Inovasi CraSH Strategy untuk Retail Cerdas: Kolaborasi Mahasiswa ITB dan Telkom University Raih Juara 3 Nasional di Compfest 2025
Oleh Mely Anggrini - Mahasiswa Meteorologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), Azizah Nur Sya’bani (Teknik Fisika, 2023) dan Asiah Hafizhah (Desain Komunikasi Visual, 2023), bersama Ayesha Muhammad Farafaiza (Teknologi Informasi, 2024, Telkom University), meraih juara ketiga dalam Business-IT Case Competition (BizzIT) pada ajang Compfest 2025 yang digelar di Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Sabtu–Minggu (27–28/9/2025).
Kompetisi BizzIT merupakan salah satu cabang lomba dalam rangkaian acara tahunan Compfest yang menantang peserta menyelesaikan kasus bisnis berbasis teknologi informasi. Tahun ini, lebih dari 80 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia bersaing memperebutkan posisi terbaik, sebelum akhirnya dipilih delapan tim untuk melaju ke tahap final.
Dalam babak final, tim kolaborasi ITB–Telkom University menghadirkan gagasan bernama CraSH Strategy, sebuah pendekatan holistik untuk menciptakan sistem retail cerdas. Inovasi ini dirancang untuk menjawab permasalahan klasik yang kerap muncul pada sistem retail, seperti data yang tidak akurat, sentralisasi pengambilan keputusan, dan rendahnya adopsi teknologi di tingkat cabang.

CraSH Strategy memadukan tiga aspek penting: pengelolaan data berbasis kecerdasan buatan untuk prediksi kebutuhan pasar secara real-time, sistem pendukung keputusan yang memungkinkan setiap cabang lebih lincah dalam merumuskan strategi, serta rancangan antarmuka dan program pelatihan yang menempatkan manusia sebagai pusat transformasi digital. Dengan kerangka ini, retail tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi juga adaptif terhadap dinamika pasar.
“Solusi ini kami rancang untuk menjawab akar masalah CompfestMarket yang selama ini masih bergantung pada sistem manual dan sentralisasi. Pendekatan holistik ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga memastikan efisiensi dan ruang inovasi bisa tercapai,” ujar Azizah.
Perjalanan menuju podium prestasi tidak mudah. Pada tahap final, seluruh peserta dikarantina selama delapan jam tanpa akses alat komunikasi untuk menganalisis kasus, menyusun strategi, hingga menyiapkan presentasi yang harus dipaparkan di hadapan dewan juri keesokan harinya. “Rasanya seperti membangun candi semalam, menegangkan sekaligus menantang,” kenang Azizah.
Meski persaingan berlangsung sengit, kolaborasi lintas kampus ini justru menjadi kekuatan utama. “Awalnya kami sempat kebingungan di tahap preliminary karena baru pertama kali mengikuti lomba business case berbasis IT. Tantangan terberat bagi saya adalah pitching, tapi berkat dukungan tim, akhirnya bisa tampil maksimal,” ujar Asiah.

Bagi mereka, pengalaman ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga pembelajaran untuk menghadapi dunia nyata. “Jangan takut untuk mencoba ikut lomba. Walaupun menegangkan, niatkan saja untuk belajar. Kalau berhasil juara, itu adalah bonus yang patut disyukuri,” ujar Asiah.
Prestasi ini menunjukkan bahwa kolaborasi mahasiswa lintas kampus dapat menghasilkan inovasi yang kuat dan relevan dengan kebutuhan industri. Harapannya, keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani berkompetisi, berinovasi, dan terus berkontribusi dalam menghadapi tantangan transformasi digital di Indonesia.






