Inovasi Otomatisasi Budidaya Rumput Laut untuk Atasi Gagal Panen, Tim Mahasiswa ITB Juara Nasional hingga Diundang Kementerian Kelautan dan Perikanan
Oleh Windi Apriliani - Mahasiswa Teknologi Pascapanen, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Tim Velocity Rumpita yang terdiri atas Delvia Marsinta Br Surbakti dan Muhamad Farhan (Teknik Sipil, 2024), serta Madriena Nazaha Arief (Teknik Lingkungan, 2024) meraih Juara 2 dalam Undergraduate Business Plan Competition Makarapreneur 2025 yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (HIPMI PT) Universitas Indonesia (UI). Mereka menerima penghargaan di Makara Art Center, UI, Sabtu (17/5/2025).
Keinginan untuk belajar dan mencoba hal baru menjadi langkah awal bagi tim mengikuti kompetisi bisnis. Mereka melalui setiap tahapan dengan tekad dan konsistensi yang kuat.
Tahap pertama adalah preliminary stage. Mereka diminta menyusun Business Model Canvas (BMC) yang menjabarkan ide bisnis secara singkat. Tahap kedua semifinal stage, yaitu penyusunan proposal bisnis secara komprehensif. Kemudian diakhiri dengan final stage, tim melakukan pitch deck di hadapan juri.
Ide Bisnis dari Permasalahan di Lapangan
Ide bisnis yang mereka kembangkan berangkat dari permasalahan di lapangan. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam budidaya rumput laut, namun pemanfaatannya belum optimal. Hal ini karena rendahnya produktivitas budidaya rumput laut akibat kurang tersedianya teknologi yang dapat mendukung dalam peningkatan produktivitas tersebut. Permasalahan ini turut diperkuat oleh pengalaman langsung dari salah seorang petani rumput laut di Lombok, Pak Harry. Beliau menyampaikan bahwa proses penanaman dan pemanenan rumput laut masih dilakukan secara manual sehingga memakan banyak waktu dan tenaga. Selain itu, cuaca yang sulit diprediksi, terutama saat musim hujan dapat menyebabkan terjadinya penurunan tingkat salinitas air laut di permukaan, yang meningkatkan risiko gagal panen. Untuk menjawab permasalahan tersebut, Tim Velocity Rumpita merancang sistem otomatisasi budidaya rumput laut.
Mesin otomatisasi ini adalah Plant Harvest Machine dan Automatic Mechanical Line.
Plant Harvest Machine memiliki keunggulan dari segi teknis karena dapat dioperasikan hanya oleh satu tenaga kerja dengan proses penanaman dan pemanenan rumput laut secara otomatis. Sementara itu, Automatic Mechanical Line berfungsi dalam mengatur kedalaman tali pengikat rumput laut sehingga dapat disesuaikan secara otomatis dan dapat menghindari penurunan salinitas saat musim hujan yang sering menyebabkan gagal panen.
Dalam sistem tersebut dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber daya mesin dan sensor-sensor yang dapat mengukur suhu, intensitas cahaya, kecepatan ombak, dan kedalaman tali budidaya rumput laut. Semua data tersebut terhimpun dan ditampilkan dalam aplikasi berbasis teknologi LoRa (Long Range) bernama Rumpita App dengan desain yang ramah bagi pengguna.
Secara keseluruhan, aplikasi ini menjadi instrumen atau alat bantu bagi petani maupun pengguna lainnya untuk memantau kondisi rumput laut secara real-time. Hal itu membuat petani lebih fleksibel dan lebih tepat mengambil keputusan terkait kondisi budidaya.
Diundang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Inovasi ini mendapatkan respons positif dari komunitas petani rumput laut hingga instansi pemerintah. Tim ini diundang langsung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pusat untuk mendiskusikan lebih lanjut terkait produk yang dikembangkan. Dari pertemuan tersebut, mereka mendapatkan banyak masukan dan evaluasi, terutama dari segi teknis untuk menambahkan sistem penggetar agar hasil panen bisa lebih maksimal. Dukungan dan masukan tersebut menjadi pijakan penting jika dapat diterapkan secara nyata agar mesin mampu bekerja secara optimal.
Dukungan dari UKM
Perjalanan Tim Velocity Rumpita dalam mengembangkan ide bisnis ini tidak lepas dari dukungan lingkungan sekitar, terutama dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang diikuti. Dua di antara mereka merupakan anggota dari Techno Entrepreneur Club (TEC) ITB dengan salah satu program di dalamnya adalah Tech Companion yang menghubungkan mereka dengan mentor berpengalaman di bidang bisnis. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh tim sebagai ruang untuk belajar dan berkembang. Melalui program tersebut, mereka dibimbing langsung oleh Pieter Jose Santoso, S.Bns., alumnus Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB, yang memberikan banyak wawasan terkait pengembangan bisnis dan kedisiplinan dalam bekerja.
Di tengah proses tersebut, terdapat berbagai tantangan yang mereka hadapi, seperti harus beradaptasi dengan membaca banyak sumber atau literatur dengan topik yang kurang familiar, menggali ide bisnis yang relevan, hingga mengatur waktu antara kegiatan akademik dan proses seleksi kompetisi. Meski tidak mudah, semua itu berhasil mereka lalui berkat kerja sama solid dan saling mendukung satu sama lain.
“Tantangan yang dihadapi saat itu adalah harus mengatur waktu antara jadwal akademik dengan pengejaan lomba ini, sehingga kami harus pintar-pintar membagi prioritas dan saling membantu satu sama lain,” ujar Farhan.
Bagi tim, mengikuti kompetisi ini bukan sekadar ajang berkompetisi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata sebagai mahasiswa dalam menjawab berbagai tantangan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memaksimalkan setiap kesempatan dengan terus belajar, berjejaring, dan menciptakan solusi yang relevan.
“Maksimalkan kuliah, bangun relasi, dan jangan takut untuk memulai. Manfaatkan semua peluang yang ada dan tentukan tujuan dengan jelas,” ujar Madriena.
Pengembangan ide bisnis ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan besar pemerintah untuk meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut di Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di sektor perikanan dan kelautan.
“Kalau bisa direalisasikan di masa depan dan punya resource yang cukup, kami akan sangat bangga dan senang jika ini bisa direalisasikan, karena tentunya mesin ini akan memudahkan petani sehingga dapat mendorong pemanfaatan potensi laut di Indonesia secara lebih optimal,” ujar Delvia.
Rumpita bukan sekedar mimpi dari sebuah kompetisi, melainkan sebagai wujud inovasi berbasis realita yang mampu menjawab kebutuhan di sektor budidaya rumput laut. Kisah tim ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas disiplin, pemanfaatan teknologi, dan empati sosial dapat menjadi pondasi utama dalam menciptakan solusi yang relevan dan berdampak bagi masyarakat.
Reporter: Windi Apriliani (Teknologi Pascapanen, 2021)








