Orasi Ilmiah Prof. Albertus Deliar: Peran Pemodelan dan Simulasi Geospasial dalam Pembangunan Berkelanjutan
Oleh Merryta Kusumawati - Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id – Prof. Dr. Albertus Deliar, S.T., M.T., Guru Besar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peran Pemodelan dan Simulasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia” di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (13/9/2025).
Beliau menyampaikan bahwa ruang tidak bisa hanya dipandang sebagai wadah statis dengan batas administratif. “Ruang itu hidup, ia terbentuk dari interaksi yang kompleks antara fisik, sosial, ekonomi, dan budaya,” ujarnya.
Dengan kerangka berpikir tersebut, permodelan dan simulasi geospasial hadir bukan sekadar alat teknis, tetapi juga sebagai jembatan antara data, pemahaman, dan kebijakan pembangunan.
“Melalui pemodelan, kita bisa melihat lebih jauh, tidak hanya apa yang tampak di permukaan, tetapi juga dinamika yang membentuknya,” ujarnya.
Ruang sebagai Sistem Hidup yang Dinamis
Beliau mengingatkan bahwa pembangunan kerap hanya dipahami sebagai upaya mengisi ruang dengan infrastruktur atau tata guna lahan baru. Padahal, ruang sejatinya terus bergerak, sawah bisa berubah jadi permukiman, hutan jadi pertanian, dan perubahan itu tidak pernah berdiri sendiri. “Bentuk memengaruhi fungsi, fungsi mendorong proses, dan proses kembali mengubah bentuk,” ujarnya.
Beliau menekankan pentingnya memandang ruang sebagai sistem terbuka yang penuh relasi. Artinya, ketika satu elemen berubah, dampaknya akan terasa pada keseluruhan sistem. Dengan kesadaran ini, menurutnya, pembangunan tidak boleh berhenti pada peta yang kaku, tetapi harus membaca proses yang berjalan di baliknya.
Pemodelan Geospasial sebagai Alat Bantu Kebijakan
Beliau menekankan bahwa pemodelan geospasial bukanlah pengganti keputusan, melainkan alat bantu yang memperkaya cara melihat realitas. Model dapat menyingkap keterkaitan yang tidak tampak kasat mata, misalnya bagaimana aksesibilitas, kedekatan dengan pusat kota, atau kondisi lingkungan dapat memicu perubahan lahan. “Model membantu kita memproyeksikan, tapi keputusan tetap ada di tangan manusia,” katanya.
Sebagai contoh, beliau memaparkan penggunaan metode Cellular Automata Markov untuk memprediksi lokasi perubahan lahan dan regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor pendorongnya. Dengan kombinasi ini, pertanyaan di mana dan mengapa perubahan terjadi dapat dijawab lebih komprehensif. “Dengan begitu, kebijakan yang lahir pun lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Tantangan dan Masa Depan Pemodelan Spasial
Meski demikian, beliau tidak menutup mata terhadap tantangan yang ada. Beliau menyebut dilema klasik dalam pemodelan, yakni penyederhanaan versus kompleksitas. Model global seperti Ordinary Least Squares (OLS) memang sederhana, tetapi sering mengabaikan detail lokal. Sebaliknya, model lokal seperti Geographically Weighted Regression (GWR) lebih rumit, namun mampu membaca variasi nyata di lapangan.
Menutup orasinya, beliau menekankan bahwa pemodelan dan simulasi geospasial memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. “Geospasial bukan hanya data atau peta, melainkan cara berpikir. Dengan memperkuat kesadaran spasial, kita bisa menata masa depan Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Profil Prof. Dr. Albertus Deliar, S.T., M.T.
Prof. Albertus Deliar lahir di Jakarta pada 21 Maret 1968. Beliau merupakan Guru Besar di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB dengan bidang keahlian pemodelan dan simulasi geospasial.
Beliau menempuh pendidikan sarjana di Teknik Geodesi ITB (1994), kemudian meraih gelar Magister Perencanaan Wilayah dan Kota ITB (2000), dan Doktor di bidang Teknik Geodesi dan Geomatika ITB (2010), serta melanjutkan pendidikan Profesi Ir di bidang Teknik Geodesi dan Geomatika ITB (2019).
Dalam perjalanan akademiknya, Prof. Albertus pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Pascasarjana Teknik Geodesi dan Geomatika FITB ITB (2012–2013), serta aktif sebagai anggota Senat FITB. Beliau juga memimpin Kelompok Keilmuan Sains dan Teknologi Informasi Geospasial.
Hingga kini, Prof. Albertus telah meluluskan lebih dari 50 mahasiswa sarjana, lebih dari 20 mahasiswa magister, dan lebih dari 5 mahasiswa doktor, serta menghasilkan lebih dari 10 penelitian dan lebih dari 20 publikasi ilmiah.
Berbagai penghargaan telah diterima oleh Prof. Albertus, termasuk Satyalancana Karya Satya 20 Tahun (2019) dan Pengabdian 25 Tahun Institut Teknologi Bandung (2022).
Selain itu, Prof. Albertus juga aktif dalam berbagai kegiatan pengabdian dan penunjang akademik. Beliau tercatat sebagai anggota Tim Panitia Teknis Perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang Geomatika (PT07-01) sejak tahun 2008 hingga 2021. Beliau juga pernah menjadi asesor pada Badan Standardisasi Asosiasi Profesi Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) periode 2012–2015. Prof. Albertus pun berperan sebagai asesor sertifikasi dosen serta asesor beban kerja dosen, yang menunjukkan kontribusinya dalam menjaga mutu pendidikan tinggi di Indonesia.







