Mahasiswa Pascasarjana ITB Dalami Dinamika Sesar Lembang Bersama Dr. Astyka Pamumpuni

Oleh Merryta Kusumawati - Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan kegiatan ekskursi lapangan di kawasan Sesar Lembang, Jawa Barat, pada Jumat (17/10/2025). Kegiatan ini dipandu oleh Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T., dosen dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan, FITB ITB, dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap fenomena geologi dan mitigasi gempa bumi di wilayah Bandung Raya.

Mengenal Sesar Aktif di Jawa Barat

Sesar Lembang membentang dari Gunung Tangkuban Parahu hingga Cisarua dan Lembang, dan menjadi salah satu sesar aktif yang berpotensi menimbulkan gempa signifikan di wilayah Bandung dan sekitarnya. Berdasarkan penelitian terdahulu, aktivitas sesar ini dapat menghasilkan guncangan dengan magnitudo menengah hingga kuat yang berdampak langsung pada kawasan permukiman padat penduduk.

Dr. Astyka menekankan bahwa risiko terbesar dari gempa bumi bukan hanya berasal dari pergerakan sesar, melainkan dari struktur bangunan yang tidak memenuhi standar teknis.

“Rumah boleh rusak, tapi tidak boleh runtuh,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa desain bangunan tahan gempa merupakan bentuk mitigasi sederhana namun efektif, sebagaimana diatur dalam panduan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Setiap dinding seluas sembilan meter persegi harus memiliki kolom, balok, dan sloof. Tiga elemen itu wajib ada supaya bangunan tetap berdiri meski mengalami guncangan,” jelasnya.

Dinamika Pembentukan dan Aktivitas Sesar Lembang

Dalam sesi observasi lapangan, Dr. Astyka menjelaskan bahwa proses pembentukan Sesar Lembang masih menjadi topik perdebatan di kalangan geolog. Sebagian ahli mengaitkannya dengan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu, sementara studi lain menunjukkan peran kuat komponen pergeseran mendatar (strike-slip) akibat gaya tektonik regional.

“Bisa jadi dulu terbentuk karena vulkanisme, tapi sekarang mekanismenya berubah menjadi geser mendatar. Jadi, prosesnya kompleks dan masih terus kami kaji,” tuturnya.

Mahasiswa juga melakukan pengamatan langsung terhadap bentuk morfologi sesar, pola retakan tanah, dan endapan koluvial di beberapa lokasi pengamatan seperti Tebing Keraton dan Cibodas. Kawasan tersebut menunjukkan ciri khas pergerakan sesar yang masih aktif secara geodinamis.

Hubungan Antara Gempa dan Aktivitas Vulkanik

Dr. Astyka menguraikan hubungan antara gempa tektonik dan aktivitas vulkanik di kawasan Jawa Barat. Ia mencontohkan bahwa gempa bumi dapat berperan sebagai pemicu peningkatan aktivitas gunung api apabila kondisi magma sudah berada pada ambang kritis.

“Kalau gunungnya sedang kritis, gempa bisa jadi pemicu erupsi. Itu sebabnya kita perlu memahami keterkaitan antara aktivitas sesar dan vulkanisme,” jelasnya.

Membangun Kesadaran Mitigasi Berbasis Ilmu

Ekskursi ini menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa pascasarjana untuk memahami hubungan antara data geodesi, dinamika tektonik, dan mitigasi kebencanaan secara kontekstual. Melalui pendekatan lapangan, mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana teori yang dipelajari di kelas diaplikasikan untuk mengenali potensi bahaya geologi di sekitar masyarakat.

Melalui kegiatan ini, ITB menegaskan komitmennya dalam mengembangkan sumber daya manusia unggul di bidang geodesi dan kebumian, serta menumbuhkan kesadaran mitigasi bencana berbasis sains di kalangan akademisi dan masyarakat.\

Reporter: Merryta Kusumawati (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #fitb #sdg 4 #quality education #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 13 #climate action #sdg 15 #life on land #sdg 17 #partnerships for the goals