Kemdiktisaintek, ITB dan TikTok Bersinergi Bangun Ekosistem Sains Melalui Seminar Fuel Your Potential (FYP)
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id — Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Ditjensaintek) Kemdiktisaintek, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan TikTok Indonesia, menggelar Seminar dan Workshop Nasional Fuel Your Potential (FYP) pada Kamis (4/12/2025) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) ITB.
Dengan tema “Civitas Akademika sebagai Agen Komunikator Sains di Era Digital”, acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam menghadirkan komunikasi sains yang inklusif, berbasis bukti, dan mudah dijangkau masyarakat.
Kegiatan berlangsung sejak pagi melalui rangkaian sesi pembukaan, sambutan, keynote speech, diskusi panel, sesi inspiratif, hingga workshop konten STEM. Antusiasme peserta dari berbagai perguruan tinggi tampak sejak awal, mencerminkan tingginya minat terhadap upaya penguatan literasi sains dan pemanfaatan ruang digital untuk tujuan edukasi.
Mendorong Akademisi Menjadi Penggerak Komunikasi Sains

Dalam laporannya, Prof. Yudi Darma, S.Si., M.Si., Ph.D., Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, menekankan bahwa perkembangan dunia digital membuka peluang besar bagi sivitas akademika untuk hadir sebagai rujukan terpercaya masyarakat. Ia memaparkan temuan bahwa lebih dari 80% penduduk Indonesia kini memiliki akses internet, sebuah capaian yang menghadirkan kesempatan luas untuk memperkenalkan sains melalui pendekatan yang kreatif dan berbasis bukti.
Menurut Prof. Yudi, publik Indonesia sebenarnya memiliki ketertarikan tinggi terhadap sains, namun masih membutuhkan figur ilmiah yang dapat menjadi panutan di ruang digital. Ia juga menyoroti tantangan ekosistem konten saat ini, di mana sebagian kreator masih mengutamakan popularitas dibandingkan kredibilitas. Karena itu, kehadiran akademisi di platform digital sangat dibutuhkan agar masyarakat memiliki akses terhadap informasi yang akurat dan bertanggung jawab.
“Ruang digital tidak hanya menjadi tempat berbagi informasi, tetapi wadah pendidikan yang sangat potensial. Kita ingin mahasiswa dan akademisi mampu menghadirkan konten yang tidak hanya viral, tetapi juga mencerahkan,” ujarnya.
Ia berharap FYP menjadi inkubator gagasan yang memperkuat budaya ilmiah, mendorong citizen science, serta menghadirkan kebijakan yang lebih baik di masa mendatang.
TikTok Dorong Ekosistem Edukatif yang Lebih Luas

Executive Director Tokopedia & TikTok E-Commerce Indonesia, Stephanie Susilo, menjelaskan TikTok kini menjadi salah satu ruang populer untuk mengakses konten edukasi. Dia pun menyatakan bahwa konten pendidikan termasuk dalam lima kategori yang paling banyak dicari masyarakat Indonesia di TikTok.
Untuk mendukung akses tersebut, TikTok menghadirkan STEM Feed, fitur khusus yang menampilkan beragam konten sains dan teknologi yang telah dikurasi.
Stephanie menegaskan bahwa TikTok berkomitmen menjadi ekosistem yang mendorong pemikiran kritis dan literasi sains generasi muda. Melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi dan pemerintah, ia percaya pendidikan dapat dikemas secara lebih menarik dan relevan bagi anak muda.
“Platform digital dapat menjadi jembatan agar riset dan inovasi yang lahir di kampus dapat dipahami dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” ungkapnya.
ITB Perkuat Peran Civitas Akademika dalam Literasi Digital

Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan ITB, Prof. Dr. apt. Muhamad Insanu, S.Si., M.Si., menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada ITB sebagai tuan rumah kegiatan nasional ini. Menurutnya, perguruan tinggi tidak hanya bertugas menghasilkan pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab memastikan ilmu tersebut hadir dalam format yang mudah dijangkau dan relevan bagi publik.
Ia menekankan pentingnya pendekatan komunikasi berbasis PESO (Paid, Earned, Shared, Owned Media), yang dinilai efektif dalam mengubah narasi sains menjadi informasi yang menarik dan mudah diterima.
“Komunikasi sains adalah upaya kolektif. Tidak hanya dosen atau peneliti, tetapi seluruh civitas akademika, mulai dari mahasiswa, alumni, hingga tenaga kependidikan, semuanya memiliki peran penting dalam jembatan penguatan riset dan masyarakat,” jelasnya.
Ia menyebut FYP sebagai kegiatan yang sangat relevan, karena membekali peserta dengan keterampilan komunikasi digital yang strategis.
Keynote, Panel, dan Workshop Perkuat Kapasitas Komunikasi Sains
Acara berlanjut dengan keynote speech oleh Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A., Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, yang mengangkat arah kebijakan transformasi pendidikan tinggi di era digital. Keynote kedua disampaikan oleh Prof. Ir. I Gde Wenten, M.Sc., Ph.D., yang menegaskan pentingnya diseminasi sains dan teknologi sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Diskusi panel menghadirkan akademisi dan peneliti dari berbagai institusi yang membahas peran akademisi dan kreator dalam membangun ekosistem edukasi digital yang sehat. Sesi inspiratif menampilkan kreator-kreator edukatif seperti Imam Santoso dan Richard Silalahi (@inisikiboo), yang berbagi pengalaman menciptakan konten sains yang dekat dengan publik.
Pada sesi workshop, peserta memperoleh pelatihan teknis mengenai pembuatan konten STEM dari Tim TikTok Indonesia dan kreator seperti Jerome Polin. Mereka juga mempelajari strategi monetisasi konten edukatif agar karya ilmiah dapat menjangkau lebih banyak audiens dan berkelanjutan.
Menuju Ekosistem Sains yang Lebih Inklusif
Penyelenggaraan FYP 2025 menjadi wujud nyata kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi, dan platform digital dalam memperluas akses edukasi dan literasi sains. Dengan hadirnya ratusan peserta dari berbagai daerah, kegiatan ini menegaskan bahwa komunikasi sains yang kredibel, kreatif, dan mudah dipahami kini semakin penting untuk menjawab kebutuhan masyarakat di era digital.
Melalui FYP, diharapkan semakin banyak sivitas akademika yang terlibat dalam menghadirkan sains kepada publik dengan cara yang lebih menarik, relevan, dan penuh dampak positif.







