Dari Mahasiswa hingga Menjadi Dosen: Tania Septi Anggraini, Kisah Wisudawan Doktoral Termuda yang Menginspirasi
Oleh Atika Widya Nurfauziah - Mahasiswa Teknologi Pascapanen, 2021
Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswi Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung (ITB), Tania Septi Anggraini, berhasil menyelesaikan program doktoralnya pada usia 25 tahun. Dia merupakan salah satu wisudawan yang mengikuti Wisuda Kedua Tahun Akademik (TA) 2024/2025, yang digelar pada Jumat-Sabtu (25-26/4/2025) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga).
Tania, yang juga kini merupakan seorang dosen muda, mengakui bahwa perjalanan akademiknya bukanlah hal yang mudah. Sejak dulu, Tania tertarik dengan ilmu eksakta, khususnya di bidang fisika dan matematika sudah tumbuh sejak masa SMA.
Namun, perjalanan akademiknya tidak lepas dari tantangan, termasuk perbedaan pendapat dengan keluarganya mengenai pilihan jurusan. Setelah melewati berbagai diskusi, ia akhirnya memperoleh izin untuk menempuh studi teknik di ITB dengan syarat menyelesaikan hingga jenjang magister terlebih dahulu.
Pada tahun 2017, ia resmi diterima di ITB dan berhasil menuntaskan program sarjana sebelum melanjutkan program magister melalui jalur fast track dengan dukungan beasiswa.
Dia memilih Progam Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, bidang yang menurutnya sesuai dengan dirinya, karena menekankan perhitungan dan logika, bukan hafalan. Pilihannya ini pun membawanya pada kesempatan istimewa ketika program studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB menjalin kerja sama dengan Chiba University, Jepang, melalui program double degree.
Berkat rekomendasi profesornya dan dukungan kedua institusi, Tania diterima dalam program ini dan menjalani studi doktoralnya secara hybrid, menggabungkan pembelajaran di Jepang dan daring dari Indonesia. Hal ini memungkinkan ia tetap aktif mengajar sebagai dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Selama menempuh program doktoral, Tania menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan aktivitas akademik dan profesional. “Tantangan terbesar adalah menyelaraskan karir dan akademik”, ujarnya.
Perannya sebagai dosen, peneliti, dan pekerja di startup berjalan bersamaan, sehingga ia harus memanfaatkan waktu malam untuk menyelesaikan kewajiban akademiknya. Salah satu motivasi kuat untuk menyelesaikan studi dengan cepat ialah didukung oleh beasiswa ITB yang membebaskan biaya kuliah.
Saat ini, selain aktif mengajar di Program Studi Sains Informasi Geografi (SaIG) dan Program Studi Survei Pemetaan Informasi Geografi (SPIG) di UPI, Tania juga tengah menyelesaikan proses sidang doktoral di Chiba University. Ia berencana mengembangkan karir akademik dan riset lebih mendalam setelah menyelesaikan studi doktoralnya. Dalam pesannya kepada para mahasiswa dan calon doktoral, Tania menekankan pentingnya kesabaran dan semangat.
“Sabar dan semangat. Pintar saja itu tidak cukup, kita juga perlu kekuatan mental karenna perjalanan sampai S3 itu memang penuh tantangan,” ujar Tania.
Perjalanan Tania menjadi bukti nyata bahwa batas usia bukanlah penghalang untuk mengejar mimpi besar. Dengan tekad, kerja keras, dan semangat pantang menyerah, ia membuktikan bahwa masa muda bisa menjadi waktu terbaik untuk mencetak sejarah, tak bagi diri sendiri, dan untuk dunia pendidikan Indonesia.
Reporter: Atika Widya Nurfaizah (Teknologi Pascapanen, 2021)