ITB, PT Pindad, dan BPDP Jalin Kerja Sama Strategis, Perkuat Kemandirian Industri Pertahanan
Oleh M. Naufal Hafizh, S.S.
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
Penandatanganan disaksikan oleh Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dida Gardera, serta dihadiri oleh Direktur Utama BPDP, Eddy Abdurrachman; Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.; Direktur Utama PT Pindad, Sigit P. Santosa; dan Dr.rer.nat. Mardiyati, S.Si., M.T., sebagai Koordinator Riset ITB.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Teknologi & Pengembangan PT Pindad, Prima Kharisma dengan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. Kerja sama ini menekankan penguatan kapasitas riset dan pengembangan teknologi terapan di bidang manufaktur pertahanan. Melalui kerja sama ini, ITB akan berperan dalam mendukung kegiatan penelitian, validasi proses, dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di lingkungan industri strategis. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat transfer teknologi, mendorong hilirisasi hasil riset, dan memastikan inovasi nasional dapat diimplementasikan secara langsung di lini produksi.

Rektor ITB, Prof. Tatacipta Dirgantara, menyampaikan bahwa kolaborasi ini sebagai komitmen dan peran ITB sebagai perguruan tinggi unggul dan berdampak yang berkomitmen menghadirkan solusi bagi bangsa melalui inovasi teknologi.
“Kerja sama ini selaras dengan visi ITB sebagai universitas unggul dan berdampak yang mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan inovasi untuk kemajuan bangsa. ITB terus memperkuat ekosistem riset yang relevan dengan kebutuhan industri nasional, termasuk industri pertahanan, agar hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi dapat memberikan manfaat nyata bagi kemandirian dan kedaulatan Indonesia,” ujar Prof. Tata.

Direktur Utama PT Pindad, Sigit P. Santosa, menyampaikan pentingnya sinergi antara industri, akademisi, dan pemerintah untuk mendorong pembangunan sektor industri strategis, khususnya terkait amunisi.
“Kerja sama strategis ini merupakan tonggak bersejarah dalam membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri yang berdaya saing untuk mendukung stabilitas keamanan dan ekonomi nasional melalui kerjasama antara PT Pindad, BPDP, dan ITB. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa national defense tidak harus dimulai dari import, tetapi national defense dimulai dari local technology, local scientist, dan local industry," tuturnya.
Koordinator Riset ITB, Dr.rer.nat. Mardiyati, mengatakan bahwa riset yang dilakukan melibatkan berbagai kelompok keahlian di ITB.
“Riset ini merupakan riset multidisiplin, yang merupakan kolaborasi beberapa kelompok keahlian yang ada di ITB. Kerjasama multidisiplin ini sebagai bukti bahwa kolaborasi yang baik antara berbagai disiplin ilmu di ITB akan menghasilkan inovasi-inovasi yang berdampak bagi Indonesia,” ujarnya.

Selain dengan ITB, PT Pindad pada kesempatan yang sama menjalin kerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Penandatangan dilakukan oleh Direktur Utama PT Pindad, Sigit P. Santosa, dengan Direktur Utama BPDP, Eddy Abdurrachman. Kerja sama antara PT Pindad dan BPDP terkait dukungan pendanaan dan fasilitasi program strategis nasional untuk percepatan pengembangan infrastruktur industri pertahanan di dalam negeri. Kolaborasi ini diharapkan menjadi model kemitraan berkelanjutan antara sektor pendanaan publik dan industri strategis untuk memperkuat rantai pasok nasional, meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal, serta menciptakan dampak ekonomi yang signifikan, terutama di daerah yang menjadi lokasi pengembangan fasilitas industri.
Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dida Gardera, menyampaikan bahwa Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) sangat mendukung kerja sama ini.
“Kerja sama ini merupakan salah satu langkah strategis Pemerintah dalam upaya mendorong pengembangan dan kemandirian Industri Pertahanan berbasis sumber daya alam yang kita miliki. Hal ini juga telah sejalan dengan prioritas 5 RPJMN Tahun 2025–2029 tentang melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” ujarnya.
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan sebelumnya, dan menjadi wujud nyata dari penerapan konsep triple-helix collaboration, yakni pemerintah dan lembaga pendanaan berperan sebagai fasilitator kebijakan dan sumber dukungan finansial, akademia sebagai pusat riset dan inovasi teknologi, serta industri sebagai motor implementasi dan komersialisasi hasil inovasi. Pendekatan kolaboratif ini menjadi kunci untuk membangun kemandirian industri pertahanan yang terintegrasi, efisien, dan berkelanjutan.
Melalui kerja sama ini, Indonesia diharapkan mampu memperkuat kemampuan manufaktur pertahanannya secara mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen strategis, serta memperluas kemampuan riset dan inovasi berbasis sumber daya nasional. Langkah ini pun selaras dengan agenda pemerintah dalam memperkuat stabilitas nasional, menciptakan lapangan kerja berkeahlian tinggi, dan meningkatkan ketahanan ekonomi di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Setelah prosesi penandatanganan, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke fasilitas produksi dan lokasi pengembangan infrastruktur baru milik PT Pindad, yang dirancang untuk menjadi pusat pengembangan industri pertahanan dengan teknologi terintegrasi.
Kerja sama ini diharapkan menjadi contoh sinergi konkret antara dunia industri, akademisi, dan pemerintah dalam membangun fondasi pertahanan dan ekonomi nasional yang tangguh, berdaulat, dan berkelanjutan, sejalan dengan semangat kemandirian bangsa dalam bidang teknologi dan manufaktur strategis.







