Perjalanan Albert Lukas Menjadi Mapres ITB 2025: Gagal, Bangkit, dan Berbagi

Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Albert Lukas Hasugian, mahasiswa Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB angkatan 2022.

BANDUNG, itb.ac.id – Albert Lukas Hasugian, mahasiswa Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) angkatan 2022, dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi I ITB 2025 dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) yang digelar Jumat (20/6/2025) di CC Timur, ITB Kampus Ganesha. Pencapaian ini merupakan hasil prestasi akademik, nonakademik, juga refleksi dari proses panjang yang dia jalani, penuh kegagalan, pembelajaran, dan semangat untuk terus memberi manfaat bagi sesama.

Sejak awal, Albert memegang prinsip untuk selalu berusaha sepenuh hati. Ia percaya bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang dijalani dengan totalitas. Setiap usaha yang dilakukan adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri agar kelak tak ada penyesalan, bahkan ketika hasilnya tak sesuai harapan.

Baginya, menjadi berprestasi bukan berarti tidak pernah gagal. Justru, pengalaman kegagalan menjadi bagian penting dari pertumbuhannya. Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika dia tidak lolos program IISMA. Dari situ, ia belajar banyak hal, mulai dari cara menulis esai yang kuat, teknik wawancara yang meyakinkan, hingga menerima penolakan sebagai bagian dari proses belajar. Dari kegagalan itulah ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh dan reflektif.

Albert Lukas Hasugian, mahasiswa Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB angkatan 2022 (kiri).
Lebih dari sekadar mengejar pencapaian pribadi, Albert memiliki semangat untuk tumbuh bersama. Ia menyebut proses keberhasilannya sebagai hasil dari circle of giving back—lingkaran saling bantu yang membentuk dirinya hingga hari ini. Di awal perjalanan kompetisi, ia mendapat banyak dukungan, baik dari mentor, teman, hingga komunitas. Kini, ia berkomitmen untuk menjadi bagian dari lingkaran yang sama bagi orang lain dengan menjadi mentor, membagikan pengalaman, dan membuka peluang bagi mahasiswa lain untuk berkembang.

“Ketika teman saya berhasil, menjuarai berbagai lomba, dapat magang, atau berkembang di organisasi, saya ikut merasa menang juga. Itu semacam kebahagiaan yang tak bisa digantikan,” tuturnya.

Prinsip keberlanjutan dan pemberdayaan juga menjadi inti dari inovasi yang dibawakannya dalam ajang Pilmapres. Bersama tim, Albert menginisiasi Paduan Biru, sebuah brand fashion berkelanjutan yang berfokus pada repurposing limbah denim menjadi produk pakaian baru. Ide ini muncul dari kepeduliannya terhadap limbah tekstil, terutama di kota Bandung yang dikenal sebagai pusat industri konveksi. Mereka menemukan potongan kain denim dalam jumlah besar yang dibuang karena tidak sesuai kebutuhan produksi, padahal secara kualitas masih sangat layak digunakan.

Melalui Paduan Biru, Albert dan tim mengurangi limbah tekstil, juga melibatkan komunitas penjahit lokal sebagai bagian dari rantai produksi. Inisiatif ini ramah lingkungan dan berkontribusi dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Upaya ini sebagai langkah kecil menuju wajah industri mode Indonesia yang lebih inklusif, berdaya, dan sadar lingkungan.

Bagi Albert menjadi mahasiswa berprestasi bagai mendaki gunung, bukan soal siapa yang tiba lebih cepat di puncak, melainkan memastikan jalur yang dilalui sesuai tujuan dan setiap pijakan kokoh. Ia percaya keberhasilan sejati bukan soal seberapa cepat sampai, melainkan memilih rute yang tepat dan--saat tiba di puncak--menggunakan pencapaian itu untuk memberi manfaat bagi orang lain.

Dari pengalaman jatuh bangun, semangat kolaborasi, dan keberanian untuk kembali setelah gagal, Albert Lukas hadir bukan hanya sebagai mahasiswa berprestasi, tetapi sebagai pribadi yang memilih untuk bertumbuh sambil menguatkan langkah orang lain.

#prestasi mahasiswa #sbm itb #mahasiswa berprestasi