Terang dalam Rimba: Inovasi Dosen dan Mahasiswa ITB Dukung Aktivitas Petani Rotan
Oleh Johanes Wijaya Susanto - Teknik Telekomunikasi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
SIJUNJUNG, itb.ac.id - Tim Dosen dan mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) berkesempatan membantu masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani rotan di Desa Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat dengan memasang panel penerangan di jalur rotan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 hari dari 2 hingga 7 Oktober 2025.

Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Bryan Denov, S.T., M.T. (KK Teknik Ketenagalistrikan STEI ITB) serta melibatkan beberapa dosen, yakni Prof. Ir. Syarif Hidayat, MT, Ph.D. (Dosen STEI ITB), Dr.Eng. Ir. Infall Syafalni, S.T., M.Sc. (Dosen STEI ITB), Dr. Lenny Putri Yulianti, S.T. M.T. (Dosen STEI ITB), Prof. Ir. Ramadhani Eka Putra, S.Si., M.Si., Ph.D. (Dosen SITH ITB), Sumedi (Teknisi Laboratorium STEI ITB).
Kegiatan ini juga bekerja sama dengan aktivis pengelolaan rotan lestari “Jelajah Rattan”, Muhammad Alfath Kurniadi sebagai perwakilan, dan juga warga setempat. Selain itu, kegiatan ini melibatkan 6 mahasiswa STEI ITB, yaitu Gregorius Yoga robianto, Habibie Muhammad Ghifari, Hilary Evelyn Tjandra, Muhammad Luthfii Alghazali, Rafie Naufal Halimi, Taqidito Ilham Pratama.

Kegiatan ini merupakan program pengabdian masyarakat (pengmas) lanjutan dari program sebelumnya, yakni pembangkit listrik tenaga pikohidro (PLTPH), yaitu pembangkit listrik tenaga air skala kecil yang memanfaatkan aliran air debit kecil pada tahun 2024.
Program ini dipicu dari keresahan penduduk lokal akan kurangnya penerangan di jalur rotan mengingat jalur rotan yang curam dan penuh dengan hewan liar. Kurangnya penerangan jalur rotan menyebabkan masyarakat kesulitan untuk bekerja terkhususnya pada malam hari. Panel penerangan yang telah dibuat, ditenagai oleh aki agar dapat bekerja tanpa perlu memasang kabel yang panjang. Selain itu, panel ini memiliki fitur menyala otomatis ketika ada orang yang lewat di dekatnya serta terintegrasi internet of things (IoT). Panel penerangan ini dipasang di empat titik penting pada jalur rotan.
Dalam proses pemasangan panel penerangan, tim pengmas mengalami beberapa tantangan akibat curamnya jalur rotan. Selain itu, akses internet yang terbatas membuat pemasangan panel memerlukan usaha dan waktu yang lebih banyak.
Selain panel penerangan, tim pengmas juga memasang perangkat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pemasangan PLTS ini diharapkan mampu menyediakan pasokan listrik lampu penerangan di pos, daya aki panel penerangan, dan juga daya alat-alat lain yang diperlukan para petani.
Pemasangan panel penerangan mendapatkan respons positif dari penduduk lokal karena sudah sangat membantu kegiatan keseharian mereka. Sebelum dipasang panel penerangan, penduduk hanya mengandalkan head lamp yang membantu mereka bekerja saat malam. Penggunaan head lamp ini cukup menghabiskan dana yang cukup banyak hingga 6 juta setiap bulannya.
Harapan masyarakat Desa Sumpur Kudus adalah program pengmas ini dapat terus dilanjutkan terkhususnya dalam pemanfaatan energi terbarukan.
“Pengmas tempat menerapkan ilmu kita secara langsung. Jangan ragu untuk mencoba pengmas karena kegiatan tersebut akan memberikan manfaat ke banyak pihak terkhususnya untuk pengmas kali ini ke masyarakat Desa Sumpur Kudus,” ujar Habibie, salah seorang mahasiswa yang terlibat.
Reporter: Johanes Wijaya Susanto (Teknik Telekomunikasi, 2022)







