Magister Desain FSRD ITB Gelar Bedah Film Sci-Fi, Kritisi Teknologi dan Globalisasi

Oleh Ahmad Fauzi - Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Foto bersama setelah pemutaran film dan diskusi (27/5/2025)(Dok. Ahmad Fauzi)
BANDUNG, itb.ac.id – Program Studi Magister Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) menyelenggarakan pemutaran film dan diskusi bertajuk “Sleeping Dealer”, di Design Centre Gedung CADL, ITB Kampus Ganesha, Selasa (27/5/2025).

Film bergenre fiksi ilmiah (sci-fi) yang dirilis tahun 2008 ini menggambarkan kondisi distopia ketika buruh imigran Meksiko di Amerika Serikat digantikan oleh robot yang dikendalikan oleh buruh yang sama di tempat lain.

Film ini menceritakan tentang pemuda asal Meksiko bernama Memo Cruz yang bekerja mengendalikan robot pekerja di Amerika Serikat melalui kabel yang terhubung melalui tubuhnya. Ia menekuni pekerjaan ini demi mengetahui dalang di balik kematian ayahnya yang tewas ditembak robot drone AS.

Sesi diskusi di akhir pemutaran film (27/5/2025) (Dok. Ahmad Fauzi)

Senior Lecturer, Technology in Culture and Society, Faculty of Engineering and Information Technology, University of Melbourne, Dr. Claudia Sandberg mengatakan film ini menarik karena menjadi film genre fiksi ilmiah yang berbeda dengan film pada umumnya.

“Saya pikir film ini sangat menarik karena ketika kita berpikir tentang genre tertentu, seperti film koboi, seperti fiksi ilmiah, kita selalu memiliki gambaran tertentu dalam pikiran seperti di pesawat ruang angkasa, alien, dan di sini kita memiliki sesuatu yang sama sekali berbeda. Dan saya melihat perangkat yang mereka mengangkat topik tentang migrasi, tentang pertanian, serta hubungan yang sangat menarik antara masa lalu, sekarang, dan masa depan,” tuturnya.

Menurutnya, film ini merupakan bentuk kritik dari globalisasi. “Saya pikir film ini memiliki beberapa kritik tentang globalisasi, seperti kebijakan imigrasi, dan juga meningkatnya peran teknologi dalam menghilangkan tenaga kerja manusia,” katanya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, Prasanti W. Sarli, Ph.D., yang kerap disapa Bu Asih mengatakan, film ini menggambarkan ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.

“Yang saya rasakan sangat kuat adalah seperti bagaimana ketidakadilan, tentang bagaimana beberapa orang memiliki lebih banyak akses ke sumber daya dan mereka kemudian memiliki kemungkinan untuk menahan dan mengendalikan sumber daya sedemikian rupa sehingga orang yang harus melakukan pekerjaan harus bekerja selama 12 jam,” katanya.

Menurutnya, film ini juga menggambarkan masa depan dari perspektif sekitar tahun 2008 pada saat film tersebut dirilis. “Dulu pada tahun 2008 kita tidak pernah membayangkan bagaimana kita bisa terkoneksi dengan orang lain melalui sosial media,” katanya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)

#fsrd #itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak