Tim “Bang Jono” ITB Juara 1 Kompetisi Business Case Nasional, Usulkan Teknologi Biomassa untuk Industri Pupuk Hijau

Oleh Syabina Er Said - Mahasiswa Teknik Dirgantara, 2020

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Foto Tim Bang Jono (dari kiri ke kanan): Farraz Alif Hernando, Muhamad Abir Nuchiyah, dan Riza Azzam Burhani.

BANDUNG, itb.ac.id — Langkah nyata menuju masa depan energi berkelanjutan datang dari tiga mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Tim Bang Jono, beranggotakan Farraz Alif Hernando (Teknik Mesin 2022), Muhamad Abir Nuchiyah (Teknik Dirgantara 2022), dan Riza Azzam Burhani (Teknik Mesin 2022), menyabet Juara 1 dalam ajang bergengsi Business Case Competition SINERGY 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya dengan menyelesaikan masalah keberlanjutan untuk Pusri dan Pertamina.

Kompetisi ini merupakan bagian dari rangkaian acara Sustainable and Renewable Energy (SRE) UNSRI 2025 dengan fokus utama Local Energy, Global Impact: Optimizing Indonesia's Renewable Energy Potential to Support World Sustainability, bertujuan untuk optimalisasi energi terbarukan untuk mendukung keberlanjutan industri nasional.

Business Case Competition ini menjadi ajang adu strategi antar mahasiswa se-Indonesia dalam merancang solusi konkret bagi perusahaan dan sektor energi terbarukan. Fokusnya: bagaimana perusahaan besar bisa bertransformasi ke energi hijau dengan tetap kompetitif secara global. Dalam subtema yang mengangkat topik energi hijau dalam industri pupuk, peserta ditantang merancang strategi bisnis inovatif dan berkelanjutan bagi perusahaan seperti Pusri, dengan mempertimbangkan aspek teknologi, ekonomi, dan lingkungan.

Tim Bang Jono dinilai unggul karena menghadirkan solusi yang terintegrasi, realistis, dan mampu menjawab tantangan transisi energi dari sisi teknologi, ekonomi, dan sosial secara bersamaan.

Mengusung solusi berjudul SEKATE (Sembilang Ekoteknologi Kolaboratif untuk Alam Terbarukan), tim Bang Jono menawarkan pendekatan komprehensif untuk membantu transisi energi hijau di industri pupuk untuk Pusri yang terdiri atas enam inisiatif, salah satunya yang menjadi sorotan adalah Kraft Biomass FirePushri, program co-firing biomassa berbasis limbah pertanian seperti sekam padi dan residu kelapa sawit. Inovasi ini memungkinkan Pusri mengurangi emisi karbon secara signifikan melalui penggunaan boiler CFB (Circulating Fluidized Bed) yang dapat mengoptimalkan pembakaran biomassa hingga 30%. Teknologi ini turut didukung sistem monitoring jejak karbon real-time, serta kolaborasi pasokan bahan bakar dengan petani lokal, sebuah model bisnis yang ramah lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi desa.

Tak berhenti di situ, SEKATE juga mencakup strategi pembangunan PLTS skala besar (Solar Boost Pusri), revitalisasi pabrik dengan teknologi efisien (Eco Revive), pengembangan pupuk berbasis green ammonia (TechGrow H2), hingga pembentukan pusat kemitraan riset energi hijau lintas sektor (EcoLoop). Secara keseluruhan, implementasi SEKATE diproyeksikan dapat mengurangi emisi CO? lebih dari 1,9 juta ton hingga tahun 2030, sekaligus memberi dampak ekonomi yang baik dengan nilai NPV positif dan menghemat biaya operasional secara signifikan hingga Rp50,15 T selama 5 tahun.

"Semoga semakin banyak teknologi energi terbarukan yang dikembangkan dan diterapkan di Indonesia. Masa depan industri tidak bisa hanya mengandalkan efisiensi, tapi harus selaras dengan keberlanjutan,” ujar Abir dan tim saat diwawancarai di FTMD, Senin, 28 April 2025.

Alif juga menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif antara teknologi, masyarakat, dan industri adalah kunci dalam menciptakan transisi energi yang adil dan menyeluruh.

Keberhasilan tim Bang Jono menunjukkan bagaimana mahasiswa ITB mampu merancang solusi strategis dan aplikatif dalam menjawab tantangan besar energi nasional, sekaligus memperkuat posisi ITB sebagai pusat unggulan inovasi untuk keberlanjutan.

Reporter: Syabina Er Said (Teknik Dirgantara, 2020)

#prestasi mahasiswa #prestasi nasional #ftmd #teknik mesin #teknik dirgantara #teknologi biomassa