"Tapak Meriah" Warnai Jalan Dago, Tandai Kebangkitan Pasar Seni ITB di Tahun 2025
Oleh Muhammad Hanif Darmawan - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Suasana Jalan Ir. H. Juanda (Dago) pada Minggu pagi (21/9/2025), menjadi lebih berwarna dengan digelarnya parade bertajuk "Tapak Meriah". Acara yang yang diadakan pada momen Car Free Day ini adalah pra-acara pamungkas yang diselenggarakan oleh panitia Pasar Seni ITB 2025 untuk menyambut kembali perhelatan seni akbar tersebut setelah 11 tahun vakum.
Parade yang diikuti mahasiswa, dosen, alumni ITB, serta masyarakat umum ini menghadirkan arak-arakan kreatif yang menarik perhatian masyarakat Kota Bandung. Menurut perwakilan humas Pasar Seni ITB, Amanda Wangi Mongan, yang sekaligus mahasiswa Desain Produk ITB, tujuan utama "Tapak Meriah" adalah mengangkat konsep perayaan publik sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga diajak berinteraksi dan menjadi bagian dari acara.
“Kami ingin mengenalkan kembali seni kepada masyarakat dan agar persiapan menuju Pasar Seni ini bisa terasa oleh mereka,” ujar Amanda.

Pertunjukan utama dalam parade ini adalah pementasan teatrikal berjudul "Threshold" yang digagas Dharmadayna Maliq Prattiwa, mahasiswa Desain Produk ITB. Pementasan ini secara visual merepresentasikan tema besar Pasar Seni ITB 2025, yaitu peleburan antara dunia nyata dan dunia maya.
Dua kelompok karakter, Sirotam (representasi dunia nyata yang natural) dan Oris (representasi dunia maya yang artifisial), pada awalnya bergerak di ruang terpisah sebelum akhirnya melebur menjadi satu. "Tema ini diangkat karena batas antara realita dan dunia maya semakin sulit dilihat. Ini menjadi revolusi baru bagi manusia, dan isu ini sangat melekat dengan kita sekarang," kata Amanda.

Semua elemen artistik dalam pementasan, mulai dari kostum hingga komposisi musik ritmis yang mengiringinya, dibuat secara mandiri oleh mahasiswa.
Pasar Seni ITB, yang pertama kali diadakan pada tahun 1972, merupakan salah satu festival seni terbesar di Asia Tenggara. Edisi terakhirnya diselenggarakan pada tahun 2014, dan edisi berikutnya yang seharusnya digelar pada 2019 terpaksa tertunda akibat pandemi.
Menurut Danish Azwa Vityaputri, Ketua Bidang Produksi Digital, mahasiwa desain produk ITB, mengatakan, Pasar Seni 2025 akan menghadirkan wajah yang sepenuhnya baru. "Kami sebagai panitia bukanlah orang yang pernah menikmati Pasar Seni sebelumnya. Jadi, kami benar-benar me-rebranding bagaimana Pasar Seni di era sekarang," ujarnya.
Meski demikian, panitia tetap menghormati sejarah panjang acara ini. Salah satu pra-acara sebelumnya yang bertajuk "Kilas Balik" menampilkan pameran tentang penyelenggaraan Pasar Seni di tahun-tahun lampau untuk menginspirasi para panitia mahasiswa.

Kolaborasi yang lebih erat antara mahasiswa dengan para dosen dan alumni juga menjadi pembeda pada edisi kali ini. Diharapkan, dengan semangat baru dan dukungan lintas generasi, Pasar Seni ITB yang akan digelar pada 18-19 Oktober 2025 dapat menjadi momentum kebangkitan kembali semangat seni dan berkarya di Indonesia.
Bagi masyarakat yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut dan mengikuti perkembangan terbaru menuju puncak acara Pasar Seni ITB 2025, dapat mengunjungi akun Instagram resmi di atau situs web di . Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perayaan seni akbar ini!





