Inovasi PLTS di Papua Barat, Tim ITB Juara III Lomba Karya Tulis Rekomendatif Nasional
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
MANOKWARI, itb.ac.id - Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi dengan meraih Juara III pada Lomba Karya Tulis Rekomendatif (LKTR) Khusus PAPEDANOMICS 2025. Kompetisi yang diinisiasi oleh Bank Indonesia Papua Barat ini merupakan bagian dari rangkaian PAPEDANOMICS Festival yang digelar di Manokwari, Papua Barat pada 16–18 September 2025.
Tim ITB beranggotakan Azizah Nur Sya’bani (Teknik Fisika, 2023), Izza Aliffatul Auliya (Aktuaria, 2023), dan Firzatullah Al Ghiffari (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2023). Mereka berhasil masuk ke jajaran lima karya terbaik dari total 525 karya yang dikirimkan peserta dari seluruh Indonesia, sebelum akhirnya dinobatkan sebagai Juara III dalam kategori LKTR Khusus.
Dalam lomba ini, tim ITB mengusung ide “Analisis Kebutuhan Lokasi dan Techno-Economic terhadap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dalam Meningkatkan Elektrifikasi di Pegunungan Arfak, Papua Barat”. Melalui penelitian tersebut, mereka mengembangkan sebuah indeks bernama Indeks Kebutuhan Lokasi (IKL) yang memanfaatkan berbagai data seperti efisiensi panel surya (PVOUT), jumlah rumah tangga non-PLN, curah hujan, dan tingkat kemiringan wilayah. Indeks ini kemudian divisualisasikan dalam bentuk peta sebaran untuk memetakan daerah prioritas pemasangan panel surya. Dengan pendekatan ini, rekomendasi solusi yang mereka ajukan tidak hanya berbasis data teknis, tetapi juga mempertimbangkan kelayakan ekonomi.
Azizah mengungkapkan bahwa ketertarikannya mengikuti lomba ini muncul sejak mengetahui bahwa terdapat tim dari ITB yang juga pernah meraih juara pada edisi sebelumnya. “Awalnya hanya coba-coba karena saat libur ada waktu luang, eh ternyata lolos sampai final. Rasanya senang bisa melanjutkan tradisi ITB yang tahun lalu juga juara,” ujarnya.
Izza menambahkan, pengalaman ini memberikan kesempatan berharga untuk memahami analisis ekonomi secara lebih dalam. “Sebagai anak Aktuaria, sebenarnya ada mata kuliah ekonomi, tapi di lomba ini benar-benar belajar hal baru. Apalagi finalnya di Papua Barat, rasanya lebih seperti study trip sekaligus liburan,” ujarnya.
.jpg)
Tantangan utama yang mereka hadapi adalah perbedaan latar belakang disiplin ilmu. Ketiganya harus mencari titik temu agar karya tulis mereka selaras.
Firza mengatakan, keterbatasan data lapangan membuat mereka harus mengandalkan pengolahan sekunder dengan perangkat lunak seperti QGIS. “Benar-benar seperti meramal kondisi Papua Barat, karena kami belum pernah ke sana langsung,” ujarnya.
Meski demikian, perbedaan latar belakang justru menjadi kekuatan tim. Ketika berhadapan dengan lawan dari jurusan ekonomi murni, tim ITB ini tampil percaya diri dengan menekankan analisis teknis yang mereka miliki. Hal itu terbukti menjadi nilai tambah di mata juri.
Selain prestasi, pengalaman mengikuti LKTR PAPEDANOMICS juga membawa kesan mendalam. Azizah mengatakan, perjalanan ke timur Indonesia membuka pandangannya terhadap keindahan alam Papua Barat sekaligus potensi besar anak mudanya.
Izza menekankan pentingnya keberanian mengambil peluang. “Jangan ragu melangkah, karena kesempatan tidak datang dua kali. Ide sederhana seperti panel surya sekalipun bisa menjadi inovasi besar jika kita cukup penasaran,” ungkapnya.
Prestasi ini menegaskan kontribusi mahasiswa ITB dalam memberikan solusi berbasis ilmu pengetahuan untuk pembangunan Indonesia, khususnya di daerah 3T. Dengan kolaborasi lintas disiplin, mereka mampu menunjukkan bahwa inovasi nyata lahir dari keberanian mencoba dan kesediaan melangkah keluar dari zona nyaman.








