Kenali Prospek Kerja Bioproses Engineer Bersama Alumni Rekayasa Hayati ITB
Oleh Azka Zahara Firdausa - Rekayasa Hayati 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
JATINANGOR, itb.ac.id – Jatiganang Wirajaya, alumnus Rekayasa Hayati ITB angkatan 2010, hadir sebagai pembicara dalam kuliah Kapita Selekta Bioindustri, Rabu (24/9/2025), di ITB Kampus Jatinangor.
Saat ini, Jatiganang bekerja sebagai Process Engineer di PT Lesaffre Sari Nusa. Dalam kesempatan ini, ia membagikan pengalaman sekaligus wawasan mengenai prospek karier di bidang bioprocess engineering, serta tantangan yang dihadapi dalam dunia bioindustri.
Kuliah diawali dengan penjelasan mengenai konsep dasar bioprocess engineering, yaitu bidang keilmuan yang menggabungkan prinsip teknik dengan sistem biologis untuk menghasilkan produk skala industri. Jatiganang menekankan bahwa prospek kerja bioprocess engineer saat ini semakin luas seiring berkembangnya bioindustri di berbagai sektor, mulai dari pangan, energi terbarukan, hingga farmasi.
Sebagai bioprocess engineer, perannya sangat beragam, antara lain mengontrol reaksi dan kondisi lingkungan (pH, temperatur, konduktivitas, tekanan), mengatur material stock balance, menyelesaikan masalah teknis, hingga mengoptimasi parameter proses.
“Kami juga membuat jadwal produksi untuk mengurangi downtime, hingga menganalisis data untuk menentukan tren. Intinya, pekerjaan ini tidak hanya menjaga proses berjalan, tetapi juga memastikan proses dapat terus mengalami peningkatan,” ungkapnya.
Jatiganang menjelaskan bahwa pengendalian proses dapat dilakukan dengan tiga cara: manual handling, automatic control (alat bekerja mengikuti target tertentu), dan automatic sequential program (kombinasi berbagai kontrol terintegrasi). Untuk dapat menguasai hal tersebut, mahasiswa perlu membekali diri dengan ilmu dasar seperti biological science, reaksi kimia, neraca massa dan energi, mekanika, kinetika, equipment design, serta pemrograman instrumen listrik.
.jpg)
Mengenang awal kariernya, Jatiganang berbagi pengalaman ketika pertama kali bekerja di sebuah pabrik di Lampung. Lokasinya terpencil, jauh dari kota, dengan keterbatasan fasilitas dan gaji yang tidak terlalu tinggi. “Saya tetap mengambil pekerjaan itu karena sesuai dengan bidang saya, yaitu bioproses. Saya suka ilmunya, dan itu yang membuat saya bertahan,” ujarnya.
Tantangan terbesar yang ia alami di awal kerja adalah troubleshooting. “Sebagian besar masalah industri tidak pernah kita temui di kuliah. Di situlah pentingnya bertanya pada operator, atasan, atau tim. Jangan ragu untuk belajar di lapangan,” ujarnya.
Menurutnya, dunia industri justru membuka kesempatan luas bagi mereka yang mau belajar hal baru, termasuk di luar studi ketika kuliah. Ia mencontohkan ketika pertama kali ditempatkan sebagai kepala shift proses distilasi, padahal belum pernah menggunakan alat tersebut sebelumnya. “Ternyata semua hal dapat dipelajari. Asalkan kita mau berkembang, kita akan lebih dihargai,” tuturnya.
Ia pun berpesan agar mahasiswa tidak minder dengan latar belakang akademik, serta dengan pengalaman yang masih sedikit. “Jangan takut bersaing. Bioproses itu luas, dan peluangnya semakin terbuka. Jangan takut memulai kerja di bioindustri. It’s not that hard, semua hal dapat dipelajari di lapangan,” tuturnya.








