Mahasiswa ITB Juara 1 Digital World Data Gathering (DWDG) Southeast Asia Business Case Competition 2025

Oleh Merryta Kusumawati - Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menunjukkan prestasinya di kancah internasional. Tim Thinions SuperGong, yang terdiri atas Yudhis Febrian (Manajemen, 2024), Inggried Amelia Deswanty (Sistem Teknologi Informasi, 2023), dan Keisha Daffa Aryani (Sistem Teknologi Informasi, 2024), meraih Juara 1 Digital World Data Gathering (DWDG) Southeast Asia Business Case Competition 2025, sebuah ajang yang diselenggarakan secara daring oleh DWDG Catalyst Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama ShARE UGM dengan dukungan kolaborator industri, Sabtu (17/5/2025).

DWDG 2025, bertema “Globalization Resilience: Technology Utilization in Global Landscape Through Business Perspective” menuntut peserta merancang solusi bisnis berbasis teknologi. Dengan latar belakang berbeda, ketiga mahasiswa ITB membuktikan kolaborasi lintas disiplin adalah kekuatan utama.

“Kami ingin menunjukkan bahwa mahasiswa ITB mampu memimpin inovasi bisnis, bukan hanya di bidang sains,” ujar Inggried.

Tim Thinions SuperGong menonjol dengan gagasan pemodelan rute distribusi yang cerdas dan berwawasan lingkungan, menghadirkan strategi logistik yang efisien sekaligus ramah lingkungan.

“Pendekatan kami tidak hanya mengefisienkan jalur distribusi, tetapi juga menjawab kebutuhan keberlanjutan. Kami ingin membuktikan bahwa inovasi bisnis dan kepedulian lingkungan bisa berjalan beriringan,” kata Inggried, yang memimpin perancangan arsitektur algoritma.

Strategi dan Perjalanan

Pada babak penyisihan, Tim Thinions SuperGong menghadapi kasus dari PT Serasi Autoraya (SERA - Astra Group) untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional. Mereka menunjukkan keunggulan analisis dan koordinasi. Dari riset cepat hingga pemetaan masalah, mereka menyajikan rencana logistik yang terukur dan ramah lingkungan.

Di babak final, tantangan semakin berat dengan studi kasus dari perusahaan konsultan asing, Arthur Consulting, yang baru masuk ke pasar Indonesia. “Pertimbangannya banyak sekali. Kami menganalisis pasar Indonesia secara komprehensif, mulai dari culture behavior, technology adoption, consumer expectation, hingga benchmarking strategi market entry perusahaan asing di negara lain,” kata Keisha. Analisis ini mengerucut pada tiga wilayah potensial: Jabodetabek, Yogyakarta, dan Bali. Setelah pemetaan mendalam, Jabodetabek dipilih sebagai pasar utama.

Strategi mereka juga menggabungkan pendekatan business-to-customer (B2C) sekaligus business-to-business (B2B), yang jarang dilakukan peserta lain.

“Kami memetakan strategi operasional lengkap, termasuk rute distribusi, go-to-market strategy, value proposition, distribution channel, hingga brand ambassador. Bahkan, kami menyusun risk mitigation plan serta proyeksi finansial tiga tahun yang rasional,” kata Keisha. Hasil analisis komprehensif ini mendapat skor tinggi, dengan visibility mapping 4,3 dari 5, yang akhirnya memikat dewan juri.

Kemenangan ini menjadi bukti bahwa mahasiswa ITB tidak hanya unggul di sains dan teknologi, tetapi juga sanggup menaklukkan kompetisi bisnis global. “ITB memberi kami fondasi berpikir kritis yang sangat membantu,” ungkap Yudhis. “Dari kegagalan lomba sebelumnya, kami belajar bahwa keberanian mencoba lagi adalah kunci.”

Capaian ini menegaskan reputasi ITB sebagai inkubator pemimpin muda yang mampu beradaptasi di dunia bisnis global.

“Jangan takut gagal. Saya sudah sering kalah sebelum ini,” kata Yudhis. “Keberanian mencoba lagi membawa kami ke puncak.”

#prestasi mahasiswa #prestasi internasional #sdg 4 #quality education #sdg 8 #decent work and economic growth #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 12 #responsible consumption and production #sdg 13 #climate action