Membongkar Jejak Warna Tekstil di Citarum: Penelitian Mahasiswa Mikrobiologi ITB dengan Bakteri Pendegradasi
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Sungai Citarum yang sejak lama dikenal sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia kembali menjadi “laboratorium alami” bagi mahasiswa Program Studi Mikrobiologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB. Melalui mata kuliah BM2205 Proyek Fisiologi Mikrobiologi 2025, mahasiswa ditantang melakukan penelitian kecil yang menguji penerapan ilmu fisiologi mikroba dalam konteks nyata.
Dari berbagai topik penelitian yang diajukan, salah satu kelompok mahasiswa yaitu Kelompok 1 berhasil menonjol dengan fokus penelitian pada isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi methyl red dari limbah tekstil di kawasan Dayeuhkolot. Atas keberhasilan tersebut, mereka memperoleh penghargaan sebagai kelompok terbaik dalam mata kuliah Proyek Fisiologi Mikrobiologi 2025.
Kelompok ini beranggotakan Asyifa Eka Agustin, Katarina Andrea Rismaputri, Dzakiy Muhammad Urwah, Nisa Arrifa Madyarina, Rifat Muhammad Zahran, dan Haura Mutaharah Khoirun Nisa, dengan bimbingan asisten Michael Joseanto Sianturi. Mereka memilih fokus pada methyl red karena zat warna sintetis ini banyak digunakan industri tekstil dan diketahui bersifat toksik terhadap lingkungan. Melalui pendekatan bioremediasi, mereka berharap dapat menemukan isolat bakteri lokal yang mampu mendegradasi senyawa tersebut secara efisien dan aman.
Penelitian diawali dengan pengambilan sampel air dari kawasan Dayeuhkolot. Sampel tersebut kemudian diaktivasi dalam medium cair yang disuplementasi methyl red untuk menyeleksi bakteri yang mampu bertahan atau bahkan mendegradasinya. Setelah ditumbuhkan pada medium padat, beberapa koloni bakteri menunjukkan zona bening di sekitarnya sebagai indikasi adanya aktivitas degradasi. Koloni terpilih selanjutnya dipurifikasi untuk memperoleh isolat murni dan dianalisis secara makroskopis maupun mikroskopis. Dari pengamatan awal, isolat yang diperoleh merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang.
.jpg)
.jpg)
Efisiensi degradasi methyl red kemudian diuji menggunakan metode spektrofotometri. Hasil menunjukkan isolat terpilih mampu mendegradasi hingga 82,88% dalam waktu 36 jam. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan metode konvensional dan membuka peluang penerapan lebih lanjut untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah tekstil.
Seluruh penelitian berlangsung sekitar satu setengah bulan, dimulai dari penyusunan ide pada awal Mei, eksperimen laboratorium pada pertengahan Mei, hingga analisis data pada awal Juni. Proses ini menuntut kolaborasi erat antaranggota serta keterampilan laboratorium yang sudah diasah melalui praktikum sebelumnya.
Nisa, salah seorang anggota, menuturkan bahwa keterampilan dasar yang diperoleh dari perkuliahan sangat membantu. “Mulai dari penggunaan alat laboratorium seperti mikropipet dan spektrofotometer, hingga hal teknis yang tampak sederhana seperti membuka falcon dengan satu tangan, semuanya krusial untuk kelancaran penelitian,” ujarnya.
Meski demikian, penelitian ini tidak lepas dari tantangan. Akses ke limbah langsung perusahaan tekstil sulit diperoleh karena keterbatasan izin resmi. Dzaky menjelaskan bahwa meski sudah mencoba melakukan pendekatan, mereka belum berhasil mendapatkan akses sampling dari industri. Selain itu, kondisi infrastruktur di lokasi pengambilan sampel juga menyulitkan, dengan akses jalan sempit dan belum beraspal. Namun, kendala tersebut berhasil diatasi dengan mengambil sampel dari aliran sungai di sekitar permukiman warga.
.jpg)
Kerja sama tim menjadi kunci keberhasilan penelitian ini. Bagi mereka, proyek ini bukan sekadar tugas kuliah, melainkan pengalaman belajar yang membentuk pola pikir ilmiah yang lebih matang. Mereka berlatih berpikir kritis, fleksibel menghadapi kendala, serta berani mengambil keputusan di bawah keterbatasan waktu dan fasilitas.
Selain memberikan kontribusi ilmiah, penelitian ini juga meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang bagaimana mikrobiologi dapat menjadi solusi nyata untuk masalah lingkungan. Mereka berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan agar mahasiswa memiliki kesempatan mengaplikasikan ilmu dalam konteks nyata, sekaligus berharap peningkatan fasilitas laboratorium untuk mendukung kualitas riset mahasiswa di masa mendatang.






