Dr. Irwan Gumilar Tekankan Pentingnya Data Geospasial dan Inovasi Kampus dalam Mitigasi Bencana

Oleh Ahza Asadel Hananda Putra - Teknik Pangan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.


BANDUNG, itb.ac.id – Ketua Program Studi Magister & Doktor Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, Dr. Irwan Gumilar, S.T., M.Si., dalam Forum Diskusi Inovasi Sesi 3 pada gelaran Prima ITB x CEO Summit menyampaikan persentasi bertajuk "Peningkatan Peran Teknologi dan Inovasi dalam Meminimalisir Risiko dan Dampak Bencana", Senin (15/12/2025), di ITB Innovation Park Bandung Technopolis. Beliau memaparkan strategi integrasi data geospasial di tengah tantangan anggaran dan kesiapan daerah.

Urgensi Data Geospasial: Lebih dari Sekadar Peringatan Dini

Dr. Irwan menegaskan bahwa relevansi teknologi pemetaan kini telah meluas jauh melampaui fungsi tradisionalnya. "Saat ini, data geospasial dan teknologi pemetaan tidak hanya penting untuk sistem peringatan dini, tetapi hampir di semua aspek yang berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan," ujarnya.

Teknologi seperti Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Robotic Total Station (RTS) kini mampu memberikan informasi pergerakan tiga dimensi secara real-time. Data ini krusial untuk mendeteksi indikasi awal bencana seperti erupsi gunung api, pergerakan tanah, hingga kerusakan pada infrastruktur buatan manusia.

"Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui potensi-potensi ancaman yang terjadi sehingga dapat dilakukan mitigasi untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa," ujarnya.

Inovasi "Low-Cost" dari Kampus Ganesha

Menjawab tantangan peran institusi pendidikan, ia mengungkapkan terobosan yang tengah digarap oleh Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika.

"Saat ini di ITB sedang mengembangkan sistem monitoring bencana menggunakan teknologi GNSS berbiaya rendah," ujarnya.

Ia memaparkan bahwa purwarupa alat ini telah sukses diuji coba untuk memantau penurunan muka tanah di Cekungan Bandung dan publikasinya telah terbit di jurnal internasional bereputasi, Applied Geomatics. Bahkan, saat ini FITB tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan asal China untuk pengembangan lebih lanjut.

Tantangan Sosial dan Kolaborasi

Meski teknologi terus berkembang canggih, ia mengingatkan bahwa aspek manusia dan sosial tidak boleh luput dari perhatian, terutama di daerah rawan bencana.

"Menurut pendapat saya, tantangan terbesar penerapan di daerah rawan bencana adalah kesiapan wilayah tersebut untuk menggunakan dan menjaga teknologi-teknologi yang saat ini dikembangkan. Setiap teknologi tentu perlu adaptasi dalam penggunaannya, termasuk sosialisasinya kepada masyarakat," ujarnya.

Untuk mengatasi hal ini, ia mendorong perluasan kolaborasi pemerintah dan swasta, misalnya melalui pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang difokuskan pada penerapan teknologi di kawasan bencana.

Optimisme di Tengah Efisiensi Anggaran

Menanggapi isu penurunan pagu anggaran sektor kebencanaan pada tahun 2025, Dr. Irwan melihatnya sebagai peluang bagi inovasi dalam negeri untuk tampil.

"Kalau dari saya, pengembangan inovasi yang ada di perguruan tinggi dan lembaga riset dapat digunakan untuk alternatif teknologi kebencanaan," katanya.

Strategi ini tidak hanya menawarkan solusi yang lebih murah, tetapi juga mendorong hilirisasi produk unggulan riset nasional. "Konsep triple helix atau penta helix dapat dioptimalkan dalam mengelola risiko bencana dari sisi kesiapan teknologi," ujarnya.

Reporter: Ahza Asadel Hananda Putra (Teknik Pangan, 2021)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak