Penjelasan Ahli Bosscha ITB di Balik Dentuman Keras Meteor Cirebon
Oleh Ahza Asadel Hananda Putra - Teknik Pangan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id — Minggu, 5 Oktober 2025, terjadi dentuman keras di atas langit Cirebon saat malam. Warga sempat panik berteriak hingga berhamburan karena dentuman begitu keras hingga dikira telah terjadi gempa bumi. Penyebab dentuman tersebut karena adanya meteor yang melintasi langit Cirebon dan jatuh di Laut Jawa. Lalu, apa dampaknya dari jatuhnya meteor ini dan apakah masih berbahaya untuk ke depannya?
Dalam memahami peristiwa ini, Agus Triono Puri Jatmiko, seorang peneliti di Observatorium Bosscha, memberikan pandangan dan penjelasannya. Agus menjelaskan bahwa terkait meteor (yang jatuh ke Bumi), dari sisi astronomi merupakan fenomena biasa, yaitu ketika ada benda asing (dalam hal ini bisa sampah antariksa atau asteroid) masuk dan bergesekan dengan atmosfer Bumi.
Dentuman Keras dan Sonic Boom
Dentuman keras yang terjadi merupakan peristiwa yang mirip dengan sonic boom. Ini terjadi saat meteor bergerak dengan kecepatan tinggi (lebih dari kecepatan suara) sehingga muncul dentuman ultrasonik. Penyebab lain adalah pecahnya material meteor akibat gesekan dan suhu tinggi yang menyebabkan suara ledakan. Getaran akibat ledakan atau sonic boom ini bisa merambat dan sampai ke permukaan Bumi.
Ukuran Meteor Masih Tergolong Kecil
Ukuran meteor yang melintasi langit Cirebon diperkirakan berdiameter 3-5 meter. Namun, jika menilik ke kejadian yang pernah ada sebelumnya, pernah terjadi meteor yang melintasi Bone di Sulawesi Selatan pada 2009 lalu berukuran 10 meter, dan pernah ada meteor yang melintasi Chelyabinsk, Rusia, pada 2013 lalu dengan ukuran 17 meter.
“Meteor Cirebon termasuk kecil ya jika dibandingkan dengan dua kejadian sebelumnya. Efeknya pun berbeda, terutama saat kejadian di Chelyabinsk yang menyebabkan rusaknya beberapa rumah karena energinya setara dengan 400-500 kiloton TNT, meski meledak di ketinggian 30 km dari permukaan Bumi,” ujar Agus.
Dampak dari Jatuhnya Meteor di Cirebon
Menurut Agus, untuk meteor berukuran kecil yang jatuh di lautan, dampaknya terbilang minimum. Ia juga mengingatkan bahwa ukuran 3-5 meter tersebut adalah estimasi sebelum meteor memasuki atmosfer. Saat menjadi meteor dan bergesekan dengan atmosfer, ukurannya akan menjadi lebih kecil lagi.
Meskipun begitu, potensi bahaya tetap ada. "Jika meteor ini meledak dengan energi besar dan ketinggian rendah, tentu gelombang kejutnya akan bisa merusak bangunan dan berisiko mencederai manusia," jelasnya. Masalah utamanya adalah kejadian seperti ini sulit diprediksi karena tidak semua asteroid berukuran besar sehingga bisa dideteksi lebih dini. Oleh karena itu, menurut Agus, kejadian jatuhnya meteor kecil seperti ini biasanya bersifat acak dan tiba-tiba.
"Untuk beberapa asteroid besar, penelitian gerak dan orbitnya jadi penting untuk bisa memberikan prediksi apakah ada potensi membahayakan Bumi di masa mendatang," tutur Agus.
Reporter: Ahza Asadel Hananda Putra (Teknik Pangan, 2021)





