Forum Guru Besar ITB dan Menko Airlangga Bedah Peran Sains dan Teknologi untuk Ekonomi Indonesia

Oleh Muhammad Hanif Darmawan - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar diskusi strategis bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. (H.C.) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., pada Kamis (18/9/2025), di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB. Acara yang bertajuk “Peran Sains dan Teknologi untuk Kemajuan Perekonomian Indonesia” ini menjadi ajang untuk membedah secara mendalam peta jalan pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global melalui inovasi.

Diskusi dibuka dengan paparan dari Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., yang menyampaikan data-data sebagai refleksi kondisi bangsa. Beliau menyampaikan pesan kunci yang menjadi landasan diskusi.

“Untuk dapat menjadi negara maju, tidak bisa tidak kita harus mengekspor produk teknologi tinggi,” tegas Rektor ITB.

Rektor ITB menyoroti tantangan fundamental bangsa, seperti alokasi dana Research and Development yang minim dan nilai ekspor teknologi yang tertinggal. Rektor ITB memaparkan bahwa diperlukannya kebijakan nasional yang konsisten, melampaui siklus lima tahunan, dan berjalan seiring dengan rencana pembangunan jangka panjang serta arah haluan negara.

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, merespons tantangan tersebut dengan optimisme. Beliau menyatakan bahwa fondasi ekonomi saat ini cukup kuat dengan pertumbuhan 5,12% pada Kuartal II 2025 dan inflasi yang terkendali. Berangkat dari stabilitas ini, pemerintah menargetkan sebuah lompatan ambisius, yaitu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi hingga 8,0% pada 2029.

Untuk mencapai target tersebut, Menko Airlangga memaparkan strategi yang bertumpu pada pembangunan "mesin pertumbuhan ekonomi baru", dengan hilirisasi (downstreaming) sumber daya alam sebagai motor utamanya. Ia merefleksikan bahwa Indonesia hampir "tinggal landas" pada 1998, namun terhenti bukan karena kegagalan teknologi, melainkan karena krisis keuangan.

Kini, fokus utama pemerintah adalah hilirisasi nikel untuk ekosistem baterai EV, bauksit untuk industri aluminium, dan yang paling strategis adalah pasir silika untuk membangun industri semikonduktor. Sebagai bukti keseriusan, pemerintah telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya yaitu ITB.

Untuk menjaga momentum jangka pendek, pemerintah telah meluncurkan "Program Paket Ekonomi 8+4+5" yang mencakup program magang bagi lulusan perguruan tinggi dan bantuan sosial lainnya. Di kancah internasional, pemerintah mendorong perluasan pasar ekspor, salah satunya melalui penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang akan memberikan tarif 0% bagi produk Indonesia yang masuk ke pasar Uni Eropa.

Menko Airlangga berulang kali menekankan bahwa strategi besar ini tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif dari dunia akademik. "Silicon Valley base tidak akan terjadi, sekali lagi tidak akan terjadi, kalau universitas tidak ikut," tegasnya.

Secara khusus, ia meminta ITB untuk menjadi garda terdepan dalam mempromosikan STEAM (Sains, Teknologi, Engineering, Art, and Mathematics), bukan hanya STEM.

Diskusi yang dipandu oleh Sekretaris FGB ITB, Prof. Dr. Nanang T. Puspito, M.Sc., ditutup dengan pernyataan dari Rektor ITB. Ia menegaskan bahwa komitmen terhadap sains dan teknologi bukan hanya sebatas kebutuhan akademik.

"Komitmen untuk mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan secara berkelanjutan bukan hanya kebutuhan akademik, tetapi prasyarat sejarah menuju kemajuan bangsa," simpulnya.

#forum guru besar #fgb #diskusi #menko airlangga #itb berdampak #kampus berdampak #itb4impac #diktisaintek berdampak #sdg 8 #decent work and economic growth #sdg 9 #industry innovation infrastructure #sdg 17 #partnerships for the goals