Mahasiswa ITB Tawarkan Terapi Alternatif Dermatitis dari Daun Singkong: Juara 1 Pharmaland 2025
Oleh M. Naufal Hafizh, S.S.
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi, Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi membanggakan. Tim yang terdiri atas Mary Triana, Tiffany Winata Jingga, dan Fortuna Aurellia Sandra Dewi (dari angkatan 2022) di bawah bimbingan Dosen Sekolah Famasi ITB, Dr. apt. Rika Hartati, berhasil meraih Juara 1 dalam ajang Pharmaland 2025 untuk kategori Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diselenggarakan pada 18 Mei 2025.
Pharmaland merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Malang. Ajang ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang mencakup olimpiade, lomba poster edukasi, dan KTI. Untuk kategori karya tulis ilmiah, peserta berasal dari mahasiswa aktif jenjang D3 dan S1 dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tahun ini, Pharmaland mengangkat tema “Eksplorasi Potensi Bahan Alam sebagai Pengobatan Penyakit Kulit”. Berdasarkan tema tersebut, tim ITB mengusung gagasan pemanfaatan daun singkong (Manihot esculenta) sebagai terapi alternatif untuk dermatitis atopik, khususnya pada bayi dan anak-anak. Mereka menyoroti kandungan rutin, senyawa yang memiliki potensi sebagai antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan, sebagai pengganti kortikosteroid yang selama ini banyak digunakan namun memiliki risiko efek samping.
“Kami memilih topik ini karena merasa perlu mencari solusi yang lebih aman dan efektif, terutama bagi bayi dan anak-anak yang kondisi kulitnya masih sangat sensitif,” ujar Mary Triana, ketua tim.
Proses penentuan topik dilakukan melalui diskusi dan brainstorming mengenai berbagai kasus penyakit kulit dan potensi bahan alam yang relevan. Tim juga melakukan asistensi dengan dosen untuk mendapatkan masukan terhadap ide yang dikembangkan. Dari situ, mereka menyusun karya tulis yang fokus pada formulasi sediaan berbasis nanoemulsi.
Menurut Mary, keberhasilan mereka tidak lepas dari kekompakan dan keterbukaan tim. “Kami saling memberi kritik dan saran tanpa baper. Selain itu, kami benar-benar memperhatikan detail, terutama dalam pemilihan bahan dan dasar ilmiahnya,” ujarnya.
Dia juga membagikan beberapa saran bagi mahasiswa lain yang ingin ikut lomba serupa. “Pastikan semua anggota ikut dalam proses ideasi, lakukan riset yang mendalam, dan ciptakan karya yang orisinal. Kalau bisa, minta masukan dari dosen dan latih presentasinya sebaik mungkin,” ungkap Mary. “Yang terpenting, pahami betul isi KTI yang dibuat, supaya bisa tampil percaya diri dan menjawab pertanyaan dengan lancar.”
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi, kreativitas, dan ketekunan dapat membawa hasil yang membanggakan. Tim berharap pencapaian ini dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk terus berani mencoba dan mengembangkan ide-ide inovatif di bidang farmasi.
Reporter: Andre Otniel Panggabean (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2022)