DPMK ITB dan Pemerintah Desa Jalancagak, Subang Kaji Penataan Kawasan Mata Air Cileuleuy untuk Pariwisata Terpadu

Oleh Abadi Raksapati - P-P2Par ITB

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

SUBANG, itb.ac.id Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB melalui kegiatan pengabdian masyarakat melakukan elaborasi untuk melihat kemungkinan pengembangan Kawasan Mata Air Cileuleuy di Desa Jalancagak, Kabupaten Subang.

Kegiatan yang diketuai Ir. Budi Faisal, M.A.U.D., M.L.A., Ph.D., ahli lanskap sekaligus ahli pariwisata, ini berusaha memvisualisasikan potensi dan keinginan masyarakat di daerah tersebut dalam bentuk perancangan Kawasan Mata Air Cileuleuy sebagai kawasan pariwisata terpadu. Kegiatan ini didukung tim ahli pariwisata dan arsitektur lanskap lainnya, yaitu Abadi Raksapati, Asad Farag, dan Praya Nadia Hendarto.

Program ini dilakukan berkesinambungan selama Agustus hingga November 2025. Hal ini untuk mendalami berbagai potensi dan peluang pengembangan kawasan dengan menjaring sebanyak mungkin informasi dan masukan di lapangan. Selain melihat kondisi kawasan mata air, survei tim DPMK ITB juga melihat kawasan sekitarnya sebagai penyangga dalam proses pengembangannya nanti. Dialog dengan pemangku kepentingan di Desa Jalancagak serta masyarakat pun dilakukan oleh tim.

Pemilihan Kawasan Mata Air Cileuleuy sebagai lokasi kegiatan dilandasi sejumlah hal. Pertama, tim pengabdian DPMK ITB dengan pemangku kepentingan Desa Jalancagak telah melakukan komunikasi intens untuk melaksanakan kegiatan. Kedua, kebutuhan perancangan kawasan yang menjadi keahlian tim DPMK ITB sehingga dapat dilaksanakan sepenuhnya. Ketiga, prospek pengembangan kawasan yang dapat berdampak langsung bagi ekonomi desa maupun warga sekitar.

Potensi Wisata Desa Jalancagak

Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak, Subang merupakan desa yang terletak tepat di persimpangan antara Bandung-Subang-Purwakarta-Sumedang. Desa yang secara geografis berada di ketinggian dan memiliki hawa cukup sejuk ini telah lama dikenal sebagai sentra Nanas Madu khas Subang. Desa Jalancagak menyimpan daya tarik wisata yang telah lama dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.

Potensi yang cukup banyak terdapat di kawasan ini adalah mata air. Mata air utama yang telah banyak dikunjungi adalah Mata Air Cileuleuy dan Tejaherang.

Mata Air Tejaherang merupakan kawasan yang dimiliki dan pengelolaannya berada di bawah Pemerintah Kabupaten Subang. Sementara itu, Mata Air Cileuleuy adalah kawasan Mata Air yang sepenuhnya menjadi milik Desa Jalancagak.

Mata Air Cileuleuy merupakan mata air yang aliran airnya tidak surut sepanjang tahun, bahkan ketika musim kemarau sekalipun. Lokasinya yang mudah dijangkau dan berada di jalur utama antar kabupaten menjadikannya selalu ramai oleh pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur nasional.

Kawasan Mata Air Cileuleuy hingga saat ini belum memberlakukan tiket masuk bagi pengunjung. Retribusi yang diberlakukan hanya sebatas untuk parkir kendaraan bermotor. Hal ini menjadikan lokasi tersebut menjadi daya tarik wisata yang dapat diakses masyarakat dari berbagai kalangan.

Kegiatan yang saat ini dapat dilakukan di Mata Air Cileuleuy yaitu berenang. Terdapat empat kolam dengan rata-rata kedalaman mencapai satu meter. Kondisi air relatif bersih karena berasal dari mata air yang terus mengalir. Selain itu, ada usaha penyewaan ban untuk berenang meningkatkan kunjungan dari segmen anak-anak yang belum bisa berenang.

Toponimi Mata Air Cileuleuy menurut penuturan perangkat Desa Jalancagak berasal dari dua kata, yaitu Ci dan Leuleuy. Leuleuy berasal dari nama pohon Leles yang pada zaman dahulu tumbuh subur di lokasi mata air pertama kali muncul. Sementara awalan Ci dalam bahasa Sunda kerap dihubungkan dengan air. Masyarakat saat itu lantas menamakan sumber mata air ini dengan Mata Air Cileles. Seiring perkembangannya, Cileles mengalami perubahan pengucapan, yang kemudian diucapkan menjadi Cileuleuy hingga saat ini.

