Kolaborasi Mahasiswa ITB, UI, dan UGM Ciptakan Inovasi Medis Cerdas, Raih Juara 3 Ajang Internasional
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
SURABAYA, itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Tim Tiga Pilar Kehidupan, yang diketuai oleh Azizah Nur Sya’bani (Teknik Fisika ITB 2023), berhasil meraih Juara 3 pada ajang International Biomedical Engineering Smart Exhibition (BENMAX) 2025 yang diselenggarakan Departemen Teknik Biomedis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 4–5 Oktober 2025. Kompetisi ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menghadirkan solusi inovatif di bidang biomedis melalui pendekatan teknologi dan rekayasa multidisiplin.
Tim ini terdiri atas Azizah Nur Sya’bani (Teknik Fisika ITB 2023) sebagai ketua, bersama Dea Ocha Nerissa Arviana (Teknik Elektro UGM 2023) dan Raudhah (Teknik Biomedik UI 2023), dengan dosen pembimbing Ashari Budi Nugraha, S.T., M.T dari Teknik Fisika ITB. Meskipun berasal dari perguruan tinggi dan disiplin ilmu yang berbeda, ketiganya mampu berkolaborasi secara efektif untuk mengembangkan proyek inovatif di bidang teknologi medis.
Kompetisi ini terdiri atas tiga tahap, dimulai dengan seleksi abstrak pada 21 Agustus 2025, diikuti dengan pengumpulan full paper pada 14 September 2025, dan diakhiri dengan tahap final berupa presentasi di hadapan empat juri ahli, termasuk perwakilan dari Swedia. Dari puluhan tim yang berpartisipasi, Tiga Pilar Kehidupan berhasil menembus babak akhir dan dinobatkan sebagai salah satu tim terbaik.
Dalam kompetisi ini, tim mengajukan gagasan inovasi alat medis cerdas untuk pemantauan luka diabetes secara real-time dan non-invasif. Sistem ini mengintegrasikan teknologi sensor biokimia dengan aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) untuk mendeteksi perubahan kondisi luka dan memberikan peringatan dini terhadap risiko infeksi atau komplikasi.
Dengan desain yang berfokus pada efisiensi, keterjangkauan, serta kemudahan pemantauan bagi pasien dan tenaga medis, inovasi ini diharapkan dapat membantu mencegah amputasi sekaligus meningkatkan kualitas perawatan penderita diabetes di Indonesia.
Azizah mengungkapkan bahwa ketertarikannya pada bidang instrumentasi medik menjadi motivasi utama dalam mengikuti kompetisi ini. “Saya memang sudah tertarik dengan instrumentasi medik sejak lama, tetapi bidang biomedis masih jarang dieksplorasi di Indonesia. Karena itu, saya mencari ajang yang bisa menjadi wadah untuk mengembangkan minat tersebut, dan kebetulan menemukan kompetisi BENMAX ini,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi lintas universitas menjadi kekuatan utama tim. “Awalnya kami tidak saling mengenal, tetapi komunikasi berjalan dengan lancar, dan semua memiliki tanggung jawab yang sama dalam proyek ini.”
Raudhah dari UI menuturkan bahwa pengalaman mengikuti BENMAX menjadi kesempatan berharga untuk mengasah kemampuan teknis sekaligus membangun semangat kolaboratif.
“Awalnya tidak menyangka bisa lolos sampai final, apalagi meraih juara. Namun berkat usaha, doa, dan dukungan banyak pihak, kami bisa membuktikan bahwa kerja keras tidak pernah sia-sia,” ujarnya.
Sementara itu, Ocha dari UGM menambahkan bahwa partisipasi lintas universitas ini menjadi pembelajaran berharga tentang kerja tim dan adaptasi di lingkungan baru. “Menurut saya, setiap orang punya potensi unik, dan kita tidak akan tahu sejauh mana kemampuan kita kalau tidak pernah mencoba. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa keberagaman justru bisa jadi kekuatan besar kalau dikelola dengan rasa saling percaya dan komitmen yang kuat,” tuturnya.
.jpg)
Perjalanan menuju kemenangan tidak lepas dari berbagai tantangan, mulai dari manajemen waktu di tengah kesibukan kuliah hingga pengembangan prototype yang memerlukan banyak percobaan.
“Lucunya, dulu saya tidak terlalu suka kimia, tapi gara-gara proyek ini malah jadi terbiasa dengan eksperimen dan bahan kimia,” ujar Azizah.
Selain pengalaman teknis, tim juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi lintas disiplin dan semangat inovasi. “Kami belajar banyak tentang komitmen dan kolaborasi. Meski masing-masing memiliki kesibukan, kami tetap saling percaya dan membantu satu sama lain,” kata Raudhah.
Menutup perbincangan, Azizah menyampaikan pesan kepada mahasiswa lain agar tidak takut mencoba hal baru. “Jangan ragu untuk keluar dari zona nyaman. Kadang kesempatan besar justru datang dari tantangan yang terlihat sulit,” katanya.
Keberhasilan Tim Tiga Pilar Kehidupan di ajang BENMAX 2025 menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas perguruan tinggi dan lintas disiplin dapat melahirkan solusi nyata bagi dunia kesehatan. Melalui inovasi yang diajukan, tim ini menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia mampu berkontribusi dalam transformasi teknologi medis di tingkat global.
Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi 2022)







