"Teman Konseling": Inovasi Tim Mahasiswa Teknik Elektro ITB untuk Prioritas Layanan Konseling Berbasis Biosensor
Oleh Azka Madania Nuryasani - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menyelenggarakan Electrical Engineering Days (EE Days) 2025, di Aula Timur, Kampus ITB Ganesha, Selasa-Kamis (24–26/6/2025). Kegiatan ini melibatkan sekitar 79 mahasiswa program studi sarjana Teknik Elektro dengan 27 topik tugas akhir, serta mahasiswa dan sivitas akademika STEI serta keluarga besar ITB.
Salah satu karya inovatif yang menarik perhatian adalah “Teman Konseling”. Proyek ini merupakan proyek tugas akhir yang dikembangkan oleh Shabrina Mardhiyah Gozan (Teknik Elektro, 2021), Rama Maulana Rezky (Teknik Elektro, 2021), dan Rafael Aditya Cahyo W (Teknik Elektro, 2021). Mereka dibimbing oleh Dr. Ir. Akhmadi Surawijaya, S.T, M.Eng.; Dr. Rahadian Yusuf, S.T., M.T.; dan Allya Paramita Koesoema, S.T., M.T, Ph.D.
"Teman Konseling", sebuah inovasi berbasis biosensor, hadir sebagai solusi untuk mengatasi tantangan antrean layanan konseling di Bimbingan Konseling (BK) ITB. Selama ini, belum ada sistem yang objektif untuk menentukan siapa yang harus diprioritaskan. Dengan Teman Konseling, penentuan prioritas layanan akan menjadi lebih akurat dan efisien, memastikan mahasiswa yang paling membutuhkan mendapatkan bantuan secepatnya.
"Selama ini, berdasarkan wawancara yang kami lakukan, pihak BK ITB belum memiliki sistem prioritas yang cukup objektif. Ada orang yang menulis keluhan singkat karena terlalu stres, tapi justru sangat butuh bantuan segera. Alat ini hadir untuk mengurangi bias dari ekspresi verbal itu dengan memberikan data objektif tingkat stres" ungkap Rafael.
Sistem ini mengintegrasikan dua jenis sinyal fisiologis, Photoplethysmography (PPG) dan Galvanic Skin Response (GSR) dengan hasil asesmen psikologis berbasis kuesioner untuk menghasilkan skor prioritas konseling yang lebih objektif. Data dari sensor PPG digunakan untuk mengukur Heart Rate Variability (HRV), sementara GSR mendeteksi electrodermal activity yang berkorelasi dengan stres. Kedua sinyal ini dikombinasikan untuk menetapkan tingkat urgensi masing-masing pendaftar layanan konseling.
Cara penggunaan alat ini cukup sederhana, yakni pengguna hanya perlu meletakkan jari pada sensor, menjalankan sistem, dan dalam waktu kurang dari dua menit, tingkat stres akan terukur. Selain sederhana, keunggulan alat ini adalah akurasinya yang tinggi dengan berbasis sinyal fisiologis (GSR dan PPG), serta terintegrasi dengan sistem antrian dan aman dari penyalahgunaan
Sistem ini memiliki potensi besar untuk diimplementasikan tidak hanya di institusi pendidikan, tetapi juga dalam industri dan layanan publik yang membutuhkan sistem antrian dengan penilaian kondisi psikologis pengguna.
"Kehidupan kita sehari-hari sangat dekat dengan stres. Alat ini bisa digunakan untuk deteksi dini atau membantu seseorang menjadi self-aware akan kondisi stresnya. Untuk ke depan kami berharap pengembangan lebih lanjut dapat menghasilkan data yang lebih komprehensif, misalnya melalui biosensor yang mampu mendeteksi hormon terkait stres," tutur Rafael.
Reporter: Azka Madania Nuryasani (Mikrobiologi, 2022)