Pramono Anung Bagikan Kisah Hidup dan Nilai Literasi di Studium Generale ITB
Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Gubernur DKI Jakarta periode 2025-2030, Pramono Anung Wibowo, menjadi pembicara pada Studium Generale di Aula Barat ITB Kampus Ganesha, Sabtu (27/9/2025). Acara bertajuk “Bedah Buku: Panggung Depan Panggung Belakang Pramono Anung Wibowo” ini dimoderatori Ir. Lies Hartono (Cak Lontong) dan turut menghadirkan para penulis serta desainer buku.
Dalam sesi pertama bertajuk “Panggung Depan”, Pramono berbagi kisah perjalanan panjangnya, mulai dari aktif berkegiatan sebagai mahasiswa ITB, karier politik di DPR dan kabinet, hingga kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, seluruh fase perjalanan itu mengajarkan arti penting ketekunan, pengalaman kolektif, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan tantangan yang berbeda di setiap periode hidup.
Beliau juga menekankan pentingnya literasi dalam membentuk kepemimpinan. “Orang yang terbiasa membaca buku pasti memiliki cara pandang berbeda dengan yang tidak pernah membaca,” ujarnya.
Baginya, buku bukan hanya sumber pengetahuan, melainkan ruang untuk memperluas perspektif, melatih berpikir kritis, serta memberi inspirasi dalam pengambilan keputusan.
Terkait visi besar Indonesia, Pramono menyoroti langkah strategis menuju Indonesia Emas 2045. Beliau menilai momentum sejarah ini belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal tiap generasi memiliki tantangan yang berbeda. Oleh karena itu, peran generasi muda menjadi kunci.
“Anak muda harus bermimpi setinggi mungkin dan berusaha mewujudkan mimpi tersebut. Saya menaruh harapan besar kepada generasi sekarang untuk membangun bangsa,” katanya. Pesan ini beliau sampaikan sebagai dorongan agar mahasiswa ITB memiliki visi jangka panjang sekaligus keberanian untuk mengeksekusinya.
Dalam refleksi perjalanan politiknya, Pramono menyebut perbedaan peran antara panggung belakang dan panggung depan. Sebelum menjadi gubernur, dirinya lebih sering berada di balik layar, menyiapkan naskah pidato, merancang naskah kebijakan, hingga mendampingi presiden dalam proses pengambilan keputusan.
Namun ketika menjabat gubernur, beliau menyadari dirinya harus tampil lebih proaktif di hadapan publik, turun langsung ke masyarakat, dan menetapkan prioritas kebijakan yang menyentuh kebutuhan paling mendasar. Fokus utamanya adalah penyelesaian persoalan masyarakat kalangan bawah, khususnya melalui peningkatan akses pendidikan yang lebih luas di Jakarta.
“Nilai yang selalu saya pegang adalah kejujuran dan keseriusan dalam pendidikan. Itulah bekal saya sejak mahasiswa ITB,” katanya. Menurutnya, pengalaman di kampus bukan hanya membentuk identitas pribadi, tetapi juga memberi kepercayaan diri untuk melangkah ke panggung nasional.

Sesi kedua menghadirkan sosok kreatif di balik penyusunan buku “Panggung Depan Panggung Belakang Pramono Anung Wibowo”, di antaranya penulis Candra Gautama dan Wisnu Nugroho, serta desainer Yasser Rizky.
Wisnu menekankan pentingnya riset, observasi, dan wawancara dalam mencari kebenaran. Beliau juga menyoroti disiplin waktu Pramono yang konsisten sejak lama. Candra, yang juga tetangga Pramono di Kediri, menceritakan tantangan dalam merekonstruksi perjalanan politik yang penuh kompromi namun tetap dengan gaya unik.
Sementara itu, Yasser memaparkan perjalanan kreatif dalam merancang visual “Panggung Depan Panggung Belakang Pramono Anung Wibowo”. Awalnya, buku ini dikembangkan dengan konsep memoar pada 2023. Namun, seiring perkembangan gagasan, pada 2025 arahnya bergeser untuk menyasar kalangan yang lebih luas, khususnya generasi muda.
“Pilihan warna oranye dipakai sebagai elemen utama karena dianggap merepresentasikan dinamika Jakarta, yaitu energik, hangat, dan penuh gerak,” tuturnya.

Acara Studium Generale ini memberikan gambaran komprehensif tentang perjalanan hidup dan kepemimpinan Pramono Anung, sekaligus memperlihatkan kerja kolektif di balik lahirnya sebuah karya literasi politik. Lebih dari sekadar bedah buku, kegiatan ini menjadi ruang refleksi bagi mahasiswa ITB untuk belajar kepemimpinan, kerja keras, dan peran penting literasi dalam membangun bangsa.





.jpg)
