IAGL ITB Dorong Sinergi Akademisi, Industri, dan Pemerintah dalam Pengembangan Logam Tanah Jarang Nasional

Oleh --- -

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id — Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Ikatan Alumni Geologi ITB (IAGL ITB) berperan aktif dalam memperkuat kedaulatan sumber daya strategis Indonesia. Melalui Seminar Nasional Logam Tanah Jarang (LTJ) 2025 yang diselenggarakan di Auditorium Museum Geologi, Bandung, Sabtu (1/11/2025), IAGL ITB menginisiasi forum lintas sektor untuk membahas arah kebijakan nasional pengelolaan Logam Tanah Jarang—elemen penting bagi industri pertahanan dan transisi energi bersih.

Ketua IAGL ITB, Ir. Abdul Bari, S.T., M.T., menyampaikan bahwa penguasaan rantai pasok mineral kritis merupakan langkah strategis menuju kemandirian bangsa.

“Penguasaan rantai pasok mineral kritis sama dengan penguatan pertahanan negara. Indonesia harus memastikan kemandirian teknologi melalui industri LTJ yang berdiri untuk kepentingan nasional,” ujarnya.

Seminar yang diinisiasi oleh para alumni ITB ini menjadi wujud kontribusi nyata sivitas akademika ITB dalam mendukung visi nasional untuk membangun industri mineral berkelanjutan. Melalui forum tersebut, IAGL ITB mempertemukan para pengambil kebijakan, peneliti, pelaku industri, serta akademisi guna menyelaraskan arah kebijakan, kesiapan pasokan, dan strategi pengembangan industri LTJ nasional.

Sebagai bagian dari penguatan tata kelola sumber daya strategis, pemerintah telah membentuk Badan Industri Mineral (BIM) melalui Keputusan Presiden No. 77/P/2025 pada 25 Agustus 2025. Lembaga ini akan berfokus pada pengembangan industri mineral kritis, termasuk LTJ. Langkah tersebut menandai keseriusan Indonesia untuk tidak sekadar menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok teknologi global.


Indonesia memiliki potensi geologi yang sangat mendukung bagi pengembangan industri mineral kritis. Selain potensi LTJ dari mineral ikutan processing timah seperti monazit dan xenotim (PT Timah), hasil penelitian juga menunjukkan peluang ekstraksi LTJ dari nikel laterit dengan kandungan scandium hingga 80 ppm, tergantung pada profil lateritnya (PT ANTAM). Potensi tersebut membuka peluang industrialisasi berbasis teknologi dalam negeri dengan nilai tambah tinggi.

LTJ memiliki peran penting dalam berbagai teknologi modern, mulai dari radar, rudal presisi, sistem navigasi, drone, satelit, hingga magnet permanen untuk kendaraan listrik dan turbin angin. Ketergantungan terhadap impor material ini dapat menimbulkan kerentanan dalam memperkuat pertahanan dan mendukung transisi energi nasional.

Tantangan utama pengembangan LTJ nasional terletak pada penguasaan teknologi pemurnian dan pemisahan, yang memerlukan riset jangka panjang dan investasi besar. Oleh karena itu, seminar ini menekankan pentingnya kolaborasi riset–industri, pembangunan demonstration plant, serta kebijakan hilirisasi yang terukur.

Forum ini menghadirkan berbagai tokoh strategis, antara lain Mendiktaisntek/Kepala Badan Industri Mineral, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D.; Ketua Komisi XII DPR RI, Dr. Bambang Patijaya, S.E., M.M.; dan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. Para pembicara menegaskan pentingnya sinergi kebijakan, riset, dan industri untuk mempercepat penguasaan teknologi mineral kritis di Indonesia.

Hasil seminar ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi kebijakan nasional, termasuk usulan pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN) Logam Tanah Jarang, yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Visi tersebut menekankan pentingnya kemandirian bangsa melalui penguatan pertahanan, industrialisasi, dan hilirisasi sumber daya strategis bernilai tambah dalam negeri.

“Inisiatif pengelolaan mineral kritis dan teknologi pengolahannya merupakan bentuk komitmen menegakkan kehormatan dan kemandirian bangsa di mata dunia,” tutup Abdul Bari.

#alumni #ikatan alumni #iagl #sdg7 #sdg9 #sdg12 #sdg13