Potensi Pengembangan

Belum ada data resmi dari pihak desa terkait luasan kawasan Mata Air Cileuleuy. Namun, dari hasil survei lapangan, dapat diketahui bahwa Kawasan Mata Air Cileuleuy memiliki luasan kurang lebih 3000m3, termasuk di dalamnya 4 kolam pemandian, tempat parkir, kawasan warung penduduk, jalan masuk, serta kawasan kebun yang belum dimanfaatkan sebagai bagian dari pengembangan kawasan Mata Air Cileuleuy.

Meski memiliki luas yang relatif kecil, pengembangan kawasan ke depan dengan memanfaatkan lahan milik warga melalui sistem kerja sama memungkinkan pengembangan kawasan jauh lebih luas dengan berbagai aktivitas wisata.

Banyaknya lahan tidur di sekitar kawasan dapat dimanfaatkan dengan membangun aktivitas di atasnya untuk memperkuat Kawasan Mata Air Cileuleuy sebagai daya tarik wisata air terpadu.

Di Kawasan Mata Air Cileuleuy ini terdapat dua mata air lainnya, yaitu Mata Air Ciloa dan Mata Air Cipicung. Dua mata air ini belum secara optimal dimanfaatkan untuk mendukung keberadaan Kawasan Mata Air Cileuleuy secara keseluruhan. Selain itu, aliran sungai di kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan river tubing dan berbagai kegiatan lainnya untuk menambah pilihan bagi pengunjung.

Hasil pembicaraan dengan Kepala Desa Jalancagak, ada keinginan kuat dari Pemerintah Desa Jalancagak mengembangkan Kawasan Mata Air Cileuleuy menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan desa. Potensinya yang sangat besar dengan kualitas air yang mengalir sepanjang tahun, serta lokasinya yang sangat strategis menjadi keunggulan kawasan.

Penggunaan Mata Air Cileuleuy saat ini selain digunakan untuk aktivitas wisata juga dipergunakan sebagai sumber air bersih warga masyarakat yang dialirkan melalui pipa ke rumah melalui fasilitasi dari Bumdes pengelola air bersih. Dua pemanfaatan utama Mata Air Cileuleuy ini harus dapat dimaksimalkan agar dapat memberikan manfaat optimal kepada desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa.

Selain itu, bagi masyarakat sekitar, pengembangan Kawasan Mata Air Cileuleuy diharapkan dapat memberikan efek berantai yang dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Dukungan DPMK ITB

Guna mendukung pengembangan Kawasan Mata Air Cileuleuy sebagai daya tarik wisata air terpadu, DPMK ITB melakukan dua kegiatan utama. Pertama, melakukan kajian dari sisi pariwisata khususnya terkait dengan mekanisme pengelolaan kawasan serta kajian model peran serta masyarakat di dalamnya. Kedua, menyusun perancangan kawasan secara arsitektural lanskap agar didapatkan model perancangan yang ideal namun tetap implementatif dengan kemampuan Desa Jalancagak. Perancangan ini dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi lanskap kawasan serta sosial budaya masyarakat sekitar.

Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Desa Jalancagak dalam mencari bentuk terbaik pengelolaan Kawasan Mata Air Cileuleuy dengan tetap memberdayakan masyarakat sekitar. Keberadaan warga yang saat ini menggantungkan hidupnya di lokasi Mata Air Cileuleuy dengan berjualan, menyewakan ban untuk berenang, mengelola lahan parkir, serta mengelola toilet harus dapat dirangkul dalam pengembangan kawasan ke depan. Selain itu, perancangan kawasan yang dihasilkan dalam bentuk masterplan kawasan dan visualisasi gambar juga harus memperhatikan kesesuaian dengan lanskap kawasan eksisting saat ini, yang berupa rawa, kebun, sawah dan juga aliran sungai. Lebih jauh, hasil perancangan fisik kawasan diharapkan dapat menjadi panduan Pemerintah Desa Jalancagak dalam pengembangan fisik Kawasan Mata Air Cileuleuy.

Kegiatan yang dilakukan DPMK ITB membantu Pemerintah Desa Jalancagak dalam perancangan Kawasan Mata Air Cileuleuy bersifat sebagai pemantik. Pengembangan dan implementasinya ke depan sangat tergantung dari kesungguhan Pemerintah Desa Jalancagak dan masyarakat sekitar Mata Air Cileuleuy untuk mewujudkannya.

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #itb #pengabdian masyarakat #dpmk itb #arsitektur lanskap #pariwisata berkelanjutan #wisata terpadu #ekonomi desa #sdg6 #clean water and sanitation #sdg8 #decent work and economic growth #sdg11 #sustainable cities and communities #sdg12 #responsible consumption and production #sdg17 #partnerships for the goals