PRECISE: Sistem Prediksi Emisi Berbasis Data untuk Pulau Jawa Karya Mahasiswa ITB
Oleh Azka Zahara Firdausa - Mahasiswa Rekayasa Hayati, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi skala nasional dalam bidang energi terbarukan melalui National Essay Competition (NEC) dalam rangkaian acara Indonesia Youth Renewable Energy Festival (IYREF) yang diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy Institut Teknologi Bandung (SRE ITB). Tim KeluargaDanlap, terdiri atas Bondan Attoriq dan Muhammad Xavier El Gibraltar Ellion dari program studi Teknik Metalurgi, serta Nigel Arkanitia dari program studi Teknik Fisika, meraih Juara 1 National Essay Competition, Integrated Youth Renewable Energy Festival (IYREF) 2025 pada Sabtu, 25 Mei 2025.
Dengan mengusung tema “Empowering a Sustainable Future Through Sustainable Innovation”, serta subtema Sustainable Finance and Carbon Innovation, NEC menantang peserta menghasilkan solusi aplikatif terhadap isu keberlanjutan di dunia nyata.
Dalam kompetisi ini, Tim KeluargaDanlap dari ITB mengusung karya berjudul “PRECISE: Pemodelan Prediktif Emisi Gas Rumah Kaca Berbasis Multi-Machine Learning di Pulau Jawa”. Karya ini menawarkan sistem prediksi emisi gas rumah kaca (GRK) menggunakan pendekatan tiga algoritma machine learning – Long Short-Term Memory (LSTM), Random Forest Regression (RFR), dan Extreme Gradient Boosting (XGBoost) – yang dilatih menggunakan data historis emisi dan 17 variabel multidimensi dari bidang sosial, ekonomi, energi, dan lingkungan pada rentang tahun 2000–2024.
Inovasi ini dinilai sebagai penelitian pionir dalam pemodelan GRK berbasis machine learning berskala regional di Indonesia. PRECISE memungkinkan pendekatan berbasis data yang presisi karena mampu menampilkan emisi di tiap daerah. Hal ini berdampak besar bagi masyarakat, terutama bagi pemerintah provinsi untuk menyusun kebijakan mitigasi iklim dan penurunan emisi sesuai dengan profil masing-masing wilayah.
Selain kesibukan akademik, tim ini menjelaskan bahwa tantangan dari kompetisi ini adalah kesulitan dalam menghimpun data selama dua dekade (2000-2024) dari berbagai provinsi, baik data yang tidak lengkap maupun nilai yang kurang sesuai. Namun, hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk menyelesaikan karya ini dengan baik. Menurut mereka, kunci utama dalam menciptakan karya yang unggul bukan sekadar menemukan ide yang benar-benar baru, tetapi memastikan bahwa ide tersebut inovatif, visioner, dan potensial.
“Ide tidak harus benar-benar baru. Selama ide tersebut belum diaplikasikan di suatu wilayah dan punya potensi kuat untuk berdampak, maka telitilah!” ujar Bondan.
Karya ini menunjukkan bahwa mahasiswa mampu menghasilkan solusi inovatif dan konkret terhadap tantangan iklim, juga berpotensi besar bagi pemerintah dalam merancang penurunan emisi tiap wilayah.







