Inovasi Multidisiplin Mahasiswa ITB: Solusi Digital Kurangi Risiko Gagal Panen Ikan, Juara Impactpreneur Challenge 2025
Oleh Azka Madania Nuryasani - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), yang tergabung dalam Tim Tanikan, meraih juara pertama pada Impactpreneur Challenge dalam rangkaian Sunda Karsa Fest: Karya Kreatif Jawa Barat x West Java Sharia Economic Festival 2025, Minggu (20/7/2025).
Tim tersebut terdiri atas Muhammad Abdillah Putra Alfera (Manajemen, 2023), Muhammad Zidni Alkindi (Sistem dan Teknologi Informasi, 2023), Yolanda Victoria Hailitik (Manajemen, 2023), dan Cantika Damayanti Putri Wardhani (Mikrobiologi, 2023).
Kompetisi ini diselenggarakan oleh Bank Indonesia Jawa Barat berkolaborasi dengan HIPMI Kota Bandung serta Institut Teknologi Bandung, dengan tagline “Creating the Better World Through Sustainable Enterprise”.
Tim menilai peran budidaya akuakultur semakin diperlukan seiring pertumbuhan penduduk yang semakin masif serta menurunnya hasil tangkap ikan di lautan. Ada banyak metode budidaya ikan, namun umumnya memerlukan lahan yang besar dan menghasilkan banyak limbah ke lingkungan. Salah satu metode budidaya yang menyelesaikan permasalahan tersebut adalah metode bioflok.
Namun, metode ini pun memiliki risiko gagal yang tinggi karena hal teknis seperti aerator yang mati saat malam hingga tidak ada sistem pemantauan otomatis.
“Kami menyaksikan langsung di lapangan, dan salah satu yang paling ngena itu cerita Kang Iqbal di Bandung. Dalam tiga bulan, dia dua kali kehilangan 200 kg ikan hanya karena aerasi gagal. Dari situ kami sadar, harus ada solusi teknologi yang bisa membantu petani agar kejadian seperti itu tidak terus-terusan terulang,” kata Zidni.
Solusi yang ditawarkan Tim Tanikan adalah dengan memadukan teknologi monitoring otomatis berbasis sensor dan kamera (FishCam) dengan sistem edukasi digital yang interaktif (FishEdu). Inovasi ini dapat memberi peringatan real-time saat terjadi penurunan kadar oksigen atau perilaku ikan yang tidak normal, juga membekali petani dengan pengetahuan yang aplikatif melalui simulasi dan modul pelatihan langsung dari aplikasi. Inovasi lainnya adalah sistem auto-aerator berbasis data, yang bisa menghemat energi tanpa mengorbankan keselamatan ikan.
Perjalanan Tim Tanikan bukan tanpa tantangan. Salah satunya membangun kepercayaan petani terhadap teknologi baru. Banyak petani masih mengandalkan cara konvensional dan skeptis terhadap solusi digital. Tantangan lainnya, memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan benar-benar tahan di kondisi lapangan yang ekstrem, seperti gangguan listrik hingga kualitas air yang fluktuatif. Untuk menangani tantangan tersebut, mereka fokus melakukan uji coba langsung di lapangan dan menyediakan masa uji coba gratis agar petani dapat merasakan manfaatnya secara nyata sebelum berkomitmen.
Keberhasilan Tim Tanikan dibangun oleh pembentukan tim yang sangat strategis, yaitu kekuatan kolaborasi antar anggota dengan latar belakang yang beragam.
“Kami tidak hanya mengandalkan ide yang kuat, tapi juga memastikan setiap anggota punya peran yang saling melengkapi. Ada yang berasal dari Manajemen, fokus pada business model dan strategi pasar. Lalu ada yang berasal dari Mikrobiologi yang mendalami riset dan aspek operasional bioflok. Dan yang tak kalah penting, ada dari Sistem dan Teknologi Informasi yang mengkaji kelayakan sekaligus membangun solusi teknologinya,” ujar Yolanda.
Kemenangan Tim Tanikan bukanlah hasil dari proses instan, melainkan buah dari enam bulan perjuangan yang penuh dengan tantangan. Mereka tidak pernah ragu untuk terus maju.
“Teruslah melangkah sampai kamu lupa sudah sejauh apa kamu berjalan. Kalau kamu sudah mulai, jangan berhenti di tengah. Karena the real winner is the one who stays until the end,” tutur Yolanda.







