KKN ITB 2025: Wujudkan Desa Wisata di Legokherang Lewat Pembangunan Taman Situ Ciputat
Oleh Chysara Rabani - Teknik Pertambangan, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
KUNINGAN, itb.ac.id - Sebanyak 18 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Kelompok 12 KKN ITB 2025 melaksanakan program pengabdian masyarakat di Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan pada 5-29 Agustus 2025. Dengan mengusung tema Desa Wisata, kelompok ini berfokus pada pengembangan kawasan Situ Ciputat yang diharapkan dapat menjadi destinasi pemancingan sekaligus ruang wisata baru bagi masyarakat.
Ketua Divisi Program Kelompok 12, Nicholas Ethan Wirantono (Teknik Sipil, 2023) mengungkapkan bahwa pada awalnya, Situ Ciputat merupakan lahan bekas sawah yang kemudian difungsikan sebagai tambak dengan dinding beton sederhana. Namun, kondisi tanah di sekitarnya tidak stabil, becek, dan rawan penurunan permukaan sehingga menyulitkan proses pengembangan.
Salah satu ide yang diusulkan warga adalah pembangunan gazebo.
.jpg)
Proses pembangunan dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat agar tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dalam merawat fasilitas. Bahan baku pun sebagian besar berasal dari desa, seperti bambu dan ijuk. Sementara kebutuhan lain seperti semen dan perlengkapan pendukung disediakan dengan bantuan BUMDes.
Hasilnya, kawasan Situ Ciputat kini memiliki gazebo berukuran 3x4 meter dengan tinggi 4 meter, empat set meja payung lengkap dengan kursi, sembilan lampu taman bertenaga surya dengan tiang bambu, serta jalur paving blok yang menghubungkan seluruh fasilitas. Selain itu, kelompok menanam 10 pohon ketapang di tepian danau serta 40 pohon pucuk merah di area pembatas lahan parkir.
Untuk memperkuat identitas wisata, dipasang tiga plang infografis berisi informasi sejarah dan fakta menarik seputar Desa Legokherang, Situ Cikabuyutan, juga Situ Ciputat. Seluruh hasil pembangunan ini kemudian diresmikan dan diserahkan kepada BUMDes untuk dikelola secara berkelanjutan.
.jpg)
Selain program utama bertema desa wisata, kelompok juga menyelenggarakan berbagai kegiatan pendukung, antara lain Ngariung Sauyunan (perkenalan dan sosialisasi program bersama warga), kegiatan mengajar di SDN 1 Legokherang sebanyak empat kali, donasi alat salat dan Al-Qur’an ke masjid setempat, pembagian sabun kepada warga, serta penyuluhan terkait konsep desa wisata bertepatan dengan peresmian taman.
Masyarakat menyambut baik seluruh program ini dengan dukungan tenaga, makanan, hingga semangat kebersamaan yang semakin mempererat hubungan mahasiswa dengan warga desa.
Meski sempat menghadapi kendala, terutama dalam memperoleh bahan baku pembangunan, kelompok menilai pengalaman ini sebagai pembelajaran penting untuk mempersiapkan segala sesuatu secara lebih matang di masa depan.
“Taman wisata ini adalah hasil kerja keras kami sekaligus wujud mimpi warga Desa Legokherang. Harapannya dapat memberi manfaat nyata serta menjadi daya tarik wisata desa,” ungkap Nicholas.








.jpg)