Inspirasi Lintas Usia dan Kultur: Makoto Uda Wisudawan MBA ITB, Bertekad Jadi Jembatan Budaya Indonesia-Jepang
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor Anggun Nindita

Wisudawan MBA ITB asal Jepang, Makoto Uda, bersama istrinya dalam acara Wisuda April ITB, Sabtu (26/4/2025) (Dok. Humas ITB)
BANDUNG, itb.ac.id - Sebanyak 1.877 wisudawan doktoral, magister, dan sarjana mengikuti Wisuda Kedua Institut Teknologi Bandung 2024/2025 di Sasana Budaya Ganesa dalam dua sesi, yaitu pada Jumat (25/4/2025) dan Sabtu (26/4/2025).
Di antara banyaknya wisudawan, terselip satu sosok istimewa. Dia adalah Makoto Uda, mahasiswa internasional asal Jepang yang baru saja menuntaskan studi Magister Administrasi Bisnis (MBA) di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Usianya mungkin tak lagi muda, tapi semangat belajarnya tak pernah padam.
Dengan rambutnya yang mulai memutih serta raut wajah tenang, namun sarat akan pengalaman hidup. Makoto nampak kontras dengan wisudawan lainnya, tapi justru inilah yang membuat kisah hidupnya menarik.
Makoto Uda mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Waseda University, Jepang pada tahun 1995. Kemudian, ia melanjutkan studinya pada tahun 2009 di Duke University School of Law, Amerika Serikat.
Perjalanan karirnya sebagai venture capitalist sudah sangat panjang dan ia telah melanglang buana dari mulai di Jepang, Silicon Valley, juga Indonesia. Ia telah berpengalaman menjadi Manager Unit Pengembangan Bisnis di Sharps Electronics Corporation dan Manajer umum Departemen Perencanaan Bisnis di Mitsubishi Motors, serta pengalaman lain di perusahaan-perusahaan kelas dunia.
Meski telah puluhan tahun malang melintang di dunia industri, Makoto akhirnya memilih untuk melanjutkan kembali pendidikannya. "Saya dulu menganggap ilmu kampus tak berguna, tapi ternyata sangat penting di dunia nyata," ujarnya.
Oleh karena itu, ia kembali menjalankan pendidikan, salah satunya dengan mengambil sertifikasi hukum di Amerika dan juga melanjutkan studi magister di ITB ini.
Selama dua tahun menempuh studi di MBA ITB, Makoto menjadi mahasiswa bimbingan dari dosen Andika Putra Pratama, M.S.M., Ph.D. Makoto sering kali menjadi yang tertua di kelasnya, bahkan dia pun seusia dengan beberapa dosennya. Tapi bukan soal usai yang menjadi masalah, justru dari sanalah dia menemukan sebuah nilai tambah, yakni kesempatan berbagai insight mengenai dunia industri kepada generasi muda.
Makoto menyampaikan bahwa tesisnya menyoroti fenomena pascapandemi COVID-19, ketika banyak perusahaan Jepang di Indonesia mengurangi jumlah ekspatriat. Ia meneliti peluang dan peran ekspatriat mandiri dan talenta lokal sebagai solusi mengatasi kesenjangan komunikasi dan adaptasi budaya di perusahaan afiliasi Jepang.
Etika, Budaya, dan Bahasa yang Menjadi Sorotan Makoto Uda
Salah satu mata kuliah favoritnya di ITB adalah yang membahas tentang Etika. “Dengan etika, manusia bisa mematuhi peraturan yang ada, sehingga menjadi lebih bijak," katanya.
Hal itu juga yang banyak ia pelajari selama menempuh pendidikan sarjana di bidang hukum dulu.
Makoto menilai lingkungan belajar di ITB amat suportif. “Budaya orang Indonesia sangatlah ramah, suka menolong, dan suka mengapresiasi orang lain," tambahnya.
Dalam kelas yang diikutinya, Makoto sempat menghadapi tantangan bahasa. Meksi pengantar utamanya adalah Bahasa Inggris, tidak jarang Bahasa Indonesia pun digunakan dalam diskusi. Untungnya, dia sering mendapatkan bantuan dari teman-teman sekelasnya, sehingga dia tetap dapat mengikuti kelas dengan baik.
Perbandingan sistem pendidikan di tiga negara, yakni Jepang, Amerika, dan Indonesia juga menarik perhatiannya. “Di Jepang, dosen biasanya gabungan akademisi dan praktisi. Di Amerika, banyak yang murni praktisi. Sementara di Indonesia, dosen lebih banyak dari latar belakang akademik,” paparnya.
Kesempatan Menjelajahi Indonesia
Di luar kesibukan akademiknya, Makoto tidak melewatkan kesempatan untuk menjelajahi Indonesia. Dia mengakui sangat senang dapat mengeksplorasi keindahan alam Indonesia. Dari Nusa Tenggara Timur hingga Maluku, dia pun menyempatkan diri untuk menyatu dengan warna-warni lokal yang dapat memperkaya wawasan serta perspektif hidupnya.
Kuliah di ITB memberinya pemahaman lebih mendalam tentang bahasa dan budaya Indonesia. Sebelumnya, ia pernah tinggal di Jakarta saat bekerja di sebuah perusahaan. Namun saat itu dia merasa interaksinya dengan masyarakat Indonesia masih terbatas. Hal tersebut berbeda dengan yang dia rasakan saat berkuliah di ITB.
"Di kampus ini, saya justru benar-benar mengenal karakter asli orang Indonesia yang jauh lebih beragam dan menarik," tuturnya.
Menjembatani Dua Dunia
Kini setelah kelulusannya, Makoto tidak hanya berniat kembali ke dunia industri. Dia datang dengan membawa misi baru, yakni menjadi jembatan Budaya antara Jepang dan Indonesia. "Saya ingin menjadi jembatan bagi eksekutif Jepang yang butuh pemahaman lebih mengenai budaya lokal," paparnya.
Di akhir perbincangan, dia menitipkan satu pesan penting, yaitu jika ingin tinggal atau bekerja di luar negeri, jangan lupa untuk selalu menghormati budaya lokal setempat.
"Hal ini penting untuk membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar. Karena dari budaya yang beragam ini, kita bisa belajar dan mendapatkan insight yang penting bagi kehidupan," paparnya.
Dari kisah Makoto Uda, kita belajar bahwa pendidikan tak mengenal usia, dan semangat belajar bisa menjadi jembatan yang menghubungkan dunia, bahkan lintas generasi dan budaya.
Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)