Tim “MuridPakSoni” Raih Best Paper GEMASTIK XVII Lewat Inovasi CrowdEase: Sistem Deteksi Kepadatan Transportasi Umum Berbasis AI dan IoT

Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Tim “MuridPakSoni” dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB meraih penghargaan Best Paper Divisi Kota Cerdas pada GEMASTIK XVII yang diselenggarakan di Telkom University, Bandung (27–30 Oktober 2025). (Dok. Tim MuridPakSoni/ITB)

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung kembali menorehkan prestasi gemilang di ajang nasional. Tim “MuridPakSoni” dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB meraih Best Paper Divisi VI Kota Cerdas dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK) XVII Tahun 2025 yang diselenggarakan di Telkom University, Bandung, pada 27-30 Oktober 2025.

GEMASTIK merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) untuk meningkatkan kompetensi, kreativitas, dan kolaborasi mahasiswa di bidang teknologi informasi. Ajang ini menjadi wadah pengembangan talenta digital sekaligus pendorong inovasi menuju Smart Nation.

Tahun ini, GEMASTIK menghadirkan sebelas bidang lomba, mulai dari pemrograman, keamanan siber, penambangan data, desain pengalaman pengguna, animasi, kota cerdas, karya tulis ilmiah TIK, pengembangan perangkat lunak, sistem cerdas berbasis IoT, pengembangan permainan digital, hingga bisnis berbasis teknologi informasi.

Sistem Deteksi Kepadatan Transportasi Umum Berbasis AI dan IoT

Tim “MuridPakSoni” beranggotakan Ammar Naufal, Favian Izza Diasputra, dan Abel Apriliani dari Program Studi Sistem dan Teknologi Informasi dengan bimbingan oleh Dr. Kusprasapta Mutijarsa, S.T, M.T. dan Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, M.Eng. Tim ini berhasil menyabet juara dengan inovasi mereka yang berfokus pada pengembangan CrowdEase, sistem deteksi kepadatan transportasi umum berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI).

Gagasan tersebut berawal dari pengalaman pribadi mereka selama menjalani kerja praktik di Jakarta. Ketiganya menghadapi langsung kepadatan transportasi umum di jam sibuk, baik saat berangkat maupun pulang kerja. Kondisi tersebut mengganggu kenyamanan dan efisiensi waktu mereka sebagai pengguna, serta memperlihatkan bahwa sistem transportasi publik masih kekurangan mekanisme pemantauan kepadatan penumpang secara real-time.

Bermula dari diskusi dengan dosen pembimbing yang berfokus pada bidang kota cerdas, mereka menyimpulkan perlunya sistem yang dapat memantau jumlah penumpang dan menginformasikannya kepada calon penumpang.

Tahapan dan Proses Pengembangan

Kompetisi berlangsung sejak awal Agustus, dimulai dengan pendaftaran, pengunggahan proposal, dan video perkenalan produk. Babak penjurian dilakukan pada 11 Agustus-2 September, dilanjutkan pengumuman finalis pada 5 September. Tim kemudian menyiapkan dokumen akhir, termasuk video presentasi, makalah ilmiah, dan berkas hak cipta, sebelum babak final pada 27-30 Oktober.

Selama dua bulan masa pengembangan, tim menghadapi keterbatasan waktu dan sumber daya. Hasil akhirnya berupa prototipe perangkat IoT dan perangkat lunak berbasis kerangka desain thinking, yang menjadi dasar untuk penyempurnaan sistem di masa mendatang.

Inovasi yang Berawal dari Empati

CrowdEase, simulasi sistem deteksi kepadatan transportasi umum berbasis AI dan IoT yang dikembangkan Tim “MuridPakSoni” ITB. Sistem ini menampilkan data kepadatan penumpang secara real-time melalui perangkat seluler. (Dok. Tim MuridPakSoni/ITB)

Ammar, ketua tim, menjelaskan bahwa divisi Kota Cerdas dipilih karena dianggap paling relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Divisi ini memungkinkan kami melihat langsung masalah di lapangan dan mencari solusi yang memberi dampak nyata,” katanya.

Sistem yang dikembangkan bekerja dengan mengumpulkan data jumlah penumpang melalui sensor, lalu mengirimkannya ke basis data terpusat untuk dianalisis. Informasi kepadatan kemudian ditampilkan kepada masyarakat dan operator transportasi agar keduanya dapat mengambil keputusan yang lebih efisien.

Selain meningkatkan kenyamanan, sistem ini mendorong penerapan pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision-making) di sektor transportasi publik. “Solusi ini diharapkan bisa membantu masyarakat bepergian dengan nyaman sekaligus mendukung operator dalam merencanakan layanan mereka,” kata Ammar.

Pendekatan Teknis dan Tantangan

Sebagai pengembang sistem AI, Abel Apriliani menjelaskan bahwa proyek ini mengombinasikan model deteksi visual dengan deteksi jangka pendek. “Kami menggunakan YOLOv8 untuk mendeteksi penumpang, lalu menerapkan forecasting jangka pendek untuk mendeteksi okupansi dalam waktu dekat,” katanya.

Namun, tantangan utama terletak pada keterbatasan data aktual. “Kami belum memperoleh data asli dari TransJakarta meskipun sudah mengajukan permintaan selama hampir tiga bulan, baik secara daring maupun langsung. Karena itu, saya membangun dummy dataset yang realistis berdasarkan skenario operasional yang mungkin terjadi,” kata Abel.

Baginya, konsep kota cerdas tidak harus menciptakan sistem yang paling kompleks. “Sebagai engineer, smart city bukan tentang membuat solusi paling ‘wah’, tapi solusi yang realistis, mampu bekerja di kondisi Indonesia yang heterogen, dan berdampak langsung bagi warga kota,” tuturnya.

Belajar dari Proses dan Kolaborasi

Kompetisi ini menjadi pengalaman pertama mereka berkolaborasi dalam satu tim nasional. Dengan latar belakang dan kepribadian berbeda, proses kerja sama sempat menantang. Mereka belajar menyesuaikan ritme komunikasi serta membagi waktu antara lomba dan kerja praktik.

Menurut Favian, yang berperan dalam pengembangan perangkat lunak, pengalaman ini menumbuhkan nilai konsistensi dan fokus pada tujuan bersama. “Jika ingin mencapai sesuatu, kita harus bisa mengesampingkan kepentingan pribadi dan fokus menyelesaikan tujuan tim,” ujarnya.

Refleksi dan Nilai yang Dipetik

Bagi tim ini, GEMASTIK bukan sekadar kompetisi, melainkan pengalaman belajar memahami masyarakat. Mereka menyadari bahwa empati adalah inti dari inovasi kota cerdas.

“Banyak masalah yang kelihatannya sepele, tapi ternyata sangat berpengaruh bagi kehidupan orang lain. Dari situ kami belajar memahami sudut pandang masyarakat dan mencari solusi yang benar-benar bermanfaat,” ujar Ammar.

Meski berawal dari keterbatasan, tim “MuridPakSoni” membuktikan bahwa ketekunan dan kerja sama dapat menghasilkan karya yang berdampak. “Proyek ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang empati, adaptasi, dan tumbuh bersama sebagai tim,” tutur Ammar.

Kemenangan mereka dalam GEMASTIK XVII menjadi simbol keberanian mahasiswa ITB untuk turun langsung memahami dan menyelesaikan permasalahan masyarakat melalui inovasi teknologi.

#prestasi mahasiswa #prestasi nasional #stei #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 13 #climate action #sdg 17 #partnerships for the goals