Kuliah Lapangan Mahasiswa Biologi: Eksplorasi Keindahan Alam Laut Taman Nasional Kepulauan Seribu

Oleh Wanda Dantini Putri - Mahasiswa Biologi, 2021

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB menggelar kuliah lapangan Mata Kuliah Ekologi Laut pada 10-11 Mei 2025 di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kuliah lapangan ini diikuti oleh mahasiswa Biologi angkatan 2021 yang mengambil Mata Kuliah Ekologi Laut (BI-4217), didampingi oleh dosen pengampu, yaitu Dr. Devi Nandita Choesin, M. Sc. dan Dr. Dian Rosleine, M. Si., serta tim asisten.

Kuliah lapangan Ekologi Laut ini diselenggarakan di Taman Nasional Kepulauan Seribu, sebuah Taman Nasional Laut di utara Jakarta, yang berjarak sekitar 45 km dari ibu kota. Kegiatan ini dipusatkan di Pulau Pramuka dan sekitarnya, yang merupakan bagian dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III.

Pemilihan lokasi ini karena kekayaan ekosistem dan biota lautnya yang beragam. Mahasiswa mempelajari ekosistem terumbu karang, komunitas ikan karang, dan padang lamun. Selama kuliah lapangan, mereka berkesempatan untuk menerapkan langsung metode pengambilan data yang biasa digunakan dalam penelitian ekologi laut.

Kegiatan yang dilakukan mahasiswa meliputi pengambilan data karang (data parameter fisika kimia air laut, seperti DO, temperatur, pH, dan salinitas, data tutupan bentik, serta data kesehatan karang), data ikan karang (menggunakan metode belt transect dan timed swim untuk memperoleh data terkait jumlah individu, spesies, famili, serta struktur komunitas), data lamun (menggunakan metode quadrat sampling, analisis densitas lamun, Importance Value Index/IVI, dan Seagrass Ecological Quality Index/SEQI), data kondisi sosial (menggunakan metode kuesioner dan wawancara), penjelasan terkait transplantasi karang, dan pengamatan konservasi penyu.


Penjelasan terkait transplantasi karang di Pulau Pramuka, Minggu (11/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
Ekosistem terumbu karang, komunitas ikan karang, dan padang lamun dipilih sebagai objek utama yang dipelajari dalam kuliah lapangan ini karena peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Selain sebagai pelindung fisik, mereka juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati laut yang kompleks dan saling bergantung. Keberadaan ikan-ikan karang juga dapat turut menjaga kelangsungan hidup karang dan lamun itu sendiri.

“Terumbu karang, komunitas ikan karang, dan padang lamun menjadi fokus utama pengamatan karena ketiganya memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan wilayah pesisir,” ujar Hikmal Razan Tarigan, salah satu praktikan.

“Ekosistem ini mampu melindungi pesisir dari ancaman abrasi, penurunan muka tanah (land subsidence), hingga badai. Uniknya ekosistem tersebut sangat bergantung pada keanekaragaman organisme laut di sekitarnya. Kalau jumlah ikan dan biota lain terus menurun, lama-lama karang, lamun, dan bahkan mangrove bisa ikut rusak atau tidak bertahan. Padahal dari ekosistem inilah banyak ikan yang kita konsumsi sehari-hari berasal. Jadi, menjaga ekosistem laut bukan hanya penting bagi lingkungan, tetapi penting juga untuk menjaga sumber makanan kita sendiri,” lanjut Hikmal.

Hal penting yang dapat mahasiswa amati selain keindahan dan kekayaan ekosistem laut yang ditawarkan Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah realitas sosial dan lingkungan yang unik. Mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana masyarakat di pulau-pulau yang jauh dari pusat kota menghadapi tantangan seperti pengelolaan sampah yang masih terbatas dan keterbatasan akses air bersih. Namun, terdapat upaya konservasi yang aktif dilakukan oleh masyarakat dan pihak pengelola taman nasional, seperti transplantasi terumbu karang dan pelestarian penyu yang menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa.

Kunjungan ke tempat konservasi penyu di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Minggu (11/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
“Taman Nasional Kepulauan Seribu bukan hanya menarik dari sisi ekosistem lautnya, tapi juga dari kondisi sosial dan lingkungan masyarakatnya, karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota, masyarakat di sana menghadapi tantangan tersendiri, seperti pengelolaan sampah yang masih dibakar dan keterbatasan sumber air bersih yang hanya bergantung pada sumur resapan. PDAM belum tersedia, tetapi ada perusahaan swasta yang mengelola air bersih untuk warga. Di sisi lain, masyarakat dan pengelola taman nasional juga aktif melakukan upaya konservasi, mulai dari konservasi terumbu karang hingga konservasi penyu,” ujar Hikmal.

Kuliah lapangan di Kepulauan Seribu memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa. Mereka bisa melihat langsung kehidupan masyarakat pesisir yang jauh berbeda dari kota, menyelam untuk mengamati keindahan dan keunikan terumbu karang, serta melakukan pengumpulan data sosial yang jarang didapatkan di mata kuliah lain.

Hikmal mengungkapkan kekagumannya pada kehidupan masyarakat pulau dan keberagaman terumbu karang di sana, bahkan lebih bervariasi dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Ia juga menyadari bahwa kondisi di lapangan sangat kompleks, di mana faktor sosial, ekonomi, dan ekologi saling memengaruhi, sehingga menantang mereka untuk menerapkan ilmu yang sudah dipelajari.

Pengamatan dan pengambilan data terumbu karang dan ikan karang di Taman Nemo, Pulau Pramuka, Sabtu (10/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
Salah satu peserta lainnya, yakni Ranti Aulia Siregar menambahkan bahwa keanekaragaman biota laut di Kepulauan Seribu sangat tinggi, bahkan sering menjumpai segerombolan ikan saat snorkeling. Selain itu, mahasiswa juga disambut ramah oleh masyarakat setempat saat melakukan wawancara.

Penelitian yang dilakukan mahasiswa selama kuliah lapangan ini tidak hanya menjadi media pembelajaran, tetapi juga berpotensi memberikan kontribusi nyata bagi pengelolaan konservasi di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Hikmal berharap penelitian mereka dapat menjadi masukan bagi pihak taman nasional, misalnya dalam pengembangan metode pemantauan perilaku penyu untuk mendukung keputusan pelepasliaran yang lebih tepat.

Reporter: Wanda Dantini Putri (Biologi, 2021)

#kuliahlapangan #kuliah #biologi #sith #itbberdampak #kampusberdampak #itb4impac #diktisaintekberdampak