Tim Althara ITB Ciptakan Inovasi Pupuk Organik Cair dari Limbah Sawit, Raih Prestasi Nasional

Oleh Ilham Rezy Saputra - Teknik Perminyakan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Tim Althara dari ITB meraih juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Festival Engineering Api Biru, Kamis (17/7/2025). (Dok. Tim Altara)

BANDUNG, itb.ac.id – Setiap tantangan menyimpan peluang, dan itulah yang dibuktikan oleh Tim Althara, mahasiswa Program Studi Teknologi Pascapanen ITB, ketika berhasil mengubah isu lingkungan menjadi solusi pertanian berkelanjutan. Lewat karya tulis ilmiah mereka, tim yang terdiri atas Agnes Ruth Savira, Maritza Kayla Zasky Malikha, dan Naveed Muhammad Falah Brahmantika membawa inovasi pupuk organik cair berbasis limbah cair kelapa sawit dalam ajang Festival Engineering Api Biru (FEAB) 2025 di Jakarta.

Dengan mengusung tema besar “Akselerasi Indonesia Impact”, mereka menjawab tantangan pengelolaan limbah industri sawit yang masif melalui fermentasi mikrobiologis. Limbah cair kelapa sawit (POME) yang kerap menjadi masalah lingkungan mereka sulap menjadi biofertilizer bernilai tambah, dengan keunggulan khusus: mampu meningkatkan produktivitas sekaligus memberi proteksi alami terhadap hama pada Tomat Momotaro.

“Tomat Momotaro adalah komoditas bernilai tinggi yang membutuhkan pupuk berkualitas. Melalui inovasi ini, kami ingin menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap limbah bisa berubah menjadi harapan, baik bagi petani sawit maupun petani hortikultura,” ujar Agnes yang terinspirasi dari kunjungan ke Mujagi Farm, Cianjur.

Lebih dari sekadar konsep, ide ini membuka peluang nyata. Aplikasi pupuk fermentasi dari limbah sawit diyakini dapat menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida, sekaligus memperkuat daya saing produk hortikultura Indonesia di pasar global. Dari sisi lingkungan, solusi ini menjadi wujud circular economy yang menyinergikan perkebunan sawit dan pertanian hortikultura.

Proses penyusunan karya bukan tanpa tantangan. Bertepatan dengan pekan ujian akhir semester, mereka harus pintar membagi waktu. Dengan komunikasi rutin, pembagian tugas yang jelas, dan semangat saling mendukung, karya ini bisa terselesaikan tepat waktu. “Yang paling menentukan keberhasilan kami adalah kerja sama. Dari situlah semua ide bisa terwujud,” ujar mereka.

Karya ini sendiri lahir dari pendekatan multidisiplin bioteknologi, mikrobiologi, kimia, pertanian, hingga lingkungan yang diramu menjadi solusi aplikatif, ramah lingkungan, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Bagi Tim Althara, keberhasilan di FEAB 2025 bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan untuk menghadirkan manfaat nyata. Mereka berharap inovasi ini dapat dikembangkan hingga ke tingkat lapangan, membuka peluang komersialisasi, bahkan ekspor hortikultura premium Indonesia.

“Pelajaran berharga yang kami dapat adalah jangan mudah menyerah. Justru dari tantangan, lahir peluang untuk berinovasi. Semoga pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani melangkah, mencoba, dan berkolaborasi demi memberi dampak positif bagi masyarakat,” ujar Agens.

Final FEAB 2025 digelar pada 7 Juli 2025 di Jakarta, dengan malam penganugerahan pada 17 Juli 2025. Melalui karya ini, Tim Althara tidak hanya meraih prestasi, tetapi juga menunjukkan bahwa masa depan pertanian Indonesia dapat dibangun dengan keberanian untuk mengubah limbah menjadi harapan.

#prestasi mahasiswa #prestasi nasional