Mahasiswa Teknik Elektro ITB Kembangkan PathoKit, Alat Pendeteksi Bakteri Patogen pada Susu
Oleh Bintang Prasetya Fernandika - Mahasiswa Teknik Metalurgi, 2022
Editor Anggun Nindita
Tim PathoKit dalam Acara Electrical Engineering Days 2025 di Aula Timur ITB Kampus Ganesha pada Rabu (25/6/2025). (Dok. Bintang Prasetya Fernandika)
BANDUNG, itb.ac.id - Belasan karya inovatif tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro ITB dipamerkan dalam kagiatan Electrical Engineering Days di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, pada Rabu (25/6/2025). Kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap tahun oleh program studi Teknik Elektro ITB guna memenuhi profil lulusan mahasiswa yang unggul dalam pengetahuan, keterampilan sekaligus kemampuan bekerja sama dalam tim.
Salah satu karya yang dipamerkan merupakan PathoKit, sebuah alat pengukur kandungan bakteri patogen dalam susu untuk memeriksa keamanan susu yang hendak dikonsumsi. Alat ini merupakan karya dari tim yang terdiri dari Nafa Lutfia Atihrah Chandra; Tjhan, Kevin Reagen Sugiarto dan Yohanes Ari Putra Pandapotan (Teknik Elektro, 2021).
PathoKit bekerja dengan mendeteksi sampel susu yang diteteskan pada elektroda kemudian mengonversi sinyal elektrik yang dihasilkan menjadi nilai konsentrasi bakteri E. Coli dan Salmonella penyebab keracunan pada susu.
Salah satu anggota tim, Reagen, menuturkan kelebihan alat ini yang jauh lebih murah dibanding alat yang tersedia di pasaran saat ini. “Penggunaanya sederhana dan praktis dengan estimasi waktu uji hanya sekitar 3 menit,” imbuhnya.
Reagen menjelaskan bahwa latar belakang pembuatan karya ini adalah keresahan tim terhadap maraknya kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diduga disebabkan oleh susu yang terkontaminasi bakteri patogen.
Ia menilai dengan adanya alat ini tingkat kelayakan konsumsi susu dari produksi industri lokal pada program MBG dapat terlebih dahulu dipastikan keamanannya sehingga meminimalisir angka keracunan akibat susu tidak layak konsumsi.

Demonstrasi Alat PathoKit (Dok. Bintang Prasetya Fernandika)
Selama proses perancangannya, tim mengalami kendala dalam menintegrasikan subsistem-subsistem yang sebelumnya dibuat secara terpisah menjadi satu bagian alat yang utuh. “Kemampuan kami bekerja dalam tim juga sangat dilatih disini karena harus berhadapan dengan karakter orang yang berbeda-beda dalam satu project,” ujar Reagen.
Tim beharap inovasi ini setidaknya dapat diterapkan untuk guru sekolah dasar dan taman kanak-kanak sebagai penggunanya. “Saya sendiri yakin bahwa alat ini dapat dioperasikan oleh orang awam karena cara kerjanya yang cukup sederhana,” imbuh Reagen.
Reporter: Bintang Prasetya Fernandika (Teknik Metalurgi, 2022)







