Indonesia Plastic Pollution Hub Diluncurkan di ITB, Pantau Pencemaran Plastik dengan Teknologi

Oleh M. Naufal Hafizh, S.S.

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.


BANDUNG, itb.ac.id – Indonesia Plastic Pollution Monitoring Hub, sebuah platform kolaboratif antar perguruan tinggi dan lembaga riset untuk memantau dan menganalisis pencemaran plastik secara sistematis, ilmiah, dan berbasis teknologi diluncurkan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (16/5/2025).

Inisiator dan Koordinator Indonesia Plastic Pollution Monitoring Hub, Prof. Emenda Sembiring, S.T., M.T., M.Eng.Sc., Ph.D., dalam sambutannya mengatakan, platform berbasis web ini hadir karena Indonesia menghadapi krisis polusi plastik dengan timbulan plastik sebanyak 6,8 juta ton per tahun. Hal itu menyebabkan pencemaran laut dan kerusakan lingkungan. Di sisi lain, Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik laut sebesar 70% pada 2025 dengan strategi perubahan perilaku, pengurangan kebocoran sampah, dan reformasi kebijakan.

Beliau mengatakan, perlu dilakukan upaya pemantauan yang terstandardisasi, intensif, dan menggunakan teknologi yang efektif sehingga dapat memahami sejauh mana pencemaran plastik terjadi dan merumuskan solusi yang efektif.

Hub ini akan menyediakan data pemantauan mengenai jumlah dan jenis plastik yang ditemukan di perairan dan laut serta lokasi-lokasi utama pembuangan atau penumpukan plastik.

“Data dan analisis yang dihasilkan dari Plastic Pollution Monitoring Hub akan mendukung pengembangan kebijakan pengelolaan sampah plastik berbasis data yang pengambilannya telah terstandardisasi dan terkurasi, mendukung target pengurangan sampah plastik nasional serta implementasi strategi pengelolaan sampah laut yang lebih adaptif dan efektif,” ujar Guru Besar dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB ini.

Beliau mengatakan, ITB telah mengembangkan strategi pemantauan baru yang berfokus pada jumlah dan jenis plastik dengan memanfaatkan UAV (drone), kecerdasan buatan (AI), citra satelit, dan IoT untuk meningkatkan efisiensi monitoring. Terdapat 16 jenis sampah plastik yang dapat dideteksi, seperti kantong kresek, botol, jerigen, alat makan, dan lain-lain. Strategi ini yang akan diterapkan untuk mendapatkan data untuk ditampilkan dan dapat diakses publik.

Pemantauan akan dilakukan oleh tujuh perguruan tinggi dan Pusat Riset Oseanografi BRIN di 8 sungai, antara lain Citarum (ITB), Sail (Universitas Riau), Kapuas (Universitas Tanjungpura), Jeneberang (Universitas Hasanuddin), Penet (Universitas Udayana), Batang Kuranji (Universitas Andalas), Wai-Batu Merah (Universitas Pattimura), dan Cisadane (BRIN).

Prof. Emenda mengatakan, platfrom ini menyediakan data lebih detail, seperti waktu pengambilan data, bukti dari drone dan citra satelit, hingga siapa yang mengunggah data sehingga sumber data jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, Direktur Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran ITB, Prof. Dr.-Ing. Zulfiadi, S.T., M.T., mengatakan, melalui program ini, ITB mengimplementasikan visinya sebagai 4th Generation University, yakni perguruan tinggi kelas dunia yang unggul dan mandiri sebagai pelopor perubahan untuk pembangunan bangsa berkelanjutan melalui integrasi pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat serta kewirausahaan dan inovasi multidisiplin, untuk menghasilkan karya dan solusi holistik yang memadukan aspek humaniora, seni, sains, teknologi dan bisnis.

Beliau mengatakan, persoalan sampah ini bukan hanya permasalahan Indonesia, tapi global. Ini adalah salah satu usaha untuk memonitor dan melihat penurunannya. “Saya mengajak kita semua untuk melihat inisiatif ini bukan sekadar sebagai proyek teknis atau akademik, tetapi sebagai tanggung jawab moral kita kepada generasi mendatang. Anak cucu kita berhak mewarisi sungai dan laut yang bersih, bebas dari polusi plastik,” katanya.

Adapun Asisten Deputi Ekonomi Sirkular dan Dampak Lingkungan, Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Rofi Al Hanif, menyampaikan, Kemenko Pangan mengoordinasikan sejumlah isu, salah satunya pengelolaan sampah laut yang sudah dilakukan sejak 2018 sejak masih di Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Inisiasi Kemenko Pangan dan institusi pendidikan melalui Indonesia Plastic Pollution Hub ini dapat menghadirkan data terkini terkait persebaran sampah plastik untuk bahan masukan pemerintah pusat maupun daerah, bahan kampanye kepada masyarakat, serta pengambilan kebijakan untuk aksi cepat terkait persoalan tersebut.

“Harapannya dengan model saintifik seperti ini, kita akan tahu sampah plastik awalnya dari mana, ujunganya ke mana, dan bagaimana memitigasinya,” tuturnya.

Sebelum peluncuran Indonesia Plastic Pollution Hub, dilakukan tiga workshop mengenai Penjelasan Terkait Hasil Monitoring; Update AI dan Versi Terbaru Website Indonesia Plastic Pollution Monitoring Hub; dan Pelatihan Analisis Plastic Index dengan Menggunakan Citra Satelit.

Peluncuran Indonesia Plastic Pollution Monitoring Hub ini menandai langkah signifikan dalam upaya kolektif mengatasi krisis pencemaran plastik di Indonesia. Dengan kolaborasi berbagai perguruan tinggi serta BRIN dan pemanfaatan teknologi mutakhir, platform ini diharapkan mampu menyediakan data yang akurat, terstandarisasi, dan mudah diakses, sebagai wujud tanggung jawab moral dan komitmen untuk mewariskan lingkungan yang bersih dan sehat bagi generasi mendatang.

#itb berdampak #indonesia plastic pollution hub