Biotechnology Fair 2025: Sinergi Akademia dan Industri untuk Masa Depan Bioteknologi Indonesia

Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.


Sesi talkshow bersama Verdant Bioscience. (Dok. Pribadi)

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Bioteknologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) menggelar "Biotechnology Fair 2025", Sabtu (24/5/2024) di Auditorium Campus Center (CC) Timur, ITB Kampus Ganesha.


Biotech Fair merupakan acara tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2021. Pada dua tahun pertama, acara ini dilaksanakan secara daring. Pada tahun 2023, kegiatan ini vakum karena adanya program course internasional. Kemudian, pada tahun 2024, acara dilaksanakan dalam format bauran dengan kuliah tamu terbatas untuk SITH dan ITB. Kini, di tahun 2025, Biotech Fair kembali hadir dengan skala yang lebih luas dan format yang lebih matang.

Acara ini dirancang sebagai aplikasi dari tiga jalur utama dalam Program Studi Bioteknologi, yaitu kesehatan, pertanian, dan industri, memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam memperkuat pemahaman lintas disiplin.


Peserta tampak antusias mengunjungi booth yang membuka on-site recruitment. (Dok. Pribadi)

Main event berupa talkshow dan seminar inspiratif yang mengundang beberapa pembicara dari berbagai perusahaan. Terdapat juga on-site recruitment untuk beberapa perusahaan, di antaranya Sciencewerke, Cosmax, Vaksindo, dan Verdant.

Sebelumnya, telah dilaksanakan pre-event berupa "Series Talk" pada 15, 16, dan 23 Mei 2025 dan juga workshop CRISPR Cas9 pada 22-23 Mei 2025 di Laboratorium SITH ITB.

Workshop ini bekerja sama dengan Sciencewerke dan diikuti oleh sekitar 14 peserta yang mendapatkan pelatihan intensif selama dua hari mengenai teknik pengeditan genom menggunakan sistem homology-directed repair. Peserta dilatih untuk mengedit genom dan mengkonfirmasi hasilnya secara visual maupun melalui PCR dan elektroforesis.

Mengusung tema "BioRevolution: Transforming Tomorrow", Biotech Fair 2025 bertujuan untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antara dunia akademik dan industri. Acara ini memberikan platform bagi mahasiswa, dosen, peneliti, dan pelaku industri untuk berbagi informasi, menjalin kolaborasi, dan memahami kebutuhan serta tantangan masing-masing pihak. Bagi mahasiswa yang baru lulus S1 atau S2, acara ini juga memberikan gambaran nyata tentang dunia industri bioteknologi dan peluang karir yang tersedia.

Ketua Program Studi Bioteknologi sekaligus ketua Biotech Fair, Karlia Meitha, S.Si., M.Si., Ph.D., mengungkapkan, “Persiapan acara ini telah berlangsung selama dua bulan, dimulai dari proses mengundang pembicara hingga pelaksanaan acara. Mahasiswa bioteknologi turut aktif terlibat dalam seluruh proses persiapan, mulai dari koordinasi dengan pembicara hingga logistik acara”.

Dalam sesi bertajuk "Mythbusters: R&D in Health Industry", Khrisna Putera dari Vaksindo membongkar berbagai mitos yang sering muncul dalam dunia riset dan pengembangan industri kesehatan. Beliau menyoroti bagaimana proses R&D di industri farmasi dan vaksin membutuhkan pendekatan saintifik yang ketat, kolaborasi multidisipliner, serta pemahaman akan regulasi yang dinamis.

Paul Connelly dan Rizki Awaludin dari Verdant memaparkan potensi besar penggunaan data genomik dalam pengembangan tanaman kelapa sawit melalui topik "Genomics Beyond the Field". Mereka menjelaskan bagaimana analisis variasi genomik memungkinkan pemuliaan tanaman yang lebih presisi, efisien, dan adaptif terhadap perubahan iklim maupun permintaan industri.

Dalam sesi "BioInnovation in Action", Christian Karol Saputra dari Etana membagikan pengalaman membangun inovasi nyata di industri bioteknologi. Beliau menekankan pentingnya sinergi antara inovasi laboratorium dan penerapan industri, mulai dari formulasi produk hingga scale-up produksi.

Indra Rudiansyah, peneliti vaksin dari Biofarma, mengangkat tema "Navigating the Biotech Industry: Science Meet Soft Skills". Beliau menyoroti pentingnya soft skills seperti komunikasi ilmiah, kerja tim, dan adaptabilitas dalam menghadapi tantangan dunia kerja bioteknologi yang cepat berubah.

Sesi penutup diisi oleh Asep Haekal dari Grab dengan topik "Build Your Career with Purpose". Beliau membahas bagaimana strategi komunikasi, kepemimpinan, dan visi personal memainkan peran penting dalam membangun karier yang berdampak.

Melalui Biotechnology Fair, Meitha, Ph.D., berharap riset antara industri dan akademia di Indonesia dapat semakin terhubung dan sinergis. “Dukungan dari berbagai pihak dibutuhkan untuk mendorong perkembangan bioteknologi di tanah air. Dengan semakin banyaknya kolaborasi dan perhatian terhadap bidang ini, bioteknologi di Indonesia diharapkan dapat berkembang pesat dan memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat,” katanya.

Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #biotechnology fair 2025 #sith #bioteknologi