ITB Dorong Kemandirian Energi di Desa Kabetan Melalui PLTS dan Lampu Tenaga Surya
Oleh --- -
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) DPMK ITB pada 2025 menerapkan sistem elektrifikasi berbasis energi bersih di Desa Kabetan, Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, sebuah wilayah 3T yang selama ini mengalami keterbatasan listrik dan akses air bersih.
Program ini diinisiasi oleh Dosen dari Kelompok Keahlian (KK) Perancangan Teknik dan Produksi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, Dr. Ir. Sri Raharno, S.T, M.T., dan Indria Herman, S.T, M.T, Ph.D., serta melibatkan mahasiswa. Kegiatan dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sumber energi yang berkelanjutan dan pelayanan pendidikan yang lebih baik.
Desa Terpencil dengan Tantangan Energi dan Air Bersih
Desa Kabetan dihuni oleh 1.039 jiwa yang tersebar di tiga dusun, yakni Labuan Soppe, Butun, dan Bumbung, dan hanya dapat diakses menggunakan perahu sejauh sekitar 20 kilometer dari Kota Tolitoli. Selama bertahun-tahun, masyarakat bergantung pada genset yang beroperasi terbatas dari pukul 18.00 hingga 23.00.
Kondisi tersebut menyebabkan pompa air hanya berfungsi beberapa jam, proses pembelajaran di PAUD, SD, dan SMP tidak didukung fasilitas berbasis listrik, serta penerangan jalan hampir tidak tersedia sehingga aktivitas masyarakat pada malam hari sangat terbatas.
Penerapan PLTS, Lampu Tenaga Surya, dan Dukungan Peralatan Pendidikan
Melalui PKM DPMK ITB 2025 Tahap Pertama, tim melaksanakan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengoperasikan pompa air sehingga distribusi air dapat berlangsung 24 jam. Selain itu, sepuluh titik lampu penerangan jalan tenaga surya dipasang untuk meningkatkan keamanan dan mobilitas warga pada malam hari.
Untuk mendukung pembelajaran, tim juga menyediakan genset inverter hemat bahan bakar yang digunakan sebagai solusi transisi ketika daya PLTS belum mencukupi. "Meski bukan energi bersih, teknologi ini lebih efisien dibandingkan genset konvensional sehingga mampu menopang kegiatan pendidikan secara lebih optimal," ujar Dr. Sri Raharno.
Dampak Nyata: Air Mengalir, Jalan Terang, Pembelajaran Lebih Berkualitas

Program elektrifikasi berbasis energi bersih ini memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Air bersih kini tersedia sepanjang hari, lingkungan desa lebih terang dan aman di malam hari, serta proses pendidikan berlangsung lebih efektif berkat dukungan perangkat berbasis listrik.
“Sekarang anak-anak bisa belajar dengan dukungan peralatan berbasis listrik, sebagian lokasi desa menjadi terang pada malam hari, dan kami tidak lagi khawatir soal air bersih,” ujar Kepala Desa Kabetan, Ruslan Abdul Wahab.
Program ini juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama:
SDG 7 – Energi Bersih dan Terjangkau,
SDG 6 – Air Bersih dan Sanitasi Layak,
SDG 4 – Pendidikan Berkualitas.
Menumbuhkan Harapan Masa Depan Berkelanjutan

Tagline “Dari Pulau Terpencil Menuju Masa Depan Berkelanjutan” menggambarkan transformasi Desa Kabetan dari wilayah yang terisolasi menjadi desa dengan akses energi yang lebih mandiri. Pemanfaatan teknologi sederhana seperti PLTS dan lampu tenaga surya membuktikan bahwa elektrifikasi berbasis energi bersih dapat memberikan perubahan besar bagi wilayah 3T.
Desa Kabetan menjadi contoh nyata bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat mampu menghadirkan solusi energi yang inklusif, terjangkau, dan berkelanjutan. Inisiatif ini diharapkan dapat direplikasi untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di berbagai pelosok Indonesia.







