BPJS Ketenagakerjaan Sharing Session ke Mahasiswa Aktuaria ITB

Oleh Indra Putra Lohanata - Mahasiswa Aktuaria, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BPJS Ketenagakerjaan memberikan wawasan kepada mahasiswa Aktuaria ITB, Selasa (29/4/2025).
BANDUNG, itb.ac.id – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) menggelar sharing session kepada mahasiswa Aktuaria Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mata kuliah AK3291 Lokakarya: Aplikasi Ilmu Aktuaria di Industri, Selasa (29/4/2025).

Kuliah tamu kali ini menghadirkan Arief Dahyan Supriadi, M.Sc., ASAI. selaku Deputi Aktuaria dan Riset Jaminan Sosial di BPJS Ketenagakerjaan.

Beliau menjelaskan bahwa jaminan sosial sudah ada sejak lama dan diterapkan hampir di setiap negara. Saat ini, terdapat dua konsep jaminan sosial, ada yang berbentuk kontribusi ada yang digabungkan dalam bentuk pajak.

“Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta,” katanya.

Beliau juga menjelaskan terdapat perbedaan antara asuransi dan jaminan sosial, “Premi (asuransi) adalah harga dari risiko sehingga orang yang memiliki risiko tinggi akan memiliki premi yang tinggi, sedangkan kontribusi (jaminan sosial) itu besarannya sama untuk tua atau muda, merokok atau tidak merokok,” ujarnya.

Beliau memperkenalkan beberapa program yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan, seperti Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

Beliau mengungkapkan bahwa saat ini terjadi pergeseran usia pensiun dari 56 tahun naik bertahap hingga menjadi 59 tahun di Januari 2025. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya teknologi yang dapat meningkatkan harapan hidup individu sehingga jaminan sosial harus me-rebalancing antara durasi individu bekerja dengan durasi individu menerima manfaat.

Paparan terkait selisih pemenuhan aktuaris di Indonesia oleh BPJS Ketenagakerjaan, Selasa (29/4/2025).
Selain itu, beliau menjelaskan selisih pemenuhan jumlah aktuaris di Indonesia. Per Desember 2024, dibutuhkan aktuaris sebanyak 1.400 orang, sedangkan per Maret 2024 hanya terdapat 817 orang sehingga terdapat selisih aktuaris sebanyak 600 orang di 2024.

Beliau menyampaikan bahwa dalam proses aktuaria di BPJS Ketenagakerjaan dibutuhkan spesialisasi yang lebih mendalam dan peran yang beragam, sehingga permintaan akan aktuaris di BPJS Ketenagakerjaan cukup tinggi. Terkadang, diperlukan studi ke luar negeri untuk memperdalam keilmuan aktuaria dalam industri jaminan sosial.

Kuliah tamu kali ini memberikan gambaran kepada mahasiswa Aktuaria ITB terkait program-program yang dikerjakan oleh BPJS Ketenagakerjaan serta kebutuhan peran aktuaris di industri jaminan sosial.

Reporter: Indra Putra Lohanata (Aktuaria, 2021)

#aktuaria #bpjs ketenagakerjaan #itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak