Tim Pengmas FITB ITB Edukasi Bahaya Geologi di Lombok Utara melalui Platform Marabumi
Oleh Mely Anggrini - Mahasiswa Meteorologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
LOMBOK UTARA, itb.ac.id – Tim dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada 21–22 Oktober 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya geologi dan memperkuat kemampuan mitigasi bencana melalui pendekatan edukatif yang mudah dipahami.
Program yang disusun secara kolaboratif oleh dosen dan mahasiswa FITB ITB ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Dr.Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T.; Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T.; dan Mika Rizki Puspaningrum, S.Si., M.T., Ph.D. Dalam pelaksanaannya, tim juga memperkenalkan Marabumi, sebuah platform edukasi digital yang dikembangkan untuk menyebarluaskan informasi kebencanaan berbasis sains populer.
Edukasi Bahaya Geologi dengan Bahasa yang Sederhana
Dosen Program Studi Teknik Geologi, Dr. Astyka Pamumpuni, dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan FITB ITB, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk menyampaikan informasi kebencanaan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami masyarakat.
“Kami ingin membahasakan istilah teknis seperti gempa bumi, longsor, gunung api, dan tsunami agar lebih sederhana dan mudah diterima publik,” ujarnya.

Untuk mendukung hal tersebut, tim mengembangkan platform digital bernama Marabumi, yang berfungsi sebagai sarana edukasi kebencanaan berbasis sains populer. Melalui laman website dan media sosial, Marabumi menyediakan artikel, infografik, serta kuis interaktif yang dapat diakses masyarakat luas. Pendekatan ini diharapkan mampu menjembatani komunikasi antara dunia akademik dan masyarakat umum dalam memahami risiko geologi.
Pelaksanaan Kegiatan di Dua Lokasi

Kegiatan edukasi lapangan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Klub Baca Perempuan Tanjung dan SMK Negeri 1 Bayan. Materi yang disampaikan meliputi empat jenis bahaya geologi utama: gempa bumi, tsunami, longsor, dan gunung api.
“Peserta sangat antusias, terutama karena banyak dari mereka merupakan penyintas gempa Lombok 2018. Mereka aktif bertanya tentang fenomena geologi di sekitar tempat tinggalnya,” ujar Dr. Astyka.
Metode penyampaian dilakukan melalui presentasi interaktif dan kuis singkat untuk memastikan materi mudah dipahami. Tim dosen juga melakukan uji coba efektivitas materi Marabumi secara langsung di lapangan agar ke depannya dapat dikembangkan menjadi program pembelajaran terbuka (open course) ITB.
Kolaborasi dan Penguatan Komunitas Lokal

Program ini juga membuka peluang kolaborasi antara ITB dengan universitas dan komunitas lokal di Nusa Tenggara Barat. Tim Pengmas FITB ITB berkesempatan berdiskusi dengan Program Studi Magister Mitigasi Bencana Universitas Mataram (UNRAM) serta Program Studi Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT).
Selain memperluas jejaring akademik, kegiatan ini turut memperkuat kerja sama dengan Geopark Rinjani, yang memiliki misi serupa dalam upaya pengurangan risiko bencana di kawasan wisata.
“Geopark Rinjani berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat sekitar kawasan wisata agar lebih tangguh terhadap ancaman bencana,” kata Dr. Astyka.
Edukasi dan Komitmen ITB

Menurut Dr. Astyka, edukasi merupakan bentuk mitigasi yang paling fundamental dan berkelanjutan.
“Ketika masyarakat paham bahwa mereka tinggal di wilayah berisiko, mereka akan tahu langkah apa yang harus dilakukan. Pendidikan adalah kunci membentuk masyarakat tangguh bencana,” ujarnya.
Ke depan, Tim Pengmas FITB ITB berencana mengembangkan konten kebencanaan secara berkelanjutan, tidak hanya di daerah yang pernah terdampak bencana, tetapi juga di wilayah berpotensi bahaya yang belum mendapatkan edukasi kebencanaan secara intensif. Melalui kegiatan ini, ITB memperkuat perannya dalam menyebarluaskan pengetahuan kebumian kepada masyarakat.
Pendekatan interdisipliner dan kolaboratif yang diusung dalam program Marabumi menjadi contoh nyata penerapan komunikasi sains yang inklusif dan aplikatif. Dengan sinergi antara akademisi, mahasiswa, komunitas lokal, dan lembaga kebencanaan, ITB berkomitmen untuk turut membangun budaya sadar bencana dan masyarakat tangguh terhadap ancaman geologi di Indonesia.
Informasi lebih lanjut mengenai Marabumi:








