskan betapa banyaknya keindahan dalam dunia sains yang saat ini
belum ditemukan. Ia menyampaikan bahwa seorang tidak boleh
takut dengan kegagalan. “Kita harus berani membayangkan yang tak terbayangkan,
dan menghadapi fakta bahwa kita harus berhadapan dengan tiga hal yaitu excitements,
failures, and uncertainty,” tuturnya. ”Science is an adventure into the
unknown, entering an uncharted territory of astonishing beauty, surprises and
amazing perspectives,” pesannya.
Reporter: Salsabila Tantri Ayu (Kimia, 2016)