ITB Jalin Kolaborasi Internasional Melalui Konsorsium Indonesia–Jepang untuk Smart Industrial Safety

Oleh M. Naufal Hafizh, S.S.

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

DEPOK, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) turut berperan dalam memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Jepang di bidang keselamatan industri berbasis teknologi cerdas. Melalui kegiatan Smart Industrial Safety (SIS) Seminar and Signing Ceremony of Agreement of Implementation (AoI) yang digelar di Science and Technology Park, Universitas Indonesia, pada Senin (20/10/2025), ITB resmi menjadi salah satu mitra utama dalam “Indonesia–Japan Consortium for Smart Industrial Safety (IJCSIS)”.

Konsorsium ini dibentuk untuk mempercepat pemanfaatan teknologi berbasis Industri 4.0 untuk meningkatkan keselamatan kerja di sektor industri, terutama industri kimia. Program ini merupakan tindak lanjut dari rapat pembahasan rencana konsorsium antara Indonesia dan Jepang pada 24 September 2025, yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, dan industri dari kedua negara.

Dari Indonesia, pihak akademisi diwakili Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), sementara unsur industri diwakili Federation of the Indonesian Chemical Industry (FIKI) dan Responsible Care Indonesia (RCI). Dari Jepang, kolaborasi ini melibatkan Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Yokohama National University (YNU), Japan Electric Measuring Instruments Manufacturers’ Association (JEMIMA), serta Japan Electronics and Information Technology Industries Association (JEITA).

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., menyampaikan bahwa konsorsium ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat kerja sama lintas negara di bidang keselamatan industri berbasis riset dan teknologi cerdas.

“Momentum ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Jepang. ITB terhormat dapat berperan aktif dalam pengembangan Smart Industrial Safety di Indonesia,” ujarnya.

Prof. Lavi mengatakan, ITB akan berperan sebagai pusat pengetahuan dan riset (knowledge and research hub) dalam pengembangan teknologi digital untuk keselamatan industri.

“Kami tengah mengembangkan riset terapan di bidang teknologi keselamatan, seperti sensor cerdas, sistem prediktif, dan digital twin. Selain itu, ITB juga berkomitmen untuk menyediakan kajian akademik yang dapat mendukung harmonisasi kebijakan keselamatan antara Indonesia dan Jepang,” ujarnya.

Kerja sama ini mencakup pengembangan program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, pelatihan praktis untuk pelatih di Indonesia, serta kegiatan pertukaran teknologi dan kemitraan industri.

“Kami berharap kolaborasi ini dapat memperkuat kapasitas nasional dalam menghadapi tantangan keselamatan industri di era digital dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat, dunia usaha, serta sektor pendidikan,” katanya.

Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian, Wiwik Pudjiastuti.

Sementara itu, Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian, Wiwik Pudjiastuti, menegaskan bahwa industri kimia merupakan salah satu pilar utama pembangunan industri nasional.

“Indonesia kini menempati posisi strategis sebagai pusat industri kimia di kawasan Asia Tenggara. Sektor ini mencatat pertumbuhan PDB sebesar 6,70 persen pada semester pertama 2025, dengan kontribusi 3,82 persen terhadap PDB nasional,” ujarnya.

Beliau menilai, penerapan teknologi cerdas menjadi langkah penting dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. “Melalui integrasi teknologi berbasis Industri 4.0, kita dapat menekan angka kecelakaan kerja dan menumbuhkan budaya industri yang berorientasi pada keselamatan,” tuturnya.

Deputy Director General Industrial and Product Safety Policy Group, Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), Narumi Hosokawa.

Dari pihak Jepang, Deputy Director General Industrial and Product Safety Policy Group, Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), Narumi Hosokawa, menyampaikan bahwa kerja sama di bidang keselamatan industri telah terjalin sejak 2021 dan kini berkembang menjadi bentuk kolaborasi yang lebih konkret melalui konsorsium bersama.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan Kementerian Perindustrian, UI, ITB, Responsible Care Indonesia, dan FIKI dalam kerja sama ini. Semoga kolaborasi ini menghasilkan pelatihan dan inovasi nyata dalam penerapan Smart Industrial Safety,” ujarnya.

Melalui konsorsium ini, kedua negara akan bekerja sama dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi berbasis Industri 4.0 untuk meningkatkan keselamatan kerja di sektor industri kimia. Teknologi yang dikembangkan mencakup Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Internet of Things (IoT), Big Data Analytics, Cloud Computing, Robotic Automation, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Cybersecurity.

Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi wadah pertukaran pengetahuan dan inovasi antara Indonesia dan Jepang. Dalam hal ini, Jepang berperan sebagai penyedia teknologi keselamatan, sementara Indonesia menjadi kontributor data dan informasi keselamatan.

Keterlibatan ITB dalam Indonesia–Japan Consortium for Smart Industrial Safety (IJCSIS) menegaskan komitmen perguruan tinggi ini dalam mengembangkan riset multidisiplin dan inovasi teknologi untuk mendukung terciptanya industri yang cerdas, aman, dan berkelanjutan.

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #kolaborasi internasional #sdg 4 #quality education #sdg 8 #decent work and economic growth #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 17 #partnerships for the goals #smart industrial safety #indonesia japan consortium