Mahasiswa Farmasi Klinik dan Komunitas ITB Juara Internasional Lewat Komik Edukasi Penyakit Leprosy (Kusta)
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Empat mahasiswa Program Studi Farmasi Klinik dan Komunitas, Sekolah Farmasi ITB, meraih prestasi membanggakan di kancah internasional. Anggita Cahyaningtyas, Michelle Madani, Allicia Rosana, dan Fyncana Chinta Deyvata, yang tergabung dalam Tim Pharmashield, memenangkan kompetisi IPSF APRO Resonance for Neglected Tropical Disease yang diselenggarakan International Pharmaceutical Students Federation (IPSF). Dalam ajang tersebut, mereka menuangkan pesan edukatif melalui komik berjudul Myths and Maladies: Wunga’s Fight Against Leprosy, yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan menghapus stigma terhadap penyakit kusta yang masih kerap disalahpahami sebagai kutukan, terutama di wilayah Sumba.
Komik Myths and Maladies: Wunga’s Fight Against Leprosy bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kusta, juga menegaskan pentingnya peran farmasis dalam meningkatkan kesadaran kesehatan di komunitas. Melalui pendekatan visual yang menarik dan narasi yang menyentuh, komik ini menggambarkan perjuangan seseorang bernama Wunga dalam menghadapi stigma sosial dan mencari pengobatan yang tepat.
Karakter Wunga digambarkan hidup di komunitas terpencil yang percaya bahwa kusta adalah kutukan turun-temurun. Namun melalui bimbingan tenaga kesehatan, ia mampu mengakses pengobatan dan bangkit dari keterasingan sosial yang dialaminya. Narasi ini tidak hanya menyampaikan informasi medis terkait gejala dan pengobatan kusta, tetapi juga membawa pesan inklusivitas dan harapan bagi para penyintas.
Pembuatan komik ini dilakukan dengan riset yang cukup mendalam. Tim Pharmashield mengumpulkan berbagai referensi terkait persepsi masyarakat terhadap kusta, khususnya di wilayah Indonesia Timur, sekaligus mempelajari pedoman medis terkait pengobatan dan penanganan penyakit tersebut.
Salah satu keunggulan karya mereka adalah kemampuannya menggabungkan data ilmiah dengan pendekatan cerita yang emosional namun mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan. Dalam lima halaman, tim berupaya menampilkan dinamika tokoh, alur yang ringkas namun kuat, dan penjabaran pesan kesehatan secara terstruktur.
Tim mengungkapkan bahwa proses pembuatan komik ini penuh tantangan. Mereka belum memiliki pengalaman sebelumnya dalam menggambar komik sehingga perlu banyak beradaptasi untuk menyampaikan informasi ilmiah secara ringkas namun tetap menarik secara visual. Terbatasnya ruang yang hanya lima halaman pun menjadi tantangan tersendiri untuk meramu pesan edukatif secara padat dan jelas.
“Selain itu, pengerjaan komik juga waktu itu bertepatan dengan libur Lebaran sehingga kami harus pintar-pintar membagi waktu antara kumpul keluarga dan penyelesaian lomba,” tutur Anggita.
Bagi mereka, mengikuti lomba ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Mereka tertantang sekaligus tertarik karena harus menyatukan dua hal yang berbeda—ilustrasi dan informasi ilmiah—dalam satu karya yang komunikatif. Selain memperluas wawasan tentang penyakit tropis yang terabaikan, proses ini juga melatih kemampuan kerja tim dan manajemen waktu.
Mereka berpesan kepada mahasiswa lain yang ingin mengikuti kompetisi serupa untuk tidak lupa melakukan riset mendalam terkait tema lomba, menjaga komunikasi dan koordinasi tim dengan baik, serta membagi tugas secara jelas agar proses berjalan lebih efektif dan hasil yang dicapai pun maksimal.
Komik karya Tim Pharmashield dapat diakses .
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)






.jpg)

