Mahasiswa FTI ITB dan Singapore Polytechnic Berkolaborasi, Terapkan Design Thinking untuk Atasi Masalah Komunitas di Cijerah

Oleh Muhammad Hanif Darmawan - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Pembukaan resmi Learning Express (LeX) 2025 oleh Dekan FTI ITB, Prof. Tirto Prakoso, S.T., M.Eng., Ph.D., di ITB Kampus Ganesha, Bandung, Selasa (16/9/2025) (Dok. Panitia)

BANDUNG, itb.ac.id - Selama dua pekan, pada 15 hingga 26 September 2025, sebanyak 58 mahasiswa dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB dan Singapore Polytechnic (SP) berkolaborasi dalam program internasional Learning Express (LeX) 2025. Acara pembukaan program ini dihadiri langsung oleh Dekan FTI ITB, Prof. Tirto Prakoso, S.T., M.Eng. Ph.D., yang menekankan pentingnya kolaborasi internasional berbasis masyarakat sebagai wujud nyata kontribusi perguruan tinggi terhadap pembangunan berkelanjutan. Program intensif ini memasukkan mahasiswa dalam permasalahan nyata yang dihadapi oleh komunitas di RW 02 Gempolsari, Cijerah, Kota Bandung, sebuah kawasan yang dikategorikan sebagai urban-edge community.

Menurut salah seorang Dosen Facilitator LeX 2025, Dr. Azka, pemilihan lokasi ini didasarkan pada relevansinya dengan fokus FTI ITB dalam pengembangan sistem industri yang berkelanjutan, terutama dalam isu pengelolaan limbah dan ekonomi sirkular yang menjadi tantangan di kawasan tersebut.

Program LeX 2025 menerapkan metodologi Design Thinking yang terdiri atas empat tahapan utama: Sensing and Sensibility, Empathy, Ideation, dan Prototype. Mahasiswa yang dibagi dalam enam kelompok multikultural dan multidisiplin menjalani beberapa hari langsung di tengah masyarakat Cijerah. Selain itu, mahasiswa diarahkan menjawab tiga project challenges utama:

1. How can we improve the health, safety, and well-being of Rukun Warga/Community Unit in Sector 02 Gempolsari?

2. How can we address environmental and infrastructural challenges in Rukun Warga/Community Unit in Sector 02 Gempolsari?

3. How can we actively engage and enhance the community participation in circular economic practices in Rukun Warga/Community Unit in Sector 02 Gempolsari?

Ketiga tantangan ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-Being), SDG 11 (Sustainable Cities and Communities), dan SDG 12 (Responsible Consumption and Production).

Peserta LeX ITB 2025 berdiskusi bersama warga di RW 02 Gempolsari, Cijerah, Bandung, Kamis (18/9/2025). (Dok. Panitia)

“Pada tahap Sense and Sensibility, mahasiswa melakukan observasi dan wawancara langsung dengan warga untuk menggali permasalahan yang sebenarnya mereka hadapi, bukan berdasarkan asumsi,” ujar Ms. Low Kangmin, koordinator fasilitator Singapore Polytechnics.

Dalam program ini, tim fasilitator Singapore Polytechnic juga terdiri atas Dr. Jaichandar Kulandaisaasan Sheba dan Mr. Wang Yat Keong. Sementara itu, tim fasilitator ITB terdiri atas Dr.-Ing. Daniel Pramudita, Dr. Azka Muji Burohman, Dr. Destina Ratna Asih Khodijah Kadarsah. Seluruh fasilitator mendampingi peserta dalam setiap tahapan proses, mulai dari observasi hingga perancangan prototipe, agar solusi yang dihasilkan tetap terarah dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Pengalaman ini memberikan tantangan tersendiri bagi peserta. Selain harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris di antara anggota tim, mereka juga dihadapkan pada tantangan untuk menjembatani perbedaan budaya saat berinteraksi dengan masyarakat.

Peserta LeX ITB 2025 berfoto bersama di RW 02 Gempolsari, Cijerah, Bandung, Senin (22/9/2025) (Dok. Panitia)

“Tantangan terbesar adalah bagaimana menerjemahkan masalah sosial yang kompleks dan tidak terstruktur menjadi sebuah purwarupa solusi yang sederhana namun berdampak. Di sinilah empati dan kreativitas mereka benar-benar diuji,” ujar Dr. Nur Faizatus Sa’idah, Koordinator LEX FTI ITB 2025.

Menurut salah seorang perwakilan komunitas sekaligus istri dari Ketua RW 02 Gempolsari, Arum Kartikaningbudi, program yang diinisiasi mahasiswa ini membawa dampak positif yang nyata bagi warganya. Ia berharap kegiatan kolaborasi seperti ini dapat terus berlanjut di masa depan.

"Kami sebagai warga, khususnya para ibu rumah tangga, merasa sangat terbantu dan senang dengan adanya program ini. Solusi yang ditawarkan sangat bermanfaat dan mudah kami terapkan," ujarnya. "Harapan kami, program ini bisa terus berlanjut karena ini mengajarkan kami bahwa sampah pun bisa menjadi berkah dan memiliki nilai ekonomi jika dikelola dengan baik," tuturnya.

Melalui program LeX 2025, mahasiswa tidak hanya belajar menerapkan ilmu teknis, tetapi juga mengasah kepekaan sosial dan kemampuan berkolaborasi lintas budaya. Program ini diharapkan dapat mencetak calon-calon pemimpin masa depan yang mampu menciptakan solusi inovatif dan empatik untuk permasalahan nyata di masyarakat.

Reporter: Muhammad Hanif Darmawan (Teknik Pertambangan, 2021)

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #sdg 3 #good health and wellbeing #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 12 #responsible consumption and production