Kuliah Tamu Rekayasa Kehutanan ITB Bahas Tantangan Arborikultur di Indonesia
Oleh Ahmad Fauzi - Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

JATINANGOR, itb.ac.id – Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Perkembangan Teknologi untuk Arborikultur”, secara daring, Senin (26/5/2025).
Kuliah tamu ini diisi oleh Ketua Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI) dan Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, IPU, ASEAN Eng.
Beliau menjelaskan perkembangan arborikultur di Indonesia mulai dari didirikannya Masyarakat Arborikultur Indonesia sampai dengan kerja sama dengan PII BK Teknik Kehutanan dan Associate Membership ISA (International Society of Arboriculture).
Prof. Iskandar menyebutkan arborikultur adalah salah satu keahlian di bidang insinyur kehutanan yang telah tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor Sk.1190/MenLHK/Setjen/Kum.1/11/2023 tentang Standar Layanan Insinyur Teknik Kehutanan.
“Keberadaan pohon saat ini telah merosot dari awalnya 6 triliun menjadi 3 triliun. Maka dari itu kita berusaha menjaga dan melindungi pohon yang tersisa tersebut,” ujarnya.
Beliau juga menekankan bahwa arboris merupakan pekerjaan insinyur yang memerlukan kombinasi antara teori dan praktik. "Seperti halnya dokter ketika menangani pasien. Knowing and doing are equally important,” katanya.
Tantangan dan peluang yang dihadapi oleh arborikultur saat ini menurutnya adalah penyusunan standar, contohnya seperti standar pemeriksaan penilaian risiko pohon di Indonesia. “Maka dari itu kami membangun standar dengan skema usulan PNPS (Program Nasional Perumusan Standar) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, seperti hujan lebat, serangan rayap, dan jenis-jenis yang long-life dan cepat tumbuh,” ujarnya.
Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)