Orasi Ilmiah Prof. Arif Sasongko: Dari Paspor Elektronik hingga Enkripsi Suara Berorientasi Keamanan
Oleh Kayla Vajira Susanto - Mahasiswa Mikrobiologi, 2023
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id - Prof. Ir. Arif Sasongko, S.T., M.T., Ph.D., Guru Besar dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menyampaikan orasi ilmiahnya dalam Forum Guru Besar dengan judul “Hardware/Software Codesign untuk Sistem Tertanam Berorientasi Keamanan”, di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (15/11/2025).
Prof. Arif Sasongko membuka orasinya dengan penjelasan mengenai ekosistem industri semikonduktor. Industri semikonduktor terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu desain dan manufaktur. Terdapat perusahaan yang termasuk dalam industri desain yang tidak memproduksi chip, melainkan hanya merancang dan mendesain chip. Perusahaan lainnya yang memproduksi chip berasal dari industri manufaktur. Selain itu, terdapat juga perusahaan yang berfokus pada bidang testing, packaging, & assembly seperti Agilent.
Prof. Arif Sasongko menjelaskan bahwa produk dari industri semikonduktor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu embedded systems dan general-purpose computers. Contoh dari general-purpose computers adalah komputer dan server. Embedded systems umumnya digunakan di berbagai bidang seperti otomotif, elektronika konsumen, telekomunikasi, medis, industri, keamanan, transportasi, dan lain-lain. Perancangan yang menjadi fokus Prof. Arif Sasongko adalah embedded system yang terkait dengan keamanan.
Perangkat keamanan memiliki beberapa karakteristik, salah satu yang unik adalah lifecycle security.
“Kartu bank itu harus jelas pembuat kartu boleh melakukan apa, pembuat operating system boleh melakukan apa, bank boleh melakukan apa, dan bagaimana kalau produk itu sudah tidak dipakai lagi. Life cycle-nya harus sangat jelas di produk-produk security,” katanya.
Dua contoh implementasi dari metode “Hardware/Software Codesign untuk Sistem Tertanam Berorientasi Keamanan” yang dikembangkan oleh Prof. Arif Sasongko adalah chip untuk paspor elektronik dan end to end speech encryption.
“Paspor elektronik itu sebenarnya adalah dokumen negara yang dipinjamkan kepada kita supaya kita bisa berpergian. Jadi itu dokumen negara. Jadi dari segi security sebenarnya sangat tidak baik kalau kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya,” ujarnya.
Tim Prof. Arif Sasongko bersama dengan PERURI berusaha mengembangkan chip yang digunakan untuk paspor elektronik, yang terbebas dari hardware & software berbahaya, untuk menjaga keamanan dokumen negara yang digunakan oleh ratusan juta warga Indonesia. Dengan adanya chip ini, maka cost total produk dapat menurun dan produk-produk turunan seperti smart card, eMoney, SIM card, dan lain-lain, dapat dikembangkan untuk meningkatkan value-nya.

Implementasi kedua, yaitu end to end speech encryption, merupakan pengembangan keamanan komunikasi suara yang dilakukan melalui telepon atau aplikasi komunikasi jarak jauh lainnya. Secara konvensional, sinyal analog dari suara dienkripsi untuk menjaga privasinya. Namun, sinyal ini rentan disadap oleh software tertentu sebelum dienkripsi sehingga informasi di dalamnya dapat diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu, dikembangkan metode end to end speech encryption, yang prinsipnya adalah enkripsi di tingkat suku kata dari kalimat dengan tetap menjaga karakteristik pengucap. Sistem ini dapat mempertahankan aliran suara tetapi tetap membuat isi tidak dapat dipahami sebelum dilakukan dekripsi.
Kedua contoh tersebut memiliki perbedaan yang utama, yaitu dalam paspor elektronik, implementasinya adalah dalam bentuk chip, sedangkan pada end to end speech encryption, implementasinya adalah dalam bentuk FPGA dan komponen diskrit.